Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 11 Desember 2017

USUL DIRI

             

 USUL DIRI

by Ilmu Hakekat Usul Diri

sebelum kita mengenal agama ada baiknya kita mengenal tuhan pencipta semesta alam ini..!!

** HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH **
Pada alam Gaibul Gaib,  dalam  keadaan belum ada apa-apa, belum ada Awal dan belum Akhir, belum ada Bintang, belum ada Bulan, belum ada Matahari, belum ada Bumi ini, belum ada sesuatu apapun, bahkan belum ada Tuhan yang bernama ALLAH, saat itu yang ada hanya ZAT semata-mata maka dalam keadaan ini diri yang punya ZAT tersebut telah mentajalikan dirinya untuk memuji dirinya.
Maka ditajalinya Nur Allah kemudian ditajalinya pula Nur Muhammad (Insan Kamil) pada peringkat ini disebut martabat : Anta Ana – Ana Anta ( aku engkau engkau aku ) maka dalam keadaan ini si empunya ZAT telah bertanya kepada Nur Muhammad  dan sekalian Roh untuk menentukankedudukan yaitu taraf ketuhanan dan taraf hamba, lalu ditanyakannya kepada Nur Muhammad “  ini Tuhanmu? “ maka dijawablah oleh Nur Muhammad yang mewakili seluruh Roh “ Ya.., Engkaulah Tuhanku “.
Hadist….( cari )
Firman… (cari)
Hadist qudsi : aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan mahluk ini dan aku perkenalkan diriku kepada mereka lalu mereka juga mengenalkan diriku.
Apa yang dimaksud dengan mahluk ini ialah Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam semesta ini dijadikan dari pada Nur Muhammad maka sesudah Roh-roh itu bersumpah  jadilah alam Kabir ini atau alam Semesta ini.
Sebelumnya diri yang empunya ZAT (Zattul Haq) dalam rangka untuk memperkenalkan dirinya, DIA menyerahkan rahasia dirinya kepada Nur Muhammad (Manusia) tetapi di dalam hal ini sebelum manusia sanggup menerimanya tidak ada satupun mahluk di alam
semesta ini yang sanggup memikul suatu rahasia besar  yaitu rahasia diri ALLAH s.w.t.
Pernah ditawarkan rahasia itu kepada langit, bumi, gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup untuk menerimanya.
Tujuan empunya ZAT mentajalikan Nur Muhammad itu adalah untuk memperkenalkan dirinya sendiri dengan diri rahasianya, maka diri rahasianya itu ditanggung dan diamanahkan kepada yang bernamaINSAN yaitu yang bertubuhkan diri batin yang bernama ALLAH (Rohani).
Hadist qudsi : al insanu sirrih wa anna sirruh   ( Manusia itu rahasia aku dan aku rahasianya )
Firman… (cari )
Maka, terimalah manusia diri rahasia Allah itu dan menjadi tanggung jawab manusia menjaga amanah tuhannya itu dengan cara mengenal dirinya serta memuji dan memuja rahasia dirinya sejak ia dilahirkan ke alam dunia sampai ia kembali kehadirat Tuhan pemilik rahasia.
Disamping itu manusia juga diamanahkan untuk menjadi pemerintah diantara semua mahluk yang ada di alam kabir (alam semesta) yang terbentang luas ini.
Firman allah surah al-baqarah ayat 30
Firman allah surah an-nur ayat 55
Ini berarti dua amanah penting yang harus dipikul dan menjadi tanggung jawab manusia :
Pertama : menjaga, mengenal, memuji dan mengembalikan amanah rahasia itu kepada yang punya rahasia yang dikandung oleh alam sagir yaitu batang tubuh manusia itu sendiri
Kedua : menjaga amanah pemerintahan di alam semesta ini.
Dengan lain perkataan tugas manusia adalah menjaga dan mengawal hubungannya dengan tuan empunya diri rahasia dan juga dengan mahluk lain.
Oleh karena diri rahasia telah diterima maka menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan sumpahnya dahulu, dan untuk tujuan ini maka Adam dizahirkan untuk meperbanyak diri-diri penanggung rahasia dan berkembang dari satu dekade ke satu dekade, dari satu generasi ke generasi yang lain, sampailah alam kabir ini mengalami kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali.
Adapun yang dinamakan manusia itu adalah karena dirinya mengandung rahasia, dengan lain perkataan manusia artinya dirimu mengandung rahasia.
Oleh karena diri manusia menanggung rahasia maka manusia haruslah berusaha mengenal dirinya karena dengan mengenal dirinya saja manusia tersebut akan dapat mengenal tuhannya dan kembali menyerahkan dirinya kepada empunya diri dikala berpisah roh dan jasad.
Firman surah An-nisaa ayat  58
Perlu ditegaskan sekali lagi tujuan utama Allah menyerahkan amanah dirinya kepada manusia adalah untuk memperkenalkan dirinya dan memuji dirinya dengan diri rahasianya yaitu allah memuji dirinya dengan dirinya sendiri
Hadist qudsi ; Man arafah nafsahu fakad arafah rabbahu ( barang siapa engenal dirinya maka dia akan mengenal tuhannya )
Firman : wama halaqnal Jinnah wal insa illah liat budu ( tidaklah aku jadikan jin danmanusia kecuali untuk menyembah )
Dalam menjalankan tugas harian dalam konteks “ Hubungan manusia dengan Tuhannya “ agar janji dapat tertunaikan dan sumpah dapat di pelihara maka Iblis di tugaskan bersama-sama dengan kelompoknya Syaitan untuk membuat ujian dan godaan terhadap keteguhan sumpah janji.
Iblis dan konco-konconya akan berusaha sedaya upaya agar bisa menepis kesetiaan sumpah janji manusia terhadap Allah.
Manusia-manusia yang tidak berpedoman dan hampa akan terbang mengikuti arus angin ujian, maka rugilah manusia tersebut dan jadilah dia seperti    “ Binatang yang pandai Bicara “  tetapi bagi manusia yang teguh dan berprinsip dan mengerti serta mengetahui tugas sumpah janjinya maka dia akan mampu melewati ini semua dan  duduk disisi Allah, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Firman Allah Surah Yasin ayat 60
Firman Allah Surah Al-Balad ayat 4
Adapun manusia pada awalnya sebelum di zahirkan kealam Kabir dan diwaktu bayi adalah bersih disisi Allah swt, tetapi setelah bergelut dengan pengaruh lumpur-lumpur kehidupan masyarakat dan hanyut dengan arus ujian iblis dan konco-konconya serta lalai terhadap tugas utamanya maka manusia menjadi kotor, kalau sudah begini maka tertutuplah pintu hubungan diantara Tuhan dan hambanya.
Hadist ; Sesungguhnya kelahiran seseorang anak itu bersih tetapi ibu bapaknya yang menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi.
Bila kotoran yang melanda manusia ini dibiarkan terus maka akan terbentuk darah kotor yang mengkristal di bagian bawah jantung ini berarti manusia tersebut tidak mempunyai hati nurani dan manusia  yang sudah kehilangan hati nurani ini semakin lama semakin jauhlah jarak hubungan antara Tuhan dengan dirinya yang kotor itu, manusia yang berperangai begini akan terus hanyut di dalam lumpur-lumpur kehidupanya didalam dunia ini, mereka ini akan lupa akan Tuhannya dan juga diri sendiri, hidupnya berpura-pura menjadi manusia tetapi sebenarnya lebih hina dari pada binatang,
Manusia seperti ini mempunyai mata tetapi buta, mempunyai telinga tetapi tuli, mempunyai hati tetapi tidak dapat memperhatikan.. Seluruh kemudahan rejeki yang mereka peroleh digunakan untuk tujuan mengabaikan dan menjauhkan hubungan dirinya dengan Allah swt.
Mereka ini hanya pandai menyumbat perut bodohnya dengan makanan, menyuci tubuh mayatnya dengan sabun ini – sabun itu namun mereka merelakan Rahasia Allah yang ada pada tubuhnya kurus kering kerontang dan kotor bagai bangkai yang busuk.
imanya manusia ini jeleknya lebih dari segala-galanya
Firman allah Surah Al-Araaf ayat 179
Lantaran itu manusia seperti ini akan menghadapi penyakit “ kotor hati yang kronis“ yang menyebabkan manusia tersebut merana didalam kegelapan tersesat untuk kembali kepangkuan Tuhannya. Dan selama hidupnya di dunia ini akan terputus hubungannya dengan Allah s.w.t
Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 7 ( hatamallahu ala kulubihim…. )
Firman Allah lagi………….
Mereka ini sanggup menipu Tuhannya, menipu orang lain dan bahkan sanggup menipu dirinya sendiri
Firman Allah surah Al-Baqarah ayat 9
Sesungguhnya dengan menyadari hidup kita di dunia adalah semata-mata kembali kepada Allah serta menyadari pula bahwa kita hidup di dunia ini terus diuji akan kesetiaan dan keteguhan kita dengan sumpah janji yang pernah kita ucapkan maka kita haruslah menyucikan Hati kita, menyucikan seluruh anggota Zahir dan Batin kita supaya hubungan kita dengan Allah di dunia dan akhirat tidak terputus walau sesaatpun dan kita menjadi  manusia yang diridhoi oleh Allah dan dapat duduk disisinya di Akhirat nanti….. amin!
Adapun cara mendekatkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya itu telah di bagi oleh para Ulama menjadi 4 bagian ;
Secara Syareat, Secara Tarikat, Secara Hahekat dan Secara Makrifat
Dengan kita mengetahui cara-cara untuk mendekatkan hubungan dengan Allah maka kita akan menjadi manusia yang baik antara kita dengan Allah dan hubungan kita dengan sesama mahluk dan alam sekitar  yang pada akhirnya kita akan di karuniakan keridhoannya dan dapat berada disisi Tuhannya.
Cara Syariat :
Adapun yang dimaksud dengan cara syariat adalah suatu cara zahir  yang membentuk suatu peraturan antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia dan dengan mahluk-mahluk lain.
Peraturan–peraturan syariat ini telah di gariskan oleh Allah didalam Al-Quran dan juga di gariskan oleh Rasullullah melalui perbuatan dan ucapan yang diberinama  Hadist.,
Jika manusia benar-benar mengikuti peraturan–peraturan syariat ini maka manusia itu tidak mungkin tersesat dalam hidupnya di dunia ini dan selamatlah di akhirat nanti, sebagaimana sabda Rasullullah :
Artinya : Kamu tidak akan sesat selama-lamanya jika kamu berpegangan kepada kedua-duanya yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul.
Didalam peraturan-peraturan ini Allah telah menggariskan hubungan diriNYA  dengan manusia dan hukum-hukum hidup secara individu maupun secara bermasyarakat.
Di dalam syariat dibahas  soal-soal Akidah, soal Ibadat, soal Muamalat, soal Munakahat, dan lain-lain peraturan untuk kebahagian manusia dunia dan akhirat.
Ditentukan juga garis-garis panduan hidup, tentang mana yang wajib, haramsunnah dan makruh, dosa pahala, surga, neraka dengan kata lain Syariat mengariskan dasar pokok “ Kerjakan apa yang diperintahkan dan jauhi apa yang dilarang “
Adapun peringkat cara syariat adalah suatu peringkat peraturan pengabdian hamba terhadap Tuhannya dengan mengikuti garis panduan dan peraturan-peraturan yang sudah ditentukan maka dengan mengikuti ini semua, seseorang manusia itu menjadi taraf hamba yang paling baik.
Suatu hal yang perlu di ingatkan pada peringkat Syariat ini adalah pengamal-pengamalnya benar-benar mengharapkan balasan atau upah dari setiap apa yang mereka kerjakan
Dan dengan upah-upah kerja yang dilakukannya itulah mereka yakin akan menentukan apakah mereka akan di masukan ke Surga atau Neraka
Jadi dapat disimpulkan disini bahwa  mereka mengerjakan apa yang diperintahkan karena mengharapkan surga dan tidak melakukan apa yang dilarang karena takut akan siksa neraka, perinsip mereka adalah “ Buat baik di balas baik – Buat jahat dibalas jahat “
Firman Allah Surah Az-zalzalah ayat 8
Firman Allah surah Mu’minun ayat 102-103
Disamping mereka berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang diperintahkan secara IKHLAS untuk Allah semata-mata, dibalik itu mereka juga benar-benar mengharapkan satu balasan yang setimpal dengan apa yang dilakukanya
Ini bermakna mereka mengabdi kepada Tuhannya dengan ada maksud-maksud tertentu ibaratnya “ ada udang di balik batu “ pekerjaan mereka bolelah kita sebut sebagai  : “ Pengabdian separuh hamba “
Lantas jika mereka benar-benar bersifat hamba yang tulen maka sudah tentu apapun pekerjaan yang dilakukan oleh mereka sudah tentu mereka tidak mengharapkan balasan apapun dari Tuhannya karena setiap balasan bukanlah sesuatu yang boleh untuk diminta-minta tetapi itu adalah satu karunia daripada Tuhannya
Firman Allah surah Al-Jin ayat 13
Apakah pantas seseorang yang mengaku dirinya hamba menagih janji dari Tuhannya? Dan apakah mereka sangsi akan janji Tuhannya?
Seharusnya bagi mereka yang mengaku dirinya hamba sudah tentu tidak mengharapkan sesuatu balasan apapun dari Tuhannya
Sesungguhnya bagi mereka yang mengikuti cara syariat ini akan mencapai martabat : BERIMAN DAN SOLEH  dan dengan mematuhi segala peraturan-peraturan maka mereka akan di karuniakan surga di akhirat nanti.
Firman Allah Surah Al-Kahfi ayat 107
Perlu di ingatkan masuknya surga bagi orang-orang syariat ini bukan sekali-kali karena pahalanya tetapi sekedar balas IHSAN daripada Allah karena kepatuhannya dengan Allah
Walaupun seberapa banyak pahala yang mereka peroleh maka sudah barang tentu tidak bisa untuk membeli surga karena surga bukanlah suatu yang murah yang menjadi barang dagangan yang bisa untuk  dibeli sebaliknya orang-orang syariat haruslah berikhtiar sedaya upaya agar menjadikan diri mereka seorang Mukmin supaya Allah sendiri membeli dirinya dan hartanya dengan Surga atas dasar perjuangan mereka menegakkan peraturan-peraturan Allah di dalam hidupnya.
Firman Allah (cari)
Maka berbahagialah bagi mereka-mereka yang mengamalkan cara syariat yang menduduki taraf  martabat dirinya sebagai seorang hamba yang Mukmin dan mereka memang dijamin oleh Allah Surga dan kekallah mereka selama-lamanya.
Firman Allah surah Ash-Syafaat ayat 111
Adalah perlu ditegaskan disini bahwasanya hasil akhir pengajian syariat adalah untuk mendapatkan suatu yang bernama SURGA, dan menjauhkan diri dari neraka, berusaha mendapatkan banyak pahala, mengurangi dosa, mengerjakan apa yang diperintahkan, tinggalkan apa yang di larang.
Cara Tarekat :
Adapun jalan Tarekat ini adalah jalan yang pernah dilalui oleh para wali-wali Allah dengan tujuan untuk mendekatkan dirinya dengan Allah, ini merupakan suatu jalan bagaimana hendak menyucikan diri dan hati agar terbentuk satu hubungan antara dirinya dengan Allah.
Suatu jalan tarekat yang sebenarnya adalah merupakan satu cara mensucikan diri untuk menuju kehadirat Allah Taala dan jalan ini hendaklah mempunyai sambungan ke Rasullullah S.A.W.
Jalan tarekat yang mendapat restu dari junjungan agung Rasullullah itu kemudian diwarisi oleh para sahabat Baginda dan seterusnya bersambung menjadi mata rantai dan diwarisi pula oleh para wali Allah yang agung dan sampailah kepada seseorang guru awal kemudian diajarkan sampai dengan guru akhir sampai kini dan seterusnya.
Oleh sebab itu barang siapa yang mengikuti pengajian Tarekat maka menjadi tanggung jawabnya untuk mengetahui asal pangkalnya dan pastikan berasal dari Rasullullah dan para sahabatnya.
Jalan tarekat adalah suatu cara memuja dan memuji Allah dan melatih diri agar tidak melupai Allah pada setiap detik dan memberi segala keagungan dan mebesaran hanya kepada Allah semat-mata.
Cara untuk mensucikan diri dan hati adalah melalui proses mengenal nafsu-nafsu yang yang kita miliki. Agar kita tidak lalai dan lupa dirinya dan tuhannya,
Firman Allah dalam Alquran : 1,2 dan 3
Adapunafsu yang dimiliki oleh manusia seperti yang tercatat didalam ’an ada 7 yaitu :
Nafsu Amarah,Nafsu Malhamah, Nafsu Lawamah, Nafsu Mutmainnah, Nafsu Radhiah, Nafsu Mardhiah, Nafsu Kamalia
Dengan mengenal nafsu-nafsu tersebut maka orang-orang tarekat akan mencapai martabat ditaraf nafsu-nafsu tersebut yang mempunyai kelebihan yang berbeda diantara martabat yang satu dengan yang lainnya.
Untuk mengenal dan mencapai martabat nafsu-nafsu itu seseorang itu hendaknya menuntut dan mengamalkan jalur ilmu tarekat dari guru-gurunya yang mursyid dan dapat pula mencapai martabat nafsu-nafsu tersebut,
Disamping mereka harus mengikuti petuah-petuah yang dianjurkan oleh guru mereka dari satu peringkat ke peringkat yang lain sehingga menjadi manusia sempurna (insan kamil) dan diridhoi Allah di dunia dan Akhirat.
Mereka hendaklah menjalani tarekat mereka dengan tekun dan penuh usaha agar tercapai martabat yang tertinggi.
Apapun pekerjaan dan amalan orang-orang tarekat tidaklah lagi mengharapkan pahala,artinya apa yang diamalkannya hanya untuk mendekatkan dirinya dengan Allah setiap saat, mereka tidak mengharapkan pahala atau surga tetapi semata-mata untuk mengenali tuhannya dengan berusaha untuk mengenali dirinya sendiri, tujuan mereka hanya Allah semata-mata tanpa embel-embel, sebagaiana mana kata yang masyhur ini : “ Padaku tiada pahala, tiada surga yang ku idam-idamkan adalah kekasihku Allah jua “
Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian Tarekat adalah untuk mengenal diri dan mengenal Allah, mensucikan nafsu dirinya ke suatu derajat nafsu yang tertinggi, kemuliaan dengan Allah s.w.t, mereka akan terus berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan Allah selama masa hidupnya di alam fana ini, dalam setiap waktu dan setiap saat.
Cara Hakekat :
Cara ketiga adalah cara hakekat, adapun jalan ilmu hakekat ini adalah dengan cara menyelami dan mengenali diri sendiri yang merupakan satu-satunya jalan kearah Makrifat diri denga Allah dan ini adalah jalan yang dilalui oleh wali-wali Allah, Arifinbillah dan para Aulia.
Mereka-mereka yang menjalani pengajian ilmu Hakekat ini akan beriktiar dengan tekun dan tabah untuk mendekatkan dirinya dengan Allah dengan cara membongkar, menyelidiki dan menyaksikan rahasia diri sendiri yaitu rahasia Allah yang ditanggung oleh dirinya dan berusaha membentuk dirinya menjadi manusia  Kamil Mulkamil.
Bagi mereka yang hendak menuju kehadirat Allah dengan jalan Hakiki ini maka hendaklah mereka terlebih dahulu menjalani cara tarekat dan telah mampu membersihkan dirinya dari segala bentuk syirik kepada Allah taala.
Mereka hendaklah menjalani pengajian ini dengan guru-guru hakiki dan makrifat serta mursyid yang mempunyai pengetahuan yang luas serta mencapai ketahap martbatnya, disamping itu orang-orang hakiki haruslah mendapat didikan secara terperinci dari guru-guru gaib yang terdiri daripada wali-wali Allah yang teragung, nabi-nabi dan rasul-rasul.
Guru-guru Gaib ini akan mengajarkan mereka di samping guru zahir yang mursyid yang melatih mereka menjalani alam ilmu hakiki.
Guru-guru gaib akan mengajarkan mereka ilmu hakiki melalui LADUNI. ( untuk pengetahuan lebih jelas silahkan bertanya kepada guru-guru hakiki, makrifat lagi mursyid )
Dengan menjalani jalan hakiki maka manusia tersebut akan mencapai kesuatu tahap tertinggi disisi Allah dan sesungguhnya berbahagialah orang-orang hakiki yang mencapai martabatnya dan dapatlah mereka duduk disisi Allah di dunia dan akhirat.
Orang-orang hakiki yang sampai martabanya bukan saja mulia disisi Allah tetapi mereka juga mendapat kemuliaan dikalangan masyarakat dan dipuja oleh masyarakat sepanjang hayatnya.
Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian hakekat adalah untuk menjadi Allah pada zahir dan bathin yakni pada diri zahir dan diri bathin pada martabat kemuliaan Insan kamil mulkamil, Tiada sesuatupun pada dirinya kecuali Allah semata-mata.
Cara Makrifat :
Sementara jalan Makrifat ini adalah suatu jalan yang pernah dilalui dan dialami oleh para wali-wali Allah yang Agung, para Arifinbillah dan para Aulia, Nabi dan Rasul.
Seseorang yang ingin menuju kejalan makrifat kepada Allah haruslah terlebih dahulu menjalani latihan pada peringkat jalan hakekat karena jalan hakekat adalah sambungannya ke jalan Makrifat.
Orang-orang makrifat akan membongkar segala rahasia alam Kabir (alam semesta), rahasia alam Saghir ataupun atau alam gaib dan alam gaibul gaib.
Bagi mereka yang menjalani jalan makrifat, mereka diasuh bukan saja oleh guru zahir, hakiki lagi makrifat, guru-guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan para Rasullullah malahan bagi mereka yang sedang menuju ke jalan Makrifat ini akan di ajar sendiri oleh tuhannya melalui guru bathin yaitu diri rahasia Allah (diri rahasianya sendiri).
Bagi mereka yang mencapai ke peringkat makrifat ini, mereka adalah manusia yang luar biasayang akan mendapat martabat, derajat dan kesaktian serta keridhoan yang paling tinggi disisi Tuhannya dan mereka duduk bersama tuhannya dan diberi kesempatan untuk menjelajahi tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, Arash dan Qursi, Surga dan Neraka semasa hidupnya di dunia ini.
Alangkah mulianya kita jika bisa mencapai martabat ini, kitalah orang tertinggi didalam segala hal dalam pandangan Allah s.w.t.
Orang-orang yan mencapai martabat ini akan mendapat sanjungan dari Allah s.w.t dan dari manusia sejagad, mereka akan dihormati sepanjang hayat mereka.
Matlumat terakhir dari pengajian Makrifat adalah untuk kembali semula menjadi Tuhan yaitu pada martabat diri kita di alam gaibul gaib yakni Ahdah. ( untuk pemahaman lebih mendalam silahkan bertanya kepada orang-orang Makrifat lagi mursid )
Semoga bermanfaat 

ILMU MA"RIFAT MENURUT IMAM AL GHAZALI

Perbedaan antara Ilmu dan Ma’rifat Menurut Imam Al-Ghazali

Ma’rifat adalah maqam kedekatan (qurb) itu sendiri yakni maqam yang memiliki daya tarik dan yang memberi pengaruh pada kalbu, yang lantas berpengaruh pada seluruh aktivitas jasmani (jawarih). `Ilm (ilmu) tentang sesuatu adalah seperti “melihat api” sebagai contoh, sedangkan ma`rifat adalah “menghangatkan diri dengan api”.
Menurut bahasa, ma`rifat adalah pengetahuan yang tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Adapun menurut istilah yang sering dipakai menunjukkan ilmu pengetahuan tentang apa saja (nakirah). Menurut istilah Sufi, ma`rifat adalah pengetahuan yang tidak ada lagi keraguan, apabila yang berkaitan dengan objek pengetahuan itu adalah Dzat Allah swt. dan Sifat-sifat-Nya. Jika ditanya, `Apa yang disebut ma`rifat Dzat dan apa pula ma’rifat Sifat?” Maka dijawab bahwa ma’rifat Dzat adalah mengetahui bahwa sesungguhnya Allah swt. adalah Wujud Yang Esa, Tunggal, Dzat dan “sesuatu” Yang Mahaagung, Mandiri dengan Sendiri-Nya dan tidak satu pun yang menyerupai-Nya.
Sedangkan ma’rifat Sifat adalah mengetahui sesungguhnya Allah swt. Mahahidup, Maha Mengetahui, Mahakuasa, Maha Mendengar dan Maha Melihat, dan seluruh Sifat-sifat Keparipurnaan lainnya.
Kalau ditanya, `Apa rahasia ma`ri fat?” Rahasia dan ruhnya adalah tauhid. Yaitu, jika anda telah menyucikan sifat-sifat Mahahidup, Ilm (Ilmu), Qudrah, Iradah, Sama ; Bashar dan Kalam Allah dari segala keserupaan dengan sifat-sifat makhluk [dengan penegasan bahwa tiada satu pun yang menyamai-Nya].
Lalu, apa tanda-tanda ma`rifat? Tanda-tandanya adalah hidupnya kalbu bersama Allah swt. Allah swt. mewahyukan kepada Nabi Dawud a.s., “Mengertikah engkau, apakah ma’rifat-Ku itu?” Dawud menjawab, “Tldak.”Allah berfirman, “Hidupnya kalbu dalam musyahadah kepada-Ku. “
Kalau ditanya, “Tahap atau maqam manakah yang dapat disahkan sebagai ma `rifat yang hakiki?” [Jawabnya] adalah tahap musyahadah (penyaksian) dan ru’yat (melihat) dengan sirr qalbu. Hamba melihat untuk mencapai ma’rifat. Karena ma’rifat yang hakiki ada dalam dimensi batin pada iradah, kemudian Allah swt. menghilangkan sebagian tirai (hijab), lantas kepada mereka diperlihatkan nur Dzat-Nya dan Sifat-sifat-Nya dari balik hijab itu agar mereka sampai pada ma’rifat kepada Allah swt. Hijab itu tidak dibukakan seluruhnya, agar yang melihat-Nya tidak terbakar.
Sang Sufi bersyair dengan ungkapan pencapaian pada tahap spiritual tertentu :
Seandainya Aku tampak tanpa hijab
Pastilah seluruh makhluk sempurna
Namun hijab itu amat halus
Agar merevitalisasi kalbu para hamba yang `asyiq.
Ketahuilah, bahwa manifestasi (tajalli) keagungan melahirkan rasa takut (khauf) dan keterpesonaan (haibah). Sedangkan manifestasi keelokan (al-Hasan) dan Keindahan (al-Jamal) melahirkan keasyikan. Sementara manifestasi Sifat-sifat Allah melahirkan mahabbah. Dan manifestasi Dzat meniscayakan lahirnya penegasan keesaan (tauhid).
Sebagian ahli ma’rifat berkata, “Demi Allah, tidak seorang pun yang mencari dunia, selain orang itu dibutakan kalbunya oleh Allah, dan dibatalkan amalnya. Sesungguhnya Allah menciptakan dunia sebagai kegelapan, dan menjadikan matahari sebagai cahaya. Allah menjadikan kalbu juga gelap, lalu dijadikan ma’rifat sebagai cahayanya. Apabila awan telah tiba, cahaya matahari akan terhalang. Begitupun ketika kecintaan dunia tiba, cahaya ma’rifat akan terhalang dari kalbu.”
Ada pula yang mengatakan, “Hakikat ma’rifat adalah cahaya yang dikaruniakan di dalam kalbu Mukmin, dan tiada yang lebih mulia dalam khazanah kecuali ma’rifat.”
Sebagian Sufi berkata, “Matahari kalbu Sang `Arif lebih terang dan bercahaya dibandingkan matahari di siang hari. Karena matahari pada siang hari kemungkinan menjadi gelap karena gerhana, sedangkan matahari kalbu tiada pernah mengalami peristiwa gerhana (kusuf). Matahari siang tenggelam ketika malam, namun tidak demikian pada matahari kalbu.” Mereka mendendangkan syair:
Matahari siang tenggelam di waktu senja
matahari kalbu tiada pernah tenggelam
Siapa yang mencintai Sang Kekasih
`Kan terbang sayap rindunya
menemui Kekasihnya.
Dzun Nun berkata bahwa hakikat ma’rifat adalah penglihatan al-Haq atas rahasia-rahasia relung kalbu melalui perantaraan (muwashalah) Kilatan-kilatan lembut (latha’if) cahaya-cahaya:
Bagi orang `arifin, terdapat kalbu-kalbu yang diperlihatkan
Cahaya I1ahi dengan rahasia di atas rahasia
Yang terdapat dalam berbagai hijab
Tu1i dari makhluk, buta dari pandangan mereka
Bisu dari berucap dalam klaim-klaim dusta.
Sebagian di antara mereka ditanyai, “Kapankah seorang hamba mengetahui bahwa dia telah mencapai ma’rifat yang hakiki?” Dijawab, “Tatkala dia mencapai tahapan tidak menemukan dalam kalbunya sedikit pun ruang bagi selain Tuhannya.”
Sebagian Sufi ada pula yang berkata, “Hakikat ma’rifat adalah musyahadah kepada Yang Haq tanpa perantara, tanpa bisa diungkapkan, tanpa ada keraguan (syubhah).” Seperti ketika Amirul-Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a. ditanya, “Wahai Amirul-Mukminin, apakah yang anda sembah itu yang dapat anda lihat atau tidak dapat anda lihat?” “Bukan begitu, bahkan aku menyembah Yang aku lihat, bukan dengan penglihatan mata, tetapi penglihatan kalbu,” jawab Ali.
Ja’far ash-Shadiq ditanya, “Apakah anda pernah melihat Allah swt.?”
“Aku tidak menyembah Tuhan yang tidak bisa kulihati” Ditanyakan lagi, “Bagaimana anda melihat-Nya, padahal Dia tidak dapat dilihat mata?”
Ja’far menjawab, “Mata penglihatan fisik tidak bisa melihat-Nya, tetapi mata batin (al-qulub) dapat melihat-Nya melalui hakikat iman. Tidak diketahui melalui penginderaan dan tidak pula dianalogikan dengan manusia.”
Sebagian `arifin ditanya seputar hakikat ma’rifat. Mereka berkata, “Menyucikan sirr (rahasia) kalbu dari segala kehendak ‘ dan meninggalkan kebiasaan sehari-hari, tentramnya kalbu kepada Allah swt. tanpa ada ganjalan (`alaqah), berhenti dari sikap berpaling dari Allah swt. dan menuju selain Allah swt. Mustahil, ma’rifat kepada substansi Dzat-Nya dan Sifat-sifat-Nya, dan tidak akan diketahui siapa Dia, kecuali melalui Dia sendiri, Yang Mahaluhur, Mahatinggi, serta Kemuliaan hanya kepada Diri-Nya saja.”
Bashirah, Mukasyafah, Musyahadah dan Mu’ayanah
Bashirah, Mukasyafah, Musyahadah dan Mu`ayanah merupakan term-term yang sinonim. Perbedaannya pada tataran makna penjelasannya yang utuh, bukan pada tataran makna asalnya. Kedudukan bashirah (mata batin) pada akal sama dengan kedudukan cahaya mata (batin) pada mata penglihatan (fisik). Kedudukan ma’rifat pada bashirah adalah seperti kedudukan bola matahari yang berpijar pada cahaya mata, sehingga dengan sinar itu, objek-objek yang jelas dan yang tidak tampak dapat dikenali.
Di dalam kehidupan (hayah) itu sendiri, Tauhid dapat diketahui.Allah swt. berfirman: “Bukankah orang yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan?” (Q. s. al-An’am:122).
Sedangkan al-yaqin -ketahuilah – keyakinan (al-i`tiqad) dan ilmu, apabila telah bersemayam dalam kalbu dan tidak ada yang menjadi penghalang (ma’aridh) bagi masing-masing, akan membuahkan ma`rifat dalam kalbu. Dan ma’rifat tersebut dinamakan al-yaqin. Karena hakikat yakin adalah kejernihan ilmu yang didapatkan (acquired) melalui perolehan karunia (muktasab), sehingga menjadi seperti ilmu aksiomatik, dan kalbu menyaksikan keseluruhan, sebagaimana dikabarkan oleh syariat, baik dalarn persoalan dunia maupun akhirat. Dikatakan, `Air menjadi jelas ketika bersih dari kekeruhannya.”
Ilham adalah pencapaian (hushul) ma’rifat tersebut tanpa disertai sebab dan upaya, tetapi dengan ilham langsung dari Allah swt. setelah kalbu menjadi jernih dari segala sikap memandang baik (istihsan) dua jagad – jagad dunia maupun akhirat.
Sementara firasat adalah pengetahuan akan perlambang dari Allah swt., antara Dia dan hamba-Nya, yang memberi petunjuk pada segi esoterik (sisi paling dalam) hukum-hukumNya. Firasat tidak akan hadir, kecuali pada derajat taqarrub. Tetapi dia berada di bawah ilham. Karena ilham tidak membutuhkan alamat-alamat. Namun firasat membutuhkan alamat atau tanda perlambang, baik bersifat umum maupun khusus. Wallahu a`lam.

KUNCI MENGENAL ALLAH

Anak Kunci Mengenal Allah

Dikutip dari Kitab Kimyatusy Sya’adah – Al Ghazali
Mengenal diri itu adalah “Anak Kunci” untuk Mengenal Alloh.   Hadis ada mengatakan :
MAN ‘ARAFA NAFSAHU FAQAD ‘ARAFA RABBAHU (Siapa yang kenal kenal dirinya akan Mengenal Alloh)
Firman Alloh Taala :
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. 41:53)
Tidak ada hal yang melebihi diri sendiri.  Jika anda tidak kenal diri sendiri, bagaimana anda hendak tahu hal-hal yang lain?  Yang dimaksudkan dengan Mengenal Diri itu bukanlah mengenal bentuk lahir anda, tubuh, muka, kaki, tangan dan lain-lain anggota anda itu.  karena mengenal semua hal itu tidak akan membawa kita mengenal Alloh.  Dan bukan pula mengenal perilaku dalam diri anda yaitu bila anda lapar anda makan,  bila dahaga anda minum,  bila marah anda memukul dan sebagainya.  Jika anda bermaksud demikian,  maka binatang itu sama juga dengan anda.  Yang dimaksudkan sebenarnya mengenal diri itu ialah:
Apakah yang ada dalam diri anda itu? Dari mana anda datang? Kemana anda pergi? Apakah tujuan anda berada dalam dunia fana ini? Apakah sebenarnya bagian dan apakah sebenarnya derita?
Sebagian daripada sifat-sifat anda adalah bercorak kebinatangan.  Sebagian pula bersifat Iblis dan sebagian pula bersifat Malaikat.  Anda hendaklah tahu sifat yang mana perlu ada,  dan yang tidak perlu.   Jika anda tidak tahu,   maka tidaklah anda tahu di mana letaknya kebahagiaan anda itu.
Kerja binatang ialah makan,  tidur dan berkelahi.  Jika anda hendak jadi binatang,  buatlah itu saja.  Iblis dan syaitan itu sibuk hendak menyesatkan manusia,  pandai menipu dan berpura-pura.  Kalau anda hendak menurut mereka itu,   lakukan sebagaimana kerja-kerja mereka itu.  Malaikat sibuk dengan memikir dan memandang Keindahan Ilahi.  Mereka bebas dari sifat-sifat kebinatangan.
Jika anda ingin bersifat dengan sifat KeMalaikatan,  maka berusahalah menuju asal anda itu agar dapat anda mengenali dan menuju pada Alloh Yang Maha Tinggi dan bebas dari belenggu hawa nafsu.  Sebaiknya hendaklah anda tahu kenapa anda dilengkapi dengan sifat-sifat kebintangan itu. 
A dakah sifat-sifat kebinatangan itu akan menaklukkan anda atau adakah anda menakluki mereka?.  Dan dalam perjalanan anda ke atas martabat yang tinggi itu,  anda akan gunakan mereka sebagai tunggangan dan sebagai senjata.
Langkah pertama untuk mengenal diri ialah mengenal bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang zhohir,  yaitu tubuh ;  dan hal yang batin yaitu hati atau Ruh .  Yang dimaksudkan dengan “HATI” itu bukanlah daging yang terletak dalam sebelah kiri tubuh.
Yang dimaksudkan dengan “HATI” itu ialah satu hal yang dapat menggunakan semua kekuatan,   yang lain itu hanyalah sebagai alat dan kaki tangannya saja.  Pada hakikat hati itu bukan termasuk dalam bidang Alam Nyata(Alam Ijsam) tetapi adalah termasuk dalam Alam Ghaib.  Ia datang ke Alam Nyata ini ibarat pengembara yang melawat negeri asing untuk tujuan berniaga dan akhirnya kembali akan kembali juga ke negeri asalnya.  Mengenal hal seperti inilah dan sifat-sifat itulah yang menjadi “Anak Kunci” untuk mengenal Alloh.
Sedikit ide tentang hakikat Hati atau Ruh ini bolehlah didapati dengan memejamkan mata dan melupakan segala hal yang lain kecuali diri sendiri.  Dengan cara ini,   dia akan dapat melihat tabiat atau keadaan “diri yang tidak terbatas itu”. Meninjau lebih dalam tentang Ruh itu adalah dilarang oleh hukum.  Dalam Al-Quran ada diterang,
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (Bani Israil:85)
Demikianlah sepanjang yang diketahui tentang Ruh itu dan ia adalah mutiara yang tidak bisa dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan dan ia termasuk dalam “Alam Amar/perintah”.  Ia bukanlah tanpa permulaan.  Ia ada permulaan dan diciptakan oleh Alloh.  Pengetahuan falsafah yang tepat mengenai Ruh ini bukanlah permulaan yang harus ada dalam perjalanan Agama,  tetapi adalah hasil dari disiplin diri dan berpegang teguh dalam jalan itu,  seperti tersebut di dalam Al-Quran :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut:69)
Untuk menjalankan perjuangan Keruhanian ini,  bagi upaya pengenalan kepada diri dan Tuhan,  maka
  • Tubuh itu bolehlah diibaratkan sebagai sebuah Kerajaan,
  • Ruh itu ibarat Raja.
  • Pelbagai indera (senses) dan daya (fakulti) itu ibarat satu pasukan tentara.
  • Aqal itu bisa diibaratkan sebagai Perdana Menteri.
  • Perasaan itu ibarat Pemungut pajak,  perasaan itu terus ingin  merampas dan merampok.
  • Marah itu ibarat Pegawai Polisi, 
  • marah sentiasa cenderung kepada kekasaran dan kekerasan.
Perasaan dan marah  ini perlu ditundukkan di bawah perintah Raja.  Bukan dibunuh atau dimusnahkan karena mereka ada tugas yang perlu mereka jalankan, tetapi jika perasaan dan marah menguasai Aqal,  maka tentulah Ruh akan hancur.
Ruh yang membiarkan kekuatan bawah menguasai kekuatan atas adalah ibarat orang orang yang menyerahkan malaikat kepada kekuasaan Anjing atau menyerahkan seorang Muslim ke tangan orang Kafir yang zalim.  Orang yang menumbuh dan memelihara sifat-sifat iblis atau binatang atau Malaikat akan menghasilkan ciri-ciri atau watak yang sepadan dengannya yaitu iblis atau binatang atau Malaikat itu.  Dan semua sifat-sifat atau ciri-ciri ini akan nampak dengan bentuk-bentuk yang jelas di Hari Pengadilan.
  • Orang yang menurut hawa nafsu nampak seperti babi,
  • Orang yang garang dan ganas seperti anjing dan serigala,
  • Orang yang suci seperti Malaikat.
Tujuan disiplin akhlak (moral) ialah untuk membersihkan Hati dari karat-karat hawa nafsu dan amarah,  sehingga ia jadi seperti cermin yang bersih yang akan memantulkan Cahaya Alloh Subhanahuwa Taala.
Mungkin ada orang bertanya,
“Jika seorang itu telah dijadikan dengan mempunyai sifat-sifat binatang,   Iblis dan juga Malaikat,  bagaimanakah kita hendak tahu yang sifat-sifat Malaikat itu adalah sifatnya yang hakiki dan yang lain-lain itu hanya sementara dan bukan sengaja?”
Jawabannya ialah mutiara atau inti sesuatu makhluk itu ialah dalam sifat-sifat yang paling tinggi yang ada padanya dan khusus baginya.  Misalnya keledai dan kuda adalah dua jenis binatang pembawa barang-barang,  tetapi kuda itu dianggap lebih tinggi darjatnya dari keledai karena kuda itu digunakan untuk peperangan.  Jika ia tidak boleh digunakan dalam peperangan,  maka turunlah ke bawah derajatnya kepada derajat binatang pembawa barang-barang. saja.
Begitu juga dengan manusia;  daya yang paling tinggi padanya ialah ia bisa berfikir yaitu Aqal.  Dengan pikiran itu dia bisa memikirkan hal-hal Ketuhanan.  Jika daya berfikir ini yang meliputi dirinya,  maka bila ia mati (bercerai nyawa dari tubuh) ,  ia akan meninggalkan di belakang semua kecenderungan pada hawa nafsu dan marah,  dan layak duduk bersama dengan Malaikat.   Jika berkenaan dengan sifat-sifat Kebinatangan,  maka manusia itu lebih rendah tarafnya dari binatang,  tetapi Aqal menjadikan manusia itu lebih tinggi tarafnya,   karena Al-Quran ada menerangkan bahwa,
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman:20)
Jika sifat-sifat yang rendah itu menguasai manusia,  maka setelah mati,  ia akan memandang terhadap keduniaan dan merindukan  keindahan di dunia saja.
Ruh manusia yang berakal itu penuh dengan kekuasaan dan pengetahuan yang sangat menakjubkan. Dengan Ruh Yang Berakal itu manusia dapat menguasai segala cabang ilmu dan Sains. Dapat mengembara dari bumi ke langit dan balik semula ke bumi dalam sekejap mata. Dapat memetakan langit dan mengukur jarak antara bintang-bintang.Dengan Ruh itu juga manusia dapat menangkap ikan ikan dari laut dan burung-burung dari udara.Menundukkan binatang-binatang untuk tunduk kepadanya seperti gajah,  unta dan kuda. 
Lima indera (pancaindera) manusia itu adalah ibarat lima buah pintu terbuka menghadap ke Alam Nyata (Alam Syahadah) ini.
Lebih ajaib dari itu lagi ialah  Hati.  Hatinya itu adalah sebuah pintu yang terbuka menghadap ke Alam Arwah (Ruh-ruh) yang ghaib.
Dalam keadaan tidur,  apabila pintu-pintu dunia tertutup,  pintu Hati ini terbuka dan manusia menerima berita atau kesan-kesan dari Alam Ghaib dan kadang-kadang membayangkan hal-hal yang akan datang.  Maka hatinya adalah ibarat cermin yang memantulkan (bayangan) apa yang tergambar di Luh Mahfuz.  Tetapi meskipun dalam tidur,  pikiran tentang hal-hal keduniaan akan menggelapkan cermin ini.  maka gambaran yang diterimanya tidaklah terang.  Setelah lepasnya nyawa dengan tubuh (mati),  Pikiran-pikiran tersebut hilang sirna dan segala sesuatu terlihatlah dalam keadaan yang sebenarnya.
Firman Alloh dalam Al-Quran :
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Qaaf:22).

DZIKIR SYARIAT TAREKAT HAKIKAT DAN MA"RIFAT

Dzikir Syariat-Tarekat-Hakikat-Ma’rifat

Assalamu Alaikum Brothers…………………….
Tema pada saat ini yg saya mau uraikan adalah SANGAT2 RAHASIA, Beruntunglah, Berbahagialah & Bersyukurlah kpd ALLAH SWT, Karena penjelasannya TIDAK ADA DI BUKU2 LAINNYA, Dan ilmu2 AgamaNYA ALLAH SWT  tidak gampang ditemukan & tidak sebanding dengan harta & Material yang ada di muka bumi ini, maka tunduk sujud syukurlah KepadaNYA semoga penjelasan ini menjadi HIDAYAH bagi anda,……..AMIN
ini adalah kekuatan cahaya Dzikir yg ada pada diri manusia dgn 4 tingkatan ingatan fokus pada ALLAH SWT Sang Maha Bercahaya.
Makin dalam & fana (hampa) suatu fokus dzikir maka makin terlenalah Sang Hamba oleh fenomena kegaiban alam Nur Ilahiah. karena jika ingin mengenali ALLAH pahamilah tentang Gaib sesungguhnya ALLAH pun sifatNYA GAIB & Perkenalanmu KepadaNYA Takkkan habis sampai seumur hidupmu di dunia ini.
Seorang Hamba terkadang tidak menyadari bahwa ia sebenarnya masih di dunia sehingga menerawang melintasi alam kegaiban nur Ilahiah yang tak ada batas akhirnya membutuhkan power energi cahaya dzikir yg kuat.
Jika sang Hamba berpikir bijak ia pasti kembali ke dunia ibarat orang yang lagi menyelam melihat cakrawala keindahan bawah laut tidak terlalu lama lalu ia kembali ke permukaaan dasar laut untuk persiapan oksigennya kembali.
Begitulah tehnik berzikir yang bijaksana saudara……………………………
Ketahuilah Brothers  secara realita banyak saudara2 kita yang ERROR oleh fenomena alam kegaiban ALLAH SWT ketika mengosongkan pikiran &  masuk dalam alam kefanaan (hampa) melalui dzikir 4 tingkatan Syariat-Tarekat-Hakikat-Ma’rifat.
Padahal kalau ditelaah secara hakikat Alam fenomena visual kegaiban ALLAH SWT Takkan Habis oleh masa, batas, ruang & waktu ibaratnya klo menghitung ilmu2NYA ALLAH SWT takkan habis biarpun laut dijadikan tinta untuk menulis ayat2 ilmu ALLAH SWT Yang Maha Luas PengetahuanNYA Di Alam Jagat Raya (Q.s Al Kahfi : 109).
Berikut ini adalah tuntunan2 dzikir:
  • Dzikir Syariat : “La Ilaha Illallah” diucapkan berulang2 dgn lisan sampai masuk kedalam hati sehingga lisan/mulut tak berucap lagi, rahasia dzikir ini terdiri dari 12 huruf yg sama maknanya dengan Waktu 12 jam, dzikir ini selalu dikumandangkan oleh para malaikat bumi (Malaikatul Ahyar) ketika ALLAH SWT menciptakan setiap makhlukNYA di muka bumi.
  • Dzikir Tarekat : “ALLAH”ALLAH”ALLAH” diucapkan berulang2 di dalam hati saja dengan pengosongan pikiran fana (hampa) lalu fokus pada nama tadi sehingga nama ALLAH tadi membuat & menciptakan alam bayangan hidup  didepan mata anda sendiri, jangan kaget & takut oleh fenomena tersebut karena para jin syetan selalu mengintai anda tetapi berlindunglah Kepada ALLAH SWT yang Maha Menjaga Orang Beriman dgn ayat & doa : audzu billahi minas syathanir rajim…………… La ilaha illallah anta subhanaka inni kuntu minaz zhalimin……….lalu lafazkan… ALLAHU SALAMUN HAFIZHUN WALIYYUN WA MUHAIMIN ( Allah Yang Maha sejahtera, Maha Memelihara, Maha Melindungi lagi Maha Menjaga Hambanya yg beriman).
  • Dzikir Hakikat : “HU”HU”HU (DIA ALLAH) diucapkan dalam hati saja dengan keadaan fana (hampa) melalui perantaraan tarikan Nafas ke dalam sampai ke perut, usahakan perut tetap keras biarpun nafas telah keluar, dalam bahasa ilmu tenaga dalam ini adalah metode pemusatan power lahiriah dari perut, dalam istilah cina yin & yang ini adalah penyembuhan/pengobatan pada diri secara bathiniah dan kesemuanya itu benar adanya karena pusat perut adalah sumber daya energi kekuatan manusia secara lahiriah & bathiniah serta secara hakikat dzikir”HU” sebenarnaya tempatnya pada pusat perut dengan perantaraan cahaya nafas yg sangat berharga pada manusia.
  • Dzikir Ma’rifat : ” HU”AH”-”HU”AH”-HU”AH” atau HU-WAH” (Dia ALLAH Bersamaku”) sebenarnya bunyi dzikir ini sudah perpaduan antara hakikat & ma’rifat, dzikir tersebut dilantunkan dalam hati saja dengan gerakan nafas “HU” masuk kedalam “AH” keluar nafas, pada para sufi (wali Allah) ini adalah dzikir kenikmatan, kecintaan ( Mahabbatullah) yang sangat luas faedah hidayahnya & karomahnya sehinngga dapat menyingkap tabir rahasia2 Allah Swt pada gerakan kehidupan ini.
  • Dzikir rahasia  ma’rifat : ” Hu”wallahu Ahad (Allah Maha Tunggal)
Pada penjelasan diatas tentang dzikir sebenarnya kalau bicara tentang tingkatan pemahaman Agama dengan ilmun2NYA ALLAH SWT terdiri 7 fase tingkatan  :
  1. Syariat : mentaati segala perintahnya dan menjauhi segala laranganNYA
  2. Tarekat : Jalan spritual menuju kepadaNYA
  3. Hakikat : Mengetahui arti makna sesuatu pada kehidupan TAPI hamba itu diam pada orang awam KARENA itulah ikatan janjinya kepada ALLAH SWT.
  4. Ma’rifat : Mengetahui pengenalan dirinya kepada ALLAH SWT.   seperti yang  hadist katakan ” kenalilah dirimu sendiri sebelum mengenali ALLAH setelah engkau MengenaliNYA maka bersatulah  wujudmu BERSAMANYA.
  5. Musyahadah : Penyaksian fenomena kegaiban NUR ALLAH SWT Di langit & di bumi, ia menyaksikanNYA bersama para wali ALLAH & nabi2 ALLAH & Khususnya Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW
  6. Mukasyaf : Terbukanya Tabir rahasia seluruhnya di langit & di bumi, para mukasyaf saat ini hanya terdiri dari 111 orang saja di  seluruh  dunia & setiap ada wafat ada yang menggantikan Wali tersebut, jadi  berbahagialah hamba yang telah menemukannya.
  7. Mahabbah : Kecintaan kepada ALLAH SWT dengan penglihatan pada setiap gerakan nafas & hidupnya ada  kasih sayang TuhanNYA Yang Maha Pemberi Nan Maha pemurah, tingkatan ini hanya ALLAH SWT saja yang tahu tentang kedudukan hambanya, tapi ketahuilah saudara Wali-NYA saat ini yang mencapai tingkatan MAHABBAH cuma berjumlah 11(sebelas) orang saja Di dunia ini & setiap ada yg kembali kehadiratNYA akan ada yg menggantikannya (sama para Mukasyaf), maka sangat Berbahagialah di dunia & Akherat orang2 yang telah menjumpainya.
BAB II.
Ini adalah sambungan dari BAB I. yg baru saya jelaskan lagi tentang arti makna Dzikir Syariat-Tarekat-Hakikat-Makrifat.
ALHAMDULILLAH dengan adanya tulisan2 saya ini sangat banyak sekali peminatx yg mau berkunjung & berkomentar di dalam blog ini. Itu TANDA bahwa masih banyak dr saudara2ku yg MENCINTAI tentang hakikat pemahaman ISLAM.
Dalam Uraian Pemahaman dzikir diatas saya telah bercerita panjangggg.. tentang Rahasia2 sesuatu, tapi YAKINLAH itu semua KHUSUS bagi saudara2ku yg berbudi baik nan pekerti luhur  & beriman, bertaqwa yg mau memegang TEGUH SYAHADAT & ISLAM (Ingin Selamat Lakukan Ajaran Muhammad)
Memang Pemahaman2 Dzikir diatas KHUSUS bagi org2 BENAR2 YAKIN & SUNGGUH2 ingin “MENGENAL DIRINYA” & “MENGENAL ALLAH SWT” Al Khaliq- Pencipta Alam semesta jagad raya. & pencipta lahir dan batin kita, jasmani-ruhani kita, Nampak dan Tiada Nampak, NYATA & GAIB, Logika dan Non Logika.
Karena org beriman slalu memandang TAJALLI kekuasaan Allah Swt secara NYATA pada AINUL YAKIN (Pandangan keyakinan) yg bergerak pd alam semesta & kekuasaan HAQQUL YAKIN (Pandangan mata hati) yg bernuansa secara GAIB yg bergerak dlm batin dan pd unsur Bayang2 kekuasaan ALLAH.
Diatasnya HAQQUL YAKIN  masih ada lagi KAMALUL YAKIN (kesempurnaan keyakinan) dan keyakinan ini bisa dirasakan setelah kita telah BERJUMPA dgn ALLAH di akherat nanti, Namun ada juga bagi org2 khusus Dicintai-NYA yg telah diberi hidayah KAROMAH-NYA  & yg telah dibukakan hijab-NYA pada “KAMALUL YAKIN” di dlm dunia.
Dan Dialah orang2 yg mau ber-makrifat kepada ALLAH SWT  & Orang2 tersebut selalu memandang pada kefanaan (hampa) bahwa dimuka bumi ini semua Fana “tidak ada” yg ADA cuma “WAJAH ALLAH & GERAK ALLAH SEMATA (LAA ILAHA ILLALLAH) & ini di abadikan dlm surah Ar-Rahman:26-27.
“Kullu Man Alaiha Fanin, Wa Yabqa Wajhu Rabbika Dzal Jalali Wal Ikram”.
Semua pasti binasa (TIADA), yg kekal hanya WAJAH TUHANMU yg Maha memiliki keagungan & kemuliaan.
Karena Semua punya akhir & Masanya Masing-masing……………………..
Adapun Tentang Makrifat:
1. AWALUDIN MA’RIFATULLAH Artinya :Awal agama adalah mengenal Allah.
2. LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFAT Artinya :Tidak syah shalat tanpa mengenal Allah.
3. MAN ARAFA NAFSAHU FAKADE ARAFA RABBAHU Artinya :Barang siapa mengenal dirinya niscaya dia pasti akan mengenal Tuhannya.
4. ALASTUBIRABBIKUM QOLU BALA SYAHIDNA Artinya :Bukankah aku ini Tuhanmu ? Betul engkau Tuhan kami,kami menjadi saksi.(QS.AL-ARAF 172)
5. AL INSANNU SIRRI WA ANNALLAHU SIRRUHU Artinya :Manusia itu rahasiaKU dan akupun ALLAH rahasia baginya.
6. WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUUN Artinya :Aku ALLAH ada didalam Jiwamu mengapa kamu sendiri tidak dpt melihat (Q.s. Adz-Dzariyat:21)
7. WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ Artinya :Aku ALLAH lebih dekat dari urat nadi lehermu.
8. LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH Artinya :Aku tidak akan menyembah Allah bila aku tidak melihatnya lebih dahulu.
9. INNAHU ALIMUN BIZATISH SHUDUR Artinya: Sesungguhnya AKU ALLAH maha mengetahui segala isi hati (Q.s AL MULK:13).
10. WA HUWA MA AKUM AINAMA KUNTUM Artinya: AKU ALLAH berada dimana saja kamu berada. (Q.s AL HADID:4).

A

ASAL TUBUH MANUSIA

Asal tubuh manusia terdiri dari empat dasar yaitu Tanah, Air, Angin dan Api
Kesemuanya itu dari pada Nur Muhammad juga adanya :                                       
Adapun asal kejadian diri terdiri dari tiga perkara :
                  Bapak                     Ibu                       Tuhan                       
¨      Urat besar               –   Rambut                   – Penglihatan
¨      Urat kecil                 –     Kulit                   –  Pendengaran
¨      Tulang                     –    Daging                 –  Pengrasan
¨      Otak                        –    Darah                  –  Penciuman
                                                                             –  Nyawa
Jadi kesemuanya ini berjumlah 13 (tiga belas) perkara dan terhimpun dalam rukun shalat 13 (tiga belas) perkara.
Syari’at                             Thoriqat                 Haqiqat                             Ma’rifat
–  Syari’at      Tubuh      –  Af’al Allah  (Diri Terperiksa        –  Syari’at Ilmul yakin)
–  Thariqat     Hati         –  Asma’ Allah (Diri Terperi             –  Thariqat Ainul yakin)
–  Haqaiqat    Ruh         –  Sifat Allah    (Diri Tajalli               –  Haqiqat Hakul yakin                                            –  Ma’rifat     Rahasia   –  Zat Allah       (Diri Tajalli              – Ma’rifat Kanalul yaqin
  Adapun yang empat ini terhimpun didalam :                                                              
  LA           Jasmani yakni Syari’at tubuh ( Syari’at itu perbuatanku-Jalal)
  ILAHA    Ruhani  yakni Thariqat hati    (Thariqat itu kataku-Jamal)
  ILLA       Haqiqat nyawa (Haqiqat itu kediamanku-Kahhar)
  ALLAH  Ma’rifat atau Rahasia (Ma’rifat itu Rahasiaku-Kamal)
    Apabila kita hendak mencari/mengenal “Diri” maka hendaklah terlebih dahulu kita ketahui/kita kenal akan “Rahasia Nur Muhammad”.
karena rahasia Nur Muhammad itulah sebenar-benarnya diri.
Adapun yang bernama diri itu terbagi dua bagian :
Pertama Diri yang Lahir : dan kedua Diri Bathin :
Adapun diri yang lahir itu berasal dari Anasir Adam yaitu :
Api                                  Angin                                     Air                                     Bumi
¨      Adapun “Api” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf Alif bernama “Zat” menjadi rahasia hurufnya “Darah” pada kita.
¨      Adapun “Angin” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf “Lam Awwal” “Sifat” menjadi nyawa hurufnya “Nafas” pada kita.
¨      Adapun “Air” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf Lam Akhir bernama “ Asma’ “menjadi Hati hurufnya “Mani” pada kita.
¨      Adapun “Bumi” itu terbit daripada yang bathin ,berhuruf “Ha” bernama “Af-al” menjadi Kelakuan hurufnya”Tubuh” pada kita.
    Jadi jika demikian diri kita yang lahir itu,terbit dari pada Bayang-bayang diri kita yang bathin juga berhuruf / berkalimah “Allah” danjanganlah kiranya syak dan waham lagi.
Kemudia,sesudah kta ketahui Diri yang lahir itu,hendaklah kita ketahui pula Diri kita yang bathin : siapa yang mana ?sebab diri yang bathin itulah yang bisa mengenal Tuhannya,seperti sabda Nabi Muhammad SAW :
Artinya : Barang siapa akan mengenal dirinya,maka akan dikenalnya Tuhannya.
    Sebelum kita mengenal diri kita yang bathin,hendak lebih dahulu kita matikan/fanakandiri kita yang lahir yang berwujud nama Allah itu seperti disabdakan oleh Nabi SAW :
Artinya : Matikan dirimu sebelum kamu mati.
Jika sudah mati/fana diri kita yang lahir itu,barulah Nyata diri kia yang bathin yang disebut sebenar-benarnya diri.
    Adapun cara mematikan diri yang lahir itu adalah dengan manafikan huruf-hurufnya : Alif  Lam  Lam  Ha.
Jadi jika diri kita yang lahir itu nyata sudah fana artinya sekali-kali tiada mempunyai ada lagi,berarti diri kita yang lahir ini Lebur/lenyap kepada diri yang bathin.
Artinya: Dari pada tiada menjadi tiada,dan dari pada ada kembali menjadi tiada.
Maksudnya,Diri yang lahir ini sehelai rambut-pun tiada menpunyai ada lagi dan tiada boleh dikatakan ada pada ilmunya hanya diri yang bathin yang bernama Muhammad seperti tersebut dalam hadits qudsi :
Artinya : Kujadikan engkau (ya Muhammad) karena aku,dan kujadikan sesuatu karena engkau.
    Jadi jelaslah,bahwa yang bernama Muhammad itulah sebenarnya diri yang bathin.hendaknya janganlah kita syak dan atau waham lagi: karena Muhammad itulah yang ada mempunyai Tubuh,Hati,Nyawa,dan Rahasia.
¨      Adapun Tubuh Muhammad  itulah yang bernama Alam Insan  yakni syari’at.
¨      Adapun Hati Muhammad      itulah yang bernama Alam Jisin   yakni Thariqat.
¨      Adapun Nyawa Muhammad itulah yang bernama Alam Misal  yakni Haqiqat.
¨      Adapun Sir Muhammad        itulah yang bernama Alam Ruh    yakni Ma’rifat.
    Sesudah demikian itu,hendaklah Muhammad itu pula yang mengenal Tuhannya.akantetapi Muhammad belum bisa mengenal Tuhannya sbelum fana Tubuhnya,Hatinya,Nyawanya,dan Rahasianya.Zatnya,Sifatnya,Asma’nya,Af-alnya.
Firman Allah artinya: katakan olehmu (Muhammad) bahwasanya Allah ta’ala itu Esa : Esa pada Zatnya,Esa pada sifatnya,Esa pada Asma’nya,Esa pada Af-alnya.
Dan lagi Firman Allah artinya: Serahkan dirimu hai (Muhammad) pada Tuhan-mu yang hidup dan tiada mati.
    Mengenai Muhammad menyerahkan dan mengesakan diri kepada allah seperti diuraikan dibawah ini : jangan syak dan waham lagi terhadap perkataan diri.
¨      Adapun 

ASAL TUBUH MANUSIA

Asal tubuh manusia terdiri dari empat dasar yaitu Tanah, Air, Angin dan Api
Kesemuanya itu dari pada Nur Muhammad juga adanya :                                       
Adapun asal kejadian diri terdiri dari tiga perkara :
                  Bapak                     Ibu                       Tuhan                       
¨      Urat besar               –   Rambut                   – Penglihatan
¨      Urat kecil                 –     Kulit                   –  Pendengaran
¨      Tulang                     –    Daging                 –  Pengrasan
¨      Otak                        –    Darah                  –  Penciuman
                                                                             –  Nyawa
Jadi kesemuanya ini berjumlah 13 (tiga belas) perkara dan terhimpun dalam rukun shalat 13 (tiga belas) perkara.
Syari’at                             Thoriqat                 Haqiqat                             Ma’rifat
–  Syari’at      Tubuh      –  Af’al Allah  (Diri Terperiksa        –  Syari’at Ilmul yakin)
–  Thariqat     Hati         –  Asma’ Allah (Diri Terperi             –  Thariqat Ainul yakin)
–  Haqaiqat    Ruh         –  Sifat Allah    (Diri Tajalli               –  Haqiqat Hakul yakin                                            –  Ma’rifat     Rahasia   –  Zat Allah       (Diri Tajalli              – Ma’rifat Kanalul yaqin
  Adapun yang empat ini terhimpun didalam :                                                              
  LA           Jasmani yakni Syari’at tubuh ( Syari’at itu perbuatanku-Jalal)
  ILAHA    Ruhani  yakni Thariqat hati    (Thariqat itu kataku-Jamal)
  ILLA       Haqiqat nyawa (Haqiqat itu kediamanku-Kahhar)
  ALLAH  Ma’rifat atau Rahasia (Ma’rifat itu Rahasiaku-Kamal)
    Apabila kita hendak mencari/mengenal “Diri” maka hendaklah terlebih dahulu kita ketahui/kita kenal akan “Rahasia Nur Muhammad”.
karena rahasia Nur Muhammad itulah sebenar-benarnya diri.
Adapun yang bernama diri itu terbagi dua bagian :
Pertama Diri yang Lahir : dan kedua Diri Bathin :
Adapun diri yang lahir itu berasal dari Anasir Adam yaitu :
Api                                  Angin                                     Air                                     Bumi
¨      Adapun “Api” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf Alif bernama “Zat” menjadi rahasia hurufnya “Darah” pada kita.
¨      Adapun “Angin” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf “Lam Awwal” “Sifat” menjadi nyawa hurufnya “Nafas” pada kita.
¨      Adapun “Air” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf Lam Akhir bernama “ Asma’ “menjadi Hati hurufnya “Mani” pada kita.
¨      Adapun “Bumi” itu terbit daripada yang bathin ,berhuruf “Ha” bernama “Af-al” menjadi Kelakuan hurufnya”Tubuh” pada kita.
    Jadi jika demikian diri kita yang lahir itu,terbit dari pada Bayang-bayang diri kita yang bathin juga berhuruf / berkalimah “Allah” danjanganlah kiranya syak dan waham lagi.
Kemudia,sesudah kta ketahui Diri yang lahir itu,hendaklah kita ketahui pula Diri kita yang bathin : siapa yang mana ?sebab diri yang bathin itulah yang bisa mengenal Tuhannya,seperti sabda Nabi Muhammad SAW :
Artinya : Barang siapa akan mengenal dirinya,maka akan dikenalnya Tuhannya.
    Sebelum kita mengenal diri kita yang bathin,hendak lebih dahulu kita matikan/fanakandiri kita yang lahir yang berwujud nama Allah itu seperti disabdakan oleh Nabi SAW :
Artinya : Matikan dirimu sebelum kamu mati.
Jika sudah mati/fana diri kita yang lahir itu,barulah Nyata diri kia yang bathin yang disebut sebenar-benarnya diri.
    Adapun cara mematikan diri yang lahir itu adalah dengan manafikan huruf-hurufnya : Alif  Lam  Lam  Ha.
Jadi jika diri kita yang lahir itu nyata sudah fana artinya sekali-kali tiada mempunyai ada lagi,berarti diri kita yang lahir ini Lebur/lenyap kepada diri yang bathin.
Artinya: Dari pada tiada menjadi tiada,dan dari pada ada kembali menjadi tiada.
Maksudnya,Diri yang lahir ini sehelai rambut-pun tiada menpunyai ada lagi dan tiada boleh dikatakan ada pada ilmunya hanya diri yang bathin yang bernama Muhammad seperti tersebut dalam hadits qudsi :
Artinya : Kujadikan engkau (ya Muhammad) karena aku,dan kujadikan sesuatu karena engkau.
    Jadi jelaslah,bahwa yang bernama Muhammad itulah sebenarnya diri yang bathin.hendaknya janganlah kita syak dan atau waham lagi: karena Muhammad itulah yang ada mempunyai Tubuh,Hati,Nyawa,dan Rahasia.
¨      Adapun Tubuh Muhammad  itulah yang bernama Alam Insan  yakni syari’at.
¨      Adapun Hati Muhammad      itulah yang bernama Alam Jisin   yakni Thariqat.
¨      Adapun Nyawa Muhammad itulah yang bernama Alam Misal  yakni Haqiqat.
¨      Adapun Sir Muhammad        itulah yang bernama Alam Ruh    yakni Ma’rifat.
    Sesudah demikian itu,hendaklah Muhammad itu pula yang mengenal Tuhannya.akantetapi Muhammad belum bisa mengenal Tuhannya sbelum fana Tubuhnya,Hatinya,Nyawanya,dan Rahasianya.Zatnya,Sifatnya,Asma’nya,Af-alnya.
Firman Allah artinya: katakan olehmu (Muhammad) bahwasanya Allah ta’ala itu Esa : Esa pada Zatnya,Esa pada sifatnya,Esa pada Asma’nya,Esa pada Af-alnya.
Dan lagi Firman Allah artinya: Serahkan dirimu hai (Muhammad) pada Tuhan-mu yang hidup dan tiada mati.
    Mengenai Muhammad menyerahkan dan mengesakan diri kepada allah seperti diuraikan dibawah ini : jangan syak dan waham lagi terhadap perkataan diri.
¨      Adapun Bathin Muhammad  adalah Zat kepada Allah,Rahasia kepada hamba.
¨      Adapun Awwal Muhammad adalah Sifat kepada Allah,Nyawa kepada hamba.
¨      Adapun Akhir Muhammad   adalah Asma’ kepada Allah,Hati kepada hamba.
¨      Adapun Zahir Muhammad   adalah Af-al kepada Allah,Tubuh kepada hamba.
¨      Adapun yang disebut hamba itu tiada lain dari pada Muhammad jua :dan jangan sekali-kali disangka hamba itu adalah kita,karena kita ini pada ilmunya sudah tidak ada lagi .
    Jadi,Rahasia-Nyawa-Hati-Tubuh-Muhammad itupun tiada jua karena sudah fana kepada zat-nya-sifatnya-asma’nya-af-alnya yakni Allah Ta’ala jua adanya.seperti firman Allah didalam Al-qur’an.artinya :
Allah jua Tuhan yang awwal tiada baginya permulaan,dan ia jua yang akhir yang tiada baginya berkesudahan,dan ia jua yang Zahir,serta ia jua yang Bathin.
Jadi,kita ini atau tubuh kita yang kasar ini-pada haqiqatnya/ilmunya fana kepada Maqam Baqa’ (fana kepada allah jua adanya) yaitu fana fillah dan Maqam Billah.
¨      Segala perbuatan adalah perbuatan Allah ,sihamba sawa sekali tidak memiliki perbuatan.
¨      Segala asma’ pada hakekatnya adalah Asma’ Allah
¨      Nur Nabi kita Muhammad SAW.dari pada Nur Zat Allah Ta’ala sekian mahluk dan segala sesuatu dijadikan dari padanya.
¨      Segala sifat pada hakekatnya adalah sifat Tuhan yang ada pada hamba adalah makna wujudnya.
Itulah …….orang-orang yang sebenar-benarnya ma’rifat kepada Allah.
 Muhammad  adalah Zat kepada Allah,Rahasia kepada hamba.
¨      Adapun Awwal Muhammad adalah Sifat kepada Allah,Nyawa kepada hamba.
¨      Adapun Akhir Muhammad   adalah Asma’ kepada Allah,Hati kepada hamba.
¨      Adapun Zahir Muhammad   adalah Af-al kepada Allah,Tubuh kepada hamba.
¨      Adapun yang disebut hamba itu tiada lain dari pada Muhammad jua :dan jangan sekali-kali disangka hamba itu adalah kita,karena kita ini pada ilmunya sudah tidak ada lagi .
    Jadi,Rahasia-Nyawa-Hati-Tubuh-Muhammad itupun tiada jua karena sudah fana kepada zat-nya-sifatnya-asma’nya-af-alnya yakni Allah Ta’ala jua adanya.seperti firman Allah didalam Al-qur’an.artinya :
Allah jua Tuhan yang awwal tiada baginya permulaan,dan ia jua yang akhir yang tiada baginya berkesudahan,dan ia jua yang Zahir,serta ia jua yang Bathin.
Jadi,kita ini atau tubuh kita yang kasar ini-pada haqiqatnya/ilmunya fana kepada Maqam Baqa’ (fana kepada allah jua adanya) yaitu fana fillah dan Maqam Billah.
¨      Segala perbuatan adalah perbuatan Allah ,sihamba sawa sekali tidak memiliki perbuatan.
¨      Segala asma’ pada hakekatnya adalah Asma’ Allah
¨      Nur Nabi kita Muhammad SAW.dari pada Nur Zat Allah Ta’ala sekian mahluk dan segala sesuatu dijadikan dari padanya.
¨      Segala sifat pada hakekatnya adalah sifat Tuhan yang ada pada hamba adalah makna wujudnya.
Itulah …….orang-orang yang sebenar-benarnya ma’rifat kepada Allah.