Desa atau Dusun tuo lubuk landai merupakan sebuah Dusun
yang dahulunya memiliki jumlah penduduk yang cukup padat serta wilayah yang
luas, maka sudah sepatutnya Dusun ini di mekarkan, maka dari proses pemekaran
ini lahirlah beberapa Dusun diantaranya Dusun Sungai Lilin, Dusun Pematang
Panjang, Dusun Pasar Lubuk Landai, Dusun Sungai Gambir dan Dusun Tebing Tinggi.
Namun walaupun telah dimekarkan adat istiadat dan budaya dari beberapa Dusun
ini masih sama tentunya karena masih dari satu keturunan yang nantinya akan
diceritakan dalam tulisan dibawah.
Salah satu tradisi yang masih tetap dipertahankan oleh
beberapa Dusun hasil pemekaran ini yaitu, pada tradisi Ziarah yang dilaksanakan
pada setiap hari kedua Lebaran Idul Fitri maka akan dilakukan ziarah bersama
dan untuk pembacaan tahlil akan dibagi dari setiap pegawai syara tiap Dusun.
Sejarah
dibukanya Dusun Lubuk Landai
Daerah
Tanah Sepenggal dahulunya didatangi pendatang
yang berasal dari Mataram pulau Jawa. Pendatang ini dipimpin oleh
seseorang yang bernama. Pangeran Mangkubumi lihatlah ( Sejarah Indonesia,
pustaka Jakarta dewata halaman 125 ), kebenaran tentang penguasa masyarakat
tanah leluhur dengan kampung halamannya. Menuju tanah seberang, ialah tanah
Jambi berpisah dengan famili, saudara / kerabatku, menurut cita – cita. Kok
kata orang tua – tua kehendak hati mati, kehendak mata buta, ya Allah bila aku
mati di negeri orang, aku tidak sesal, bila aku dipanjangkan umurku pasti aku
kembali kekampung halaman ku, aku mengembara di rantau orang, aku pergi ada
lima syarat manfaat, begitu terkenang kampung yaitu :
A. Menghilangkan kesedihan
B. Menatapkan kehidupan anak pinak di daerah Jambi
C. Menuntut ilmu dunia wal akhirat
D. Mengagungkan jiwa dan dapat bergaul dengan orang besar
dan ber’akhlak
E. Berakhlak luhur
Menyusul
pendatang baru 1749
Penyusul pendatang baru ini adalah Pakubuwono, beliau
merupakan keponakan dari pangeran Mangkubumi yang sebelumnya sudah berada di
tanah Jambi. Pakubuwono mendengar tutur dari ibunya mengenai pamannya
Mangkubumi yang terang – terangan melawan penjajahan Belanda. Mendengar
penuturan itu maka Pakubuwono berkeinginan menyusul pamannya di Tanah Jambi,
maka Pakubwono berucaplah kepada ibunya memohon izin untuk menyusul pamannya
dan menyampaikan kepada ibunya bahwa :
1. Tulus ikhlas memihak dengan pamannya
2. Sedia mengikuti jejak kepergian pamannya
3. Mohon beri bantuan sebagai berikut :
-
Sebuah
sampan layar serbaguna
-
Para
pembantu berlayar yang berpengalaman dan dipercayai
-
Perbekalan
/ biaya secukupnya
-
Tuntunan
pengarahan demi keselamatan
Dengan permohonan Pakubuwono sedemikian, bagi ibunya
tidak menyanggah, hanya ibunya meminta bersabar menunggu untuk mempersiapkan
hal tersebut. seminggu kemudian segala sesuatu telah disiapkan dan pada malam
sebelum berangkat dibuatlah acara do’a bersama untuk keselamatan rombongan
Pakubuwono dan agar Pakubuono dipertemukan dengan pamannya Pangeran Mangkubumi.
Pakubuwono
dan rombongan berangkat
Dengan seorang adik perempuannya yang kecil beserta
rombongan, selanjutnya mereka berangkat. Keberangkatan itu terjadi pada awal
tahun 1749. Dari Surakarta menuju semarang selanjutnya bertolak dari Semarang
melalui lautan Jawa dengan sampan layar serbaguna yang terukir rapi.
Dengan terus berlayar akhirnya rombongan Pakubuwono
sampai di selat Berhala dan terus masuk ke Sungai Batanghari, sampan terus
berjalan sampailah di Ujung Jabung ( Tanjung Jabung Timur sekarang ).
Berhentilah mereka di situ dan bermalam, disitu mereka bertemu Paduka Orang
Kayo Hitam, Pakubuwono bertanya kepada Orang Kayo Hitam apakah ada Jukung dan
sampan dari Mataram yang lewat sini?. Kemudian Orang Kayo Hitam menyampaikan
bahwa Jukung dari Mataram yang dibawa Pangeran Mangkubumi dahulu terdampar
diseberang sana, dan sudah ditimbuni pasir selanjutnya rombongan itu berangkat
ke hulu sungai dengan memakai 4 buah sampan baru yang dibeli di sini. Setelah
itu yang saya ketahui ucap Orang Kayo Hitam antara lain
-
Rombongan
Inggo Dilogo hulu balang Raja Mataram
-
Sampan
rombongan Sri Tanwah
-
Sampan
Rombongan Sko Berajo
-
Sampan
Rombongan Rio Anoom
-
Yang
paling terdahulu melewati ini yaitu rombongan Rio Kunci Rambah, dikala itu
Buwono mungkin belum lahir.
Peristiwa
dikampung gedang
Setelah dekat kampung gedang Seberang Jambi, Pakubuwono
langsung melepaskan sepasang bebek, ternyata bebek tersebut lebih cepat dari perjalanan
sampan rombongan Pakubuwono. Bebek tersebut menepi di Tanjung Pasir, dengan
demikian rombonganpun ikut berhenti di Tanjung Pasir tersebut untuk istirahat
bermalam. Dalam rangka itu adik kecil Pakubuwono menangis tidak mau bersampan
lagi dan selalu berteriak memanggil ibu, sehingga susah rombongan membujuknya
untuk diam. Setelah itu datanglah seorang ibu kesampan rombongan Pakubuwono ibu
tersebut mengatakan kasihan pada anak kecil yang tidak mau berhenti menangis,
ibu tersebut ingin membujuknya, Pakubuwono mempersilahkan ibu tersebut membujuk
adiknya. Ternya usaha ibu tersebut berhasil dan adik Pakubuwono tersebut
berhenti menangis. Ibu tersebut selanjutnya berpamitan dengan Pakubuwono untuk
kembali kerumahnya karena ingin sholat maghrib namun adik Pakubuwono tidak mau
ditinggalkan oleh ibu tersebut dan pada akhirnya Pakubuwono membolehkan ibu
tersebut membawa adiknya kerumah ibu tersebut, Pakubuwono pun ikut kerumah ibu
tersebut untuk menjaga adiknya.
Keesokan harinya Pakubuwono kembali membujuk adiknya dan
bertujuan melanjutkan perjalanan ke hulu sungai, namun adiknya tetap tidak mau
untuk ikut dan ibu tersebut kembali mengatakan ke Pakubuwono agar tidak memaksa
adiknya untuk ikut, ibu bersedia menjaga adikmu seperti anak ibu sendiri dan
Pakubuwono ibu anggap sebagai anak pertama ibu. Dengan demikian Pakubuwono
mengucapkan terimakasih atas kebaikan dan keikhlasan ibu tersebut, Pakubuwono
menitipkan adiknya kepada ibu tersebut dan Rombongan Pakubuwono kembali
melanjutkan perjalanan.
Pada adik perempuan Pakubuwono tersebut, ada sesuatu yang
diserahi oleh ibu mereka sewaktu di Surakarta, yaitu ”Caping Sang Sko”. Suatu
benda yang sejak dahulu turun – temurun
dipakai oleh pihak perempuan.
Pakubuwono
berjabat tangan dengan pamannya Pangeran Mangkubumi
Sampan rombongan
Pakubuwono berangkat dari Kampung Tanjung Pasir memang berkeadaan penuh sesak oleh berbagai bibit tanaman dan
makanan seperti pisang, nanas, tebu, jagung, ketimun, labu dan sebagainya.
Namun hal itu tidak merintangi para rombongan untuk mendayung sampan tersebut,
berhari – hari dan sampailah di Kampung Banjar Bugis. Disana Pakubuwono dan dua
orang pembantunya langsung naik kekampung tersebut. tampaklah oleh mereka
beberapa rumah namun hanya satu rumah yang terlihat ada penghuninya karena ada
jemuran di dekat rumah tersebut sebuah celana dan potongan baju berwarna merah
jambu berukuran besar, Pakubuwono dan dua orang pembantunyapun heran melihat
ukuran pakian besar tersebut Pakubuwono mengira itu adalah pakaian pamanya
Pangeran Mangkubumi. Kemudian Pakubuwono mengucapkan salam di depan rumah
tersebut dan terdengarlah sambutan salam dari dalam rumuh tersebut, setelah
berhadapan langsunglah berjabat tangan dan Pakubuwono memperkenalkan namanya
serta menyebutkan kalai dia putera dari Pangeran Pakubuwono ke II Surakarta,
pamannyapun termenung mendengar ucapan Pakubuwono. Kemudian Pangeran Mangkubumi
meminta Pakubuwono menunjukkan bukti kalau mereka memang benar dari Mataram,
sebagaimana para penyusul yang datang duluan, yaitu Rio Anoom. Namun Pakubuwono
tidak dapat menunjukkan bukti karena bukti tersebut ada pada adiknya yang telah
ditinggalkan di Tanjung Pasir.
Karena pamannya masih ragu, Pakubuwono kembali mengajak
rombongan untuk melanjutkan perjalanan, setelah melewati Keluk Kucing Tidur
tidak jauh dari tempat tersebut terlihatlah kepalak guntung lago, yaitu air
terjun jatuh masuk kesungai jelas pula terlihat tebing bernapalan seolah – olah
di beton, ( sekarang berada di tepian mandi Kampung Kapas ).
Pakubuwono
berhenti di lokasi tanah pilih sesuai menurut tuntunan
Akhirnya Pakubuwona menyatakan cukup sampai disini kita
bersampan, dan disini pula kita beristirahat bermalam. Pakubuwono meminta
kepada rombongan untuk menebang dan membersihkan lahan tersebut selanjutnya
ditanami bibi – bibit tanaman yang mereka bawa. Selanjutnya rombongan membuat
pondok penjaga seperlunya untuk tempat tinggal dan menghindari dari serangan
musuh seperti binatang buas.
Selanjutnya pangeran Mangkubumi mengetahui rombongan
Pakubuwono telah berada ditempat tersebut, datanglah Pangeran Mangkubumi
ketempat tersebut lalu pangeran Mangkubumi memarahi Rombongan Pakubuwono karena
telah menebas pepohonan yang merupakan kebun kapas milik Pangeran Mangkubumi,
pohon kapas tersebut sudah diganti dengan tanaman yang dibawa oleh rombongan
Pakubuwono. Pangeran Mangkubumi mengusir rombongan Pakubuwono dari tempat
tersebut namun rombongan Pakubuwono tidak mau, akhirnya Pangeran Mangkubumi
kembali kerumahnya di Kampung Banjar Bugis.
Selanjutnya Pangeran Mangkubumi kembali mengutuskan orang
berkali – kali untuk menyampaikan kepada Pakubuwono agar meninggalkan tempat
tersebut sampai 7 kali Pangeran Mangkubumi mengutuskan orang namun Pakubuwono
tetap pada pendiriannya, pada saat itu telah berdiri 11 buah rumah.
Akhirnya pada awal tahun 1754 Pangeran Mangkubumi
mendirikan Balai Panjang Tanah Sepenggal pada lokasi Keluk Kucing Tidur,
berlokasi di seberang pulau Sri Bulan di baruh Desa Tanah Periuk sekarang.
Begitu selesai langsung diresmikan dan PangeranMangkubumi langsung dinobatkan
sebagai Sri Raja Tanah Sepenggal terhitung mulai awal tahun 1754.
Selanjutnya langsung mengadakan sidang pertama yaitu
masalah padang kapas Pangeran Mangkubumi yang ditebang oleh Pakubuwono, sidang
dipimpin oleh tuo Negeri Kampung Gedang Tanjung Pasir yang telah dinobatkan
jadi Raja Pulau Dusun Manggis bernama Wan Oemar. Hasil sidang tersebut
mempersoalkan tindakan Rombongan pendatang baru yang dipimpin Pakubuwono,
sehingga dikenakan ”yang delapan penuh serta denda” menurut ketentuan adat yang
berlaku. Selanjutnya langsung dikantap kepada kedua belah pihak yaitu, Pangeran
Mangkubumi dan Pakubuwono selaku ketua rombongan. Putusan tersebut diterima
oleh kedua belah pihak namun Pakubuwono meminta beberapa hal antara lain :
1. Mohon beri tangguh pembayaran
2. Mohon mohon beri izin untuk kembali ke Mataram demi
kepentingan tersebut
Dengan demikian ketua sidang kembali bermusyawarah dengan
Pangeran Mangkubumi mengenai permohonan Pakubuwono, setelah bermusyawarah
akhirnya Pangeran Mangkubumi mempersilahkan Pakubuwono untuk kembali ke Mataram.
Pakubuwono
kembali ke Mataram
Pakubuwono bersama 3 orang pembantunya berangkat menuju
Mataram dengan sampan layar serbaguna, sampai di Mataram langsunglah Pakubuwono
menuju rumah ibunya, ternyata saat itu ibunya sedang sakit dan Pakubuwono
langsung sujud memohon maaf kepada ibunya. Pakubuwono menyampaikan maksud dan
tujuannya kembali ke Mataram yaitu :
Ø Untuk mengambil sesuatu demi keperluan untuk kenduri
peresmian Negeri dan pemakaian 11 rumah yang dibangunnya di lokoasi Tanah
Pilih.
Ø Mengundang kesenian bende Mataram beberapa orang saja
karena dibatasi sampan yang dibawanya dari Tanah Pilih hanya 1 buah.
Mendengar penyampaian Pakubuwono ibunya menyetujui
permintaan Pakubuwono, sore harinya Pakubuwono pergi kerumah ketua kesenian
Bende Mataram. Pakubuwono disambut baik bahkan dismbut dengan iringan kesenian
bende Mataram tersebut, setelah itu Pakubuwono menyampaikan maksunya untuk
mengundang beberapa orang pemain kesenian Bende Mataram untuk ikut dengannya ke
lokasi Tanah Pilih dikarenakan Pakubuwono akan meresmikan Negeri dan pemakaian
11 buah rumah. Ketua kesenian menganggap perlu semua tim dari kesenian tersebut
ikut dengan Pakubuwono, namun Pakubuwona kembali menyampaikan kalau perahu yang
mereka bawa tidak cukup untuk semua tim kesenian tersebut dan akhirnya ketua
kesenian mengusulkan untuk membawa perahu milik tim kesenian, Pakubuwono pun
sangat senang dengan usulan ketua kesenian tersebut. akhirnya Pakubuwono
bersama rombongan seni berangkat menuju tanah seberang tanah pilih.
Didalam perjalanan sesampai di sungai mancur pada malam
hari rombongan memainkan kesenian Sende Mataram sambil terus menerus bernyanyi
dan berperahu, terdengarlah Pangeran Mangkubumi dan terbangun dari tidurnya
suara nyanyian dan pukulan gung dengan merdunya, terahir terdengar 3 kali
letusan meriam Pangeran Mangkubumi tahu kalau Pakubuwono sudah kembali.
Pertemuan
Pangeran Mangkubumi dengan ketua kesenian
Pada pagi hari setelah kedatangan Pakubuwono Pangeran
Mangkubumi berkunjung ke tanah pilih dan bertemu ketua kesenian yang merupakan
paman Pakubuwono juga yaitu adik dari ibu Pakubuwono, dengan demikian mantaplah
perbincangan antara kedua paman Pakubuwono tersebut. Dalam pertemuan singkat
ini Pangeran Mangkubumi bertanya kepa Ketua kesenian apakah maksud yang
disampaikan Pakubuwono kepada ketua kesenian sehingga mengundang kesenian sende
Mataram, ketua kesenian menjawab bahwa Pakubuwono bermaksud merismikan negeri
dan pemakaian 11 rumah.
Akhirnya kedua paman Pakubuwono ini bersepakat untuk
menjodohkan Pakubuwono dengan Sri Ratu Daya Rani yang juga merupakan anak dari
ketua kesenian yang berarti saudara sepupu Pakubuwono, kemudian Pakubuwono
dilengkapi dengan Pakubuwono ke III karena dia adalah Putera pertama Sri Sultan
Pakubuwono II. Perjodohan bermaksud sesuai dengan istilah ”jadi masih serumpun
kepah yang tinggi / sepucuk jalo panjang” mudah – mudahan suatu saat mempunyai
keturunan yang soleh dan solehah dalam meneruskan perjuangan.
Membayar
hutang dan denda
Untuk menepati janji yang telah disanggupi Pakubuwono
bersama 2 orang pengiringnya berangkat menuju balai panjang menemui Pangeran
Mangkubumi yakni Desa Tanah Periuk sekarang. Akhirnya dapat bertemu langsung
dengan Pangeran Mangkubumi dihadapan Wan Oemar ketua sidang dan datuk Rio Anoom
abdi masyarakat Tanah Sepenggal, setelah
hutang dan denda di bayar, Pakubuwono menyampaikan niatnya untuk melakukan
peresmian Desa dan rumah yang dibangunnya di lokasi tanah pilih Lebak Landai.
Pangeran Mangkubumi langsung membantah jika Cuma dua
unsur tersebut yang diresmikan maka belum wajar, maksu dari Pangeran Mangkubumi
ialah ingin menikahkan Pakubuwono dengan Sri Ratu Daya Rani sesuai perundingan
Pangeran Mangkubumi dengan ketua kesenian yang juga paman dari Pakubuwono, dan
Pakubuwono pun mengikuti apa yang diinginkan oleh kedua pamannya tersebut.
Kenduri diadakan selama tiga hari tiga malam terhitung
mulai tanggal 11 – 13 Maret 1754 dengan mengundang beberapa tamu seperti :
Ø Pemuka masyarakat Bilangan V /VII
Ø Pemuka masyarakat Jujuhan
Ø Pemuka masyarakat VII Koto
Ø Pemuka masyarakat Bati II
Ø Pemuka masyarakat Batin III Ilir
Ø Pemuka masyarakat Batin III
Ø Pemuka masyarakat Batin VII
Ø Pemuka masyarakat Teluk Rendah
Ø Pemuka masyarakat Kampung Gedang Tanjung Pasir
Ø Pemuka Masyarakat Tahtul Yaman
Ø Kesenian melayu
Ø Anak negeri nan VIII dalam Tanah Sepanggal
Pada tanggal 11 Maret 1754 sukses melakukan peresmian
tiga serangkai yaitu :
1. Peresmian negeri yang diberi nama Lebak Landai
selanjutnya berubah menjadi Lubuk Landai.
2. Peresmian pemakaian 10 buah rumah adat Balembago dan 1
buah rumah gedang.
3. Pernikahan Pakubuwono III dengan Sri Ratu Daya Rani.
Selama tinggal di Lubuk Landai Pakubuwono dan Dayang Rani
mendapat 5 orang anak, 1 orang laki-laki dan 4 orang perempuan.
1) Kali Urai
2) Meh Mato
3) Meh Baik
4) Meh Urai
5) Rajo Nita, beliau meninggal waktu kecil umur 6 tahun
Pakubuwono wafat di Lubuk Landai Dimakamkan di Kampung
Betung Dusun Lubuk Landai. Itulah cerita singkat yang penulis saudara Akhmad
Ramadhan dapatkan dari orang-orang tuo dan catatan yang ditulis oleh nenek
Yahya H. Ali dan nenek Husin Dja’afar, memang masih banyak kekurangan –
kekurangan dalam penulisan ini, penulis berharap kedepan akan ada penelitian
yang lebih mendalam terhadap Pakubuwono dan Sejarah Dusun Lubuk Landai ini.
0 komentar:
Posting Komentar