Maraknya pemberitaan mengenai salah satu program pemerintah Amerika Serikat melalui badan rahasianya National Security Agency (NSA) bernama PRISM memantik komentar dari seluruh dunia.
PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems)
adalah salah satu program yang beralasan untuk memerangi teroris
terutana di dunia internet yang dijalankan pemerintah Amerika Serikat
melalui NSA.
Dengan pemberlakuan program ini, maka NSA
memiliki hak untuk mendapatkan dan mengetahui segala data pengguna yang
dimiliki perusahaan-perusahaan besar dunia.
Semua rahasia tingkat tinggi itu tak akan
pernah diketahui publik dunia tanpa bocoran dari seorang pemuda AS,
bernama Edward Snowden. Ia merasa harus mengemukakannya karena dirasa
tak adil, dan itu semua sebenarnya adalah hak semua orang untuk
mengetahuinya. Akibat ulahnya, Edward Snowden diburu oleh intelijen AS
mulai dari FBI, CIA hingga NSA.
Awalnya ia sempat bersembunyi di Hongkong
untuk beberapa lama. Lalu terbang ke Moskow Russia. Pemerintah China
mengemukakan, “Bahwa saat di Hongkong, tak ada alasan bagi kami untuk
menahan Mr Snowden”, ujar seorang utusan dari pemerintah China saat
jumpa pers.
Saat di Russia seperti saat di China,
Snowden diberikan kebebasan. Namun karena tidak ada perjanjian atau
hubungan ekstradisi antara AS dan Russia, maka pihak Russia tak
menangkap dan mengembalikan Snowden ke AS, bahkan pihak Russia justru
membiarkannya.
Pihak Russia sempat dimintai suaka oleh
Snowden, namun Snowden menarik kembali pengajuan suaka untuk dirinya ke
pihak Russia karena rencananya ia akan ke Columbia.
Kini pihak AS telah mencabut pasport
Snowden. Namun masyarakat dunia mengacungkan jempol untuk Snowden dan
menganggapnya sebagai pahlawan. Bahkan beberapa kepala pemerintahan dan
presiden menawarkan suaka untuknya.
Edward Snowden minta suaka ke 15 negara
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri
Rusia mengatakan pembocor rahasia Badan Keamanan Amerika Serikat (NSA)
Edward Snowden kemarin telah bertemu dengan diplomat Rusia dan
menyerahkan surat pengajuan suaka kepada 15 negara.
“Kondisinya cukup berat bagi dia setelah Ekuador menolak permintaan suakanya,” kata pejabat itu, seperti dilansir surat kabar Los Angeles Times, Senin (1/7/13).
Pejabat yang tidak ingin diketahui namanya itu juga menuturkan:
“Snowden tetap berkukuh dia bukan seorang pengkhianat dan tindakannya itu hanya didasarkan pada keinginan agar warga Amerika dan Uni Eropa tahu pelanggaran yang dilakukan pemerintah Amerika.”
Namun pejabat itu tidak menyebutkan
negara mana saja yang dimintai suaka oleh Snowden. Pertemuan dengan
diplomat itu berlangsung di bandara Sheremetyevo, Ibu Kota Moskow.
Anggota Dewan Penasihat Presiden untuk
bidang Hak Asasi Kirill Kabanov meyakini Rusia adalah salah satu negara
di antara 15 negara itu.
“Dalam kondisi sekarang ini Rusia
memiliki dua alasan yang bisa diterima: Pertama, di Rusia dia bisa
meminta status pengungsi dan membeli tiket pesawat untuk pergi ke negara
lain. Kedua, Rusia bisa memberinya suaka politik,” kata Kabanov.
Putin: Rusia tidak akan serahkan Snowden kepada Amerika
Parlemen Rusia dikabarkan telah
mengundang mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA), Edward
Snowden, untuk membantu Moskow dalam menyelidiki apakah perusahaan
Internet Amerika Serikat memberikan informasi tentang warga Rusia ke
Washington.
“Kami mengundang Edward Snowden untuk
bekerja sama dengan kami dan berharap segera setelah dia membereskan
status hukumnya, dia bisa bekerja sama dengan kelompok kerja kami dan
memberikan kami bukti bahwa intelijen Amerika dapat mengakses ke
perusahaan-perusahaan penyedia layanan Internet,” kata Senator Rusia,
Ruslan Gattarov, seperti dilansir stasiun televisi Press TV, Jumat
(28/6/13).
Snowden (29 tahun) kini menjadi buronan Amerika atas tuduhan yang didasarkan pada pengungkapan dokumen rahasia dari data komputer NSA, yakni suatu langkah yang menyebabkan terungkapnya program pengawasan rahasia, yang diduga ditargetkan kepada jutaan orang.
Komentar Gattarov ini datang sehari
setelah Majelis Parlemen Rusia memutuskan untuk mendirikan sebuah
kelompok kerja khusus guna memulai penyelidikan atas klaim Snowden.
Gattarov akan memimpin kelompok itu.
Gattarov mengatakan kepada kantor berita
RIA Novosti bahwa kelompok itu terdiri dari pejabat legislator,
diplomat, jaksa, dan pejabat komunikasi. Hasil awal dari penyelidikan
diharapkan akan diumumkan pada Oktober mendatang.
Sementara itu, Kirill Kabanov, yang
merupakan anggota Dewan Hak Asasi Manusia di pemerintahan Presiden Rusia
Vladimir Putin, mengatakan dia telah meminta rekan-rekannya untuk
mempertimbangkan permintaan kepada pemerintah Rusia agar memberikan
suaka politik kepada Snowden. Ketua Dewan Hak Asasi, Mikhail Fedotov,
mengatakan permintaan itu akan dipertimbangkan.
Snowden yang paspornya kini sudah dicabut
oleh Washington, telah meminta suaka ke Ekuador. Pada 24 Juni, menteri
luar negeri Ekuador mengatakan negaranya sedang mempertimbangkan
permintaannya itu.
Sedangkan Presiden Rusia Vladimir Putin
mengatakan dia tidak akan menyerahkan pembocor rahasia Badan Keamanan
Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden kepada Amerika. Namun dia juga
menyatakan tidak akan memberi suaka kepada pria 30 tahun itu jika dia
terus membocorkan rahasia Amerika.
Stasiun televisi Foxnews
melaporkan, Senin (1/7/13), Putin menyampaikan pernyataannya itu untuk
menanggapi permintaan Presiden Barack Hussein Obama yang ingin
mengeksktradisi Snowden dari Rusia.
“Sudah ada pembicaraan tingkat tinggi
dengan Rusia untuk mengatasi masalah ini,” kata Obama ketika tengah
berkunjung ke Tanzania.
Dalam jumpa pers Putin menuturkan Snowden
menilai dirinya sebagai pegiat hak asasi dan membandingkan dirinya
dengan peraih Nobel Perdamaian Andrei Sakharov.
Edward Snowden: Saya bebas mengungkap rahasia baru
Mantan anggota dinas rahasia luar negeri
Amerika Serikat (CIA) dan pembocor rahasia Badan Keamanan Amerika (NSA)
Edward Snowden berkukuh dia tetap bebas mengungkap rahasia tentang
aktivitas mata-mata pemerintah Amerika.
Dalam sepucuk surat kepada pemerintah
Ekuador, Snowden kemarin mengatakan Amerika secara ilegal menuntut
dirinya karena membocorkan rahasia itu, tapi dia tidak akan dibungkam.
“Saya masih tetap bebas menyebarkan
informasi bagi kepentingan publik,” kata dia dalam surat tak bertanggal
berbahasa Spanyol yang dikirimkan ke Presiden Ekuador Rafael Correa,
seperti dilansir stasiun televisi Aljazeera, Selasa (2/7).
“Tak peduli berapa hari lagi umur saya, saya tetap berjuang untuk keadilan di dunia yang tidak adil ini. Jika di kemudian hari orang-orang merasakan kebaikan itu, maka dunia harus berterima kasih kepada Ekuador.”
Presiden Rusia Vladimir Putin kemarin
mengatakan dia tidak akan menyerahkan Snowden kepada Amerika dan juga
tidak akan memberi suaka kepada pria 30 tahun itu jika dia tetap
membocorkan rahasia Amerika. Snowden pada 02/07/2013 masih berada di
area transit bandara Sheremetyevo, Ibu Kota Moskow setelah pergi dari
Hong Kong dua bulan lalu.
Alat Penyadap Ditemukan di Kedubes Ekuador
Pemerintah Ekuador menemukan alat
penyadap di kedutaan besar mereka di London, Inggris. Kedubes Ekuador di
London menjadi sorotan setelah menampung dan melindungi bos Wikileaks,
Julian Assange.
Diberitakan Reuters, penemuan alat
penyadap berupa microphone tersembunyi ini disampaikan oleh Menteri Luar
Negeri Ricardo Patino, Rabu waktu setempat. Menurutnya, alat penyadap
itu ditemukan di ruangan dubes Ekuador untuk Inggris, Ana Alban, saat
Patino mengunjungi kedubes itu untuk bertemu Assange pada 16 Juni lalu.
Assange yang sejak lebih dari setahun
lalu tinggal di Kedubes Ekuador. Dia bekerja dan beraktivitas di ruangan
lainnya dalam kedubes. Menanggapi penemuan ini, Patino mendesak Inggris
untuk membantu mereka menemukan siapa yang meletakkan penyadap itu dan
dalang di baliknya.
“Setelah penemuan ini, pemerintah Ekuador
meminta kolaborasi dengan pemerintah Inggris dalam menyelidiki siapa
yang melakukan operasi spionase ini,” kata Patino.
Belum ada tanggapan dari pemerintah
Inggris terkait permintaan tersebut. Patino menduga, penyadapan
dilakukan oleh perusahaan Surveillance Group Limited untuk seorang
klien. “Ini adalah salah satu perusahaan spionase dan investigasi
terbesar di Inggris,” jelasnya.
Assange berlindung di Kedubes Ekuador
untuk menghindari ekstradisi ke Swedia atas tuduhan pelecehan seksual
dan perkosaan oleh dua wanita. Assange membantahnya. Dia mengatakan ini
adalah cara untuk menghentikan langkahnya membongkar kebusukan
pemerintahan Amerika Serikat.
Dalam akun Twitternya, Wikileaks mengutuk
penyadapan tersebut. “Menyadap Kedubes Ekuador di London menunjukkan
arogansi imperial yang masih terus berlanjut,” tulis Wikileaks.
Sebelumnya, Assange dengan Wikileaks-nya
mempublikasikan dokumen-dokumen rahasia pemerintah AS dalam jumlah
besar. Selain Assange, Edward Snowden juga melakukan hal yang sama.
Snowden membuat AS kebakaran jenggot karena mempublikasikan praktik
penyadapan AS terhadap telepon seluler dan email warga.
Ekuador juga menjadi salah satu negara
tempat tujuan suaka Snowden, di antara 20 negara lainnya. Snowden saat
ini dilaporkan masih di Moskow dalam perlindungan pemerintah Rusia. Dia
terus diburu oleh FBI untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dituduh Bawa Edward Snowden, Presiden Bolivia Terkatung-katung di Austria
Presiden Bolivia Evo Morales masih berada
di Austria lebih dari 12 jam setelah pesawatnya dialihkan karena adanya
kecurigaan membawa Edward Snowden dalam pesawat tersebut pada tanggal 3
Juli 2013 lalu.
Morales sedang dalam perjalanan menuju
tanah airnya, seusai menghadiri pertemuan puncak di Moskow, dimana
Snowden telah terkatung-katung di bagian transit internasional di
bandara Sheremetyevo, sejak melarikan-diri dari Hong Kong lebih seminggu
lalu. Morales sebelumnya mengatakan ia bersedia mempertimbangkan
pemberian suaka kepada Snowden apabila yang bersangkutan mengajukan
permohonan tersebut.
Para pejabat mengatakan buronan mantan
pegawai badan intelijen Amerika, Edward Snowden tidak berada dalam
pesawat yang mendarat di Austria setelah melalui Perancis dan Portugal.
Negara-negara tersebut tampaknya tidak mengizinkan Snowden melintasi
wilayah angkasa mereka.
Menteri Luar Negeri Bolivia David
Choquehuanca menyebut kecurigaan bahwa Snowden berada dalam pesawat itu
“bohong besar” dan mengatakan memaksa pesawat tersebut mendarat di
Austria membuat nyawa pemimpin Bolivia itu dalam bahaya. Presiden
Argentina Cristina Kirchner telah mengirim pesan tweeter bahwa dia telah
berkomunikasi dengan Morales ketika ia terhambat di Austria.
Prospek suaka bagi Snowden semakin
menyempit, karena dari lebih 19 negara beberapa diantaranya telah
memberikan jawaban bahwa sebelum Snowden berada di wilayah mereka, ia
tidak dapat memohon suaka. Apabila tidak, permohonannya akan langsung
ditolak.
Hari Selasa, seorang pejabat Rusia
mengatakan Snowden telah membatalkan permohonan suaka di Rusia setelah
Presiden Vladimir Putin mengatakan ia dapat tinggal di negara itu hanya
apabila ia menghentikan pembocoran informasi rahasia intelijen Amerika
Serikat.
Pemerintah Bolivia Geram Pesawat Presiden Digeledah Austria
Apa yang dilakukan Austria sudah
membahayakan Presiden Morales. Itulah mengapa pemerintah Bolivia mengaku
geram setelah mengetahui pesawat jet yang ditumpangi Presiden Evo
Morales dipaksa mendarat di Bandara Internasional Wina, karena dituduh
membawa buronan Amerika Serikat, Edward J. Snowden. Peristiwa itu
terjadi pada Rabu pagi, 3 Juli 2013, usai Morales lepas landas dari
Moskow. Di Moskow dia menghadiri sebuah konferensi energi.
Kantor berita Reuters melansir, Morales
kemudian terpaksa harus menunggu di ruang tunggu bandara, hingga
pemerintah Austria memberikan izin bagi dia untuk terbang. Beberapa
pejabat berwenang Austria kemudian terlihat menggeledah pesawat
kepresidenan yang ditumpangi Morales untuk mencari Snowden.
Hasil inspeksi mendadak itu tidak
menemukan mantan kontraktor NSA tersebut ada di dalam pesawat. Peristiwa
aksi penggeledahan ini membuat Bolivia kesal. Mereka langsung menuduh
pemerintah AS berada di balik aksi tersebut. Hal itu diungkap oleh Duta
Besar Bolivia untuk PBB, Sacha Llorenti Soliz kepada media di Jenewa.
“Kami yakin bahwa itu merupakan perintah
dari Gedung Putih. Tanpa alasan yang jelas sebuah pesawat diplomat
dengan membawa Presiden di dalamnya tiba-tiba dapat diminta mengalihkan
rute ke negara lain dan dipaksa mendarat di sana,” ujar Llorenti.
Pemerintah Bolivia menduga perintah
penggeledahan itu dilakukan karena saat berada di Moskow, Morales
mengatakan kepada stasiun televisi Rusia, Russia Today, bahwa Bolivia akan mempertimbangkan suaka politik yang diajukan Snowden.
Namun pihak Austria mengatakan kendati
Morales merasa kesal, dia secara sukarela pesawatnya digeledah oleh
pejabat berwenang Austria. Setelah melakukan penggeledahan secara
seksama, mereka tidak menemukan orang yang dicari. Pesawat kepresidenan
Bolivia akhirnya kembali diizinkan terbang pada Rabu siang.
“Rekan kami dari bandara telah memeriksa
dan memberikan kepastian bahwa semua orang yang berada di pesawat
merupakan warga Bolivia,” ujar salah satu pejabat berwenang Austria,
Michael Spindelegger.
Sementara pemerintah Prancis, Italia, Portugis dan Spanyol yang disebut oleh Menteri Luar Negeri Bolivia, David Choquehuanca, telah melakukan pelanggaran hukum internasional kompak menepis anggapan tersebut. Pemerintah sejumlah negara itu membantah menghalangi pesawat Morales melintasi wilayah udara negara mereka.
Menlu Prancis, Philippe Lalliot,
mengatakan pesawat Morales memiliki izin terbang melintas wilayah udara
Prancis. Namun mereka enggan berkomentar mengapa pemerintah Bolivia
mengatakan hal sebaliknya.
Pemerintah Spanyol dalam keterangan
tertulis mengatakan sejak Selasa 2 Juli 2013, negaranya telah
mengizinkan pesawat Morales melintasi wilayah mereka dan berhenti di
Pulau Canary untuk mengisi bahan bakar. Mereka bahkan kembali memberikan
izin saat pemerintah Bolivia menginformasikan akan melintasi wilayah
udara Spanyol.
Sementara pemerintah Austria beralasan pesawat Morales dipaksa mendarat karena tidak ada indikasi yang jelas apakah pesawat tersebut memiliki bahan bakar yang cukup untuk meneruskan perjalanannya.
Padahal Dubes Lorenti mengatakan kepada
media bahwa pemerintah Spanyol mengizinkan pesawat kepresidenan untuk
mendarat di Pulau Canary dan mengisi bahan bakar, asal Morales bersedia
pesawatnya digeledah. Menurut Llorenti, apa yang telah dilakukan oleh
pemerintah negara itu sudah membahayakan keselamatan pemimpin tertinggi
Bolivia.
Presiden Bolivia Evo Morales Murka, Ancam Tutup Kedubes AS di Bolivia
Kemarahan Presiden Bolivia, Evo Morales,
rupanya belum mereda usai pesawat jet yang dia tumpangi dipaksa mendarat
di Austria karena dikira mengangkut Edward Snowden. Dalam sebuah
pertemuan tingkat tinggi dengan beberapa pemimpin negara Amerika Latin
lainnya Kamis malam lalu, Morales mengancam akan menutup Kedutaan Besar
Amerika Serikat di Bolivia.
Kantor berita CNN, Jumat 5 Juli 2013,
melansir pernyataan Morales yang tidak gentar untuk benar-benar menutup
Kedubes AS di Bolivia. Dia mengatakan apabila sebelumnya pernah
memberikan status persona non grata bagi Dubes AS untuk Bolivia, Philip S. Goldberg tahun 2008 silam, maka dia tidak segan menutup gedung Kedubesnya.
Bahkan pada bulan Mei kemarin, Morales
kembali mengancam akan mengusir perwakilan Badan AS untuk Pembangunan
Internasional (USAID) karena dianggap berkonspirasi melawan rakyat dan
pemerintah Bolivia.
“Saya tidak akan ragu untuk menutup Gedung Kedubes AS,” ujar Morales seperti dikutip BBC, Jumat 5 Juli 2013.
Menurut Morales, negara-negara Amerika
Latin akan semakin baik tanpa kehadiran AS di wilayah mereka. “Kami
memiliki martabat dan kedaulatan. Tanpa AS, kami akan lebih baik secara
politik dan demokrasi,” kata Morales.
Pesawat kepresidenan yang ditumpangi
Morales pada Rabu kemarin sempat dilarang melintasi wilayah udara di
tiga negara, yakni Portugal, Prancis dan Italia. Alasan yang diungkap
oleh pejabat berwenang dari negara itu, karena adanya kesalahan teknis.
Pesawat akhirnya terpaksa mendarat selama
14 jam di Bandara Udara Internasional Wina. Sesaat setelah mendarat,
beberapa pejabat berwenang Wina terlihat menggeledah pesawat
kepresidenan Morales.
Mereka mencari Snowden, karena sebelumnya
beredar rumor, pembocor rahasia intelijen AS itu ikut menumpang di
dalam pesawat. Hingga kini belum diketahui dari mana dan siapa yang
menyebar rumor tersebut.
Saat itu Morales baru saja lepas landas
dari Moskow, karena ikut menghadiri konferensi energi. Di sana, Morales
memberikan pernyataan kepada stasiun televisi Rusia, Russia TV, bahwa
pemerintahnya siap mempertimbangkan suaka bagi Snowden.
Pemerintah Bolivia langsung menunjuk AS
sebagai dalang peristiwa ini. Setelah orang dicari tidak ditemukan,
pesawat itu akhirnya diizinkan terbang kembali.
Pemerintah Prancis telah meminta maaf
atas insiden tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Philippe
Lalliot beralasan bahwa hal itu terjadi karena konfirmasi izin lintas
teritori Prancis dari pesawat Morales terlambat mereka terima. (video: Bolivian president threatens to close US embassy)
Pesawat Morales ditolak melintasi tiga negara Eropa, Pemimpin Amerika Latin Kecam Perlakuan Eropa pada Morales
Presiden negara-negara Amerika Latin
mengecam tindakan yang dilakukan oleh beberapa negara Eropa terhadap
pesawat yang ditumpangi Presiden Bolivia Evo Morales. Menurut mereka,
tindakan tersebut telah melanggar kesepakatan dan hukum internasional.
Diberitakan CNN, Jumat 5 Juli 2013,
Presiden Bolivia, Argentina, Ekuador, Suriname, Uruguay dan Venezuela
pada Kamis malam berkumpul di Cochabamba, Bolivia pada Kamis malam untuk
membahas peristiwa yang dialami Morales pada Rabu pagi kemarin di
Austria. Mereka menuntut permintaan maaf Eropa atas peristiwa itu.
“Kami menuntut pemerintah Perancis,
Portugal, Italia dan Spanyol mengeluarkan permintaan maaf kepada publik
terkait peristiwa serius yang terjadi Rabu kemarin,” ujar mereka dalam
sebuah pernyataan tertulis.
Mereka juga menolak berbagai aksi yang
secara jelas telah melanggar norma dan prinsip dasar hukum
internasional, seperti pelanggaran hak terhadap kepala negara.
Selain itu kelima pemimpin negara Latin
itu mendukung Morales untuk mengajukan keberatan kepada Komisi Tinggi
PBB untuk Hak Asasi Manusia terkait masalah itu. Mereka juga meminta
semua Menteri Luar Negeri dari beberapa negara Amerika Latin membentuk
komite untuk melakukan investigasi dan mencari tahu apa yang sedang
terjadi.
Pesawat yang ditumpangi Morales ditolak
tiga negara Eropa melalui wilayah udara mereka. Pesawat itu kemudian
digiring ke Austria dan Morales terpaksa harus menunggu 14 jam. Tindakan
ini dilakukan Eropa karena di pesawat tersebut diduga bersembunyi
Edward Snowden, pembocor rahasia intelijen AS.
Presiden Ekuador, Rafael Correa, dalam
pertemuan pada Kamis malam mengkritik peran AS dalam peristiwa yang
menimpa Morales. Menurutnya apa yang tertulis dalam Deklarasi
Kemerdekaan AS merupakan sesuatu yang munafik. “Mereka tetap memiliki
standar ganda,” kata Correa.
Sementara Presiden Argentina, Cristina
Fernandez de Kirchner secara khusus, menyerukan negara-negara Eropa
untuk meminta maaf kepada Morales.
“Paling tidak di Amerika Selatan, ketika
kami berbuat sebuah kesalahan, kami mengakui hal tersebut dan meminta
maaf kepada mereka yang merasa tersinggung,” kata Kirchner.
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, malah
menyalahkan badan intelijen AS, CIA karena diyakini telah menekan
pemerintah beberapa negara supaya menolak memberikan izin bagi pesawat
Morales melalui wilayah udara mereka.
“Apa yang telah terjadi dengan pemimpin
asli Amerika Latin, Evo Morales, menunjukkan tingkat kemarahan dan
keputusasaan pemerintah AS,” kata Maduro. (eh)
Presiden Venezuela: Snowden Harus Dilindungi Dunia dan kami akan memberikan suaka bagi Snowden
Menurut Presiden Venezuela, Nicolas
Maduro, menyatakan Edward Snowden pantas mendapat perlindungan dunia
setelah membongkar detail program mata-mata Amerika Serikat. Snowden
yang dicari-cari Amerika Serikat kini sedang berusaha mencari suaka
politik dari 19 negara.
Kini Snowden dalam status limbo
di kawasan transit di Bandara Moskow, Rusia. Setelah sembilan hari di
bandara itu, Snowden menyatakan dia bebas untuk membongkar program
mata-mata AS.
“Dia pantas mendapat perlindungan dunia,”
kata Presiden Maduro di sela-sela kunjungan di Moskow. “Dia tidak
meminta kami untuk suaka, namun jika dia meminta, kami akan memberikan
jawaban,” kata Maduro.
Menurut Maduro, perlindungan pada Snowden
penting untuk kemanusiaan. Maduro akan mempertimbangkan negerinya
memberikan suaka pada pria berusia 30 tahun itu.
Sementara beberapa negara sudah
menyatakan menolak permohonan suaka Snowden seperti Spanyol dan Rusia.
Kemudian beberapa negara menyatakan, suaka baru bisa diproses jika
Snowden berada di negara mereka.
Snowden diketahui masih berlindung di
Bandara Internasional, Rusia. Sementara Presiden Venezuela, Nicholas
Maduro, memberikan angin segar bagi pembocor rahasia badan keamanan
nasional Amerika Serikat (NSA) Edward J. Snowden.
Sebab, dalam perayaan hari kemerdekaan
Venezuela yang digelar Jumat kemarin, dirinya menawarkan suaka politik
bagi sang peniup peluit tersebut.
Laman The Guardian, Sabtu 6 Juli
2013, melansir Maduro memberikan suaka itu karena menganggap Snowden
telah mengungkap kebenaran kepada dunia mengenai program spionase AS.
Sebab itu, menurut Maduro, Snowden pantas untuk dilindungi.
“Atas nama kehormatan Amerika, saya memutuskan untuk menawari suaka kemanusiaan kepada Edward Snowden,” ujar Maduro dalam sebuah parade militer yang digelar pada Jumat pagi waktu setempat, untuk menandai perayaan Hari Kemerdekaan Venezuela.
Masih menurut Maduro, Snowden tidak melakukan kejahatan apa pun. Sebab, dirinya bermaksud melindungi kebebasan masyarakat dunia.
“Siapa yang bersalah? Seorang pemuda yang
mengumumkan rencana perang atau pemerintah AS yang meluncurkan bom dan
peralatan perang militer kepada para tentara oposisi dan teroris di
Suriah untuk melawan rakyat dan Presiden terpilih, Bashar al-Assad? Coba
Anda katakan sekarang, siapa teroris sesungguhnya?” ujar Maduro.
Maduro siap menampung Snowden apabila
mantan kontraktor NSA itu mengajukan permohonan suaka ke kedutaan
Venezuela di Moskow. Sebelumnya, pada Jumat kemarin, pemerintah
Nicaragua mengatakan telah menerima permintaan suaka yang diajukan
Snowden.
Nicaragua juga merespon akan memberikan suaka bagi Snowden
Presiden Nicaragua, Daniel Ortega, juga
merespon akan memberikan suaka bagi pria berusia 30 tahun itu, apabila
situasinya mengizinkan. Namun, dirinya tidak menjelaskan lebih lanjut
situasi seperti apa yang dia maksud.
“Kami merupakan negara terbuka dan
menghormati hak suaka, sehingga jelas apabila situasinya mengizinkan,
kami dengan senang hati akan menerima Snowden dan memberinya suaka di
Nicaragua,” ujar Ortega saat berpidato di ibukota Managua.
The Guardian menulis, Ortega
ikut mempertimbangkan suaka Snowden, karena dia merupakan sekutu
terdekat Venezuela. Pada saat bersamaan, Wikileaks melalui situs
resminya, mengumumkan Snowden telah mengajukan permohonan suaka baru ke
enam negara lainnya.
Dengan pengajuan suaka ini, maka total Snowden telah menyebar permohonan tersebut ke 27 negara. Sebab, posisi Snowden semakin terjepit, karena mulai banyak negara yang menolak permohonan suakanya.
Sementara itu, beberapa negara lainnya
masih dalam proses mempertimbangkan suaka yang ia ajukan. Namun,
Wikileaks tidak akan menyebut negara mana saja yang termasuk ke dalam
enam lokasi tujuan yang permohonan suakanya baru-baru ini diajukan. Kami
tidak akan menyebut nama negara itu untuk menghindari upaya intervensi
pemerintah Amerika Serikat,” tulis Wikileaks di situsnya.
Saat ini, Snowden diketahui masih
berlindung di Bandara Internasional, Sheremetyevo, Moskow sejak kabur
dari Hong Kong pada 23 Juni kemarin. Namun, pemerintah Rusia sudah mulai
kehilangan kesabaran melihat perkembangan kasus Snowden.
Melalui Wakil Menteri Luar Negeri, Sergei
Ryabkov, pada Kamis kemarin mengatakan Snowden belum juga mengajukan
suaka secara resmi ke Rusia, sehingga dia harus secepatnya menentukan
negara yang tujuan selanjutnya.
Pemerintah Kremlin mengatakan semakin
lama dia berlindung di teritori Rusia, risiko diplomatik yang akan
ditanggung oleh negera Beruang Merah akan semakin besar. Mereka tidak
ingin merusak hubungan baik dengan Washington yang kini tengah
diperbaiki.
Tifatul: Jika Snowden Benar, AS Langgar Hukum Indonesia
Menteri Komunikasi dan Informatika
Tifatul Sembiring menyatakan jika benar pemerintah Amerika Serikat
melakukan penyadapan atas internet dunia termasuk dari pengguna
Indonesia, itu jelas melanggar hukum Indonesia. Tifatul menyatakan,
pemerintah AS harus mengklarifikasi tuduhan yang dilancarkan Edward
Snowden, bekas pekerja di kontraktor National Security Agency (NSA)
Amerika Serikat, itu. Tifatul meminta AS menjelaskan soal tuduhan
Snowden ini.
“Kalau ada dua orang berbicara melalui
jaringan internet, lalu disadap orang lain, itu melanggar hak asasi
manusia,” kata Tifatul Sembiring kepada VIVAnews, Kamis 4 Juli 2013.
Tindakan itu, kata Tifatul, bisa dikenakan Undang-undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Sebelumnya, bekas pekerja di kontraktor
National Security Agency (NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden,
mengungkap dokumen penyadapan koneksi internet oleh lembaga itu. NSA,
dalam program bertajuk Prism, bekerja sama dengan sembilan perusahaan
teknologi informasi terkemuka Amerika antara lain Google, Facebook dan
Yahoo!, mengakses informasi pengguna termasuk e-mail, percakapan, video
dan foto pengguna. Separuh dari data yang dipantau berasal dari luar
Amerika Serikat seperti Asia dan Eropa.
Perusahaan-perusahaan itu ramai-ramai
kemudian membantah telah memberikan akses ke server mereka. Mereka hanya
mengakui memberikan data sesuai permintaan penegak hukum, bukan
memberikan akses “pintu belakang” ke server mereka.
Tifatul menyatakan, jika benar fakta
diungkap Snowden itu, AS jelas telah berstandar ganda. AS kerap
memprotes tindakan China yang membatasi akses internet atau memata-matai
rakyatnya, sementara AS ternyata telah melakukan tindakan yang sama.
“Di satu sisi dia memprotes, di satu sisi lagi, dia sendiri melakukan,”
kata mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera itu.
Namun, Tifatul menyatakan pemerintah
Indonesia masih menunggu lebih jauh perkembangan kasus Snowden yang kini
terjebak di Bandara Moskow tanpa kewarganegaraan karena paspornya
dicabut AS itu. Tifatul hanya meminta AS menjelaskan soal tuduhan
Snowden ini. Tifatul juga meminta pihak seperti Google memberikan
klarifikasi.
“Peristiwa ini mengingatkan saya pada
kasus Wikileaks,” kata Tifatul. Saat Wikileaks mengumbar kabel
diplomatik AS, terumbar ribuan informasi atau pembicaraan berkaitan
dengan Indonesia. “Pemerintah kirim surat protes keras saat itu,” kata
Tifatul. “Kita menilai ada kelalaian pihak Amerika, bahwa apa yang kita
bicarakan, diterima agen kedutaan, lalu ternyata terumbar ke publik.”
Snowden saat ini berusaha mencari suaka
politik karena pemerintah Amerika memburunya untuk diadili karena salah
satunya membocorkan rahasia negara. Snowden terjebak di Bandara Moskow,
sementara pemerintah Rusia menolak memberinya suaka.
(sumber: Mashable/New York Times/Tumblr/Daily Mail/Huffington Post/ Washington Post/ Guardian/ Foxnews/ Angeles Times/ vivanews/ voaindonesia/ google image/ berbagai sumber lainnya)
0 komentar:
Posting Komentar