Pages

Selasa, 23 Juli 2013

Murobathah dan Muroqobah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai, orang-orang yang beriman bersabarlah dan tetaplah bersabar dan bersiap-siagalah dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung” [QS. Al-Imron: 200]
Subhanallah, menarik sekali ayat ini jika direnungkan dengan dalam dan ditengah kesunyian malam. Hanya orang-orang yang berimanlah yang dipanggil Allah untuk bersabar, kemudian tetap bersabar, bersiap-siaga dan bertaqwa agar mendapatkan keuntungan. Sungguh suatu rangkaian yang indah, pada kebanyakan ayat dalam Al-Qur’an memang selalu diperintahkan untuk bersabar dalam segala hal. Namun ayat ini memerintahakn kita hamba-Nya untuk ‘robithu‘.
Robithu – murobathah, adalah muroqobah (pengawasan) dan muhasabah (penghitungan). Seperti apakah muroqobah ini? Tentunya kita teringat akan sebuah kisah dimana seorang Kyai sangat hormat kepada murid termudanya. Sikap sang Kyai ini di’protes’ oleh para santri seniornya, 


Wahai Kyai kami, mengapa engkau begitu hormat kepada dia padahal dia lebih muda dari kami””. Sang Kyai tidak lantas menjawabnya, ia memberikan masing-masing santrinya seekor ayam dan sebilah pisau tajam. Para santripun penuh tanda tanya. Sang Kyai memerintahkan, “Potonglah ayam itu tapi jangan sampai terlihat oleh siapapun”. Maka santri-santripun melaksanakan perintah Kyai, ada yang bersembunyi di kebun, bersembunyi dibalik dinding, dana dimana-mana tempat yang tidak terlihat orang. Kemudian masing-masing santri ini menghadap satu per satu ke Kyai sambil membawa ayam yang telah terpotong urat lehernya denngan perasaan senang telah menunaikan perintah Kyai yang dihormatinya. Kecuali santri yang muda, sang Kyai bertanya, “Wahai santriku, mengapa belum juga engkau tunaikan perintahku, tidakkah engkau mendengarkannya?”. Santri muda inipun menjawab, “Wahai Kyaiku yang aku hormati, sungguh aku dengar dan paham perintahmu, tapi bagaimana aku bisa memotong ayam ini tanpa bisa dilihat oleh siapapun karena Allah selalu melihatku”.
Demikianlah mengapa sang Kyai begitu menghormati santri muda itu. Sikap muroqobatillah ini telah melekat betul dihatinya dan diamalkannya. Subhanallah.
Dalam suatu hadits oleh Imam Muslim, Rasulullah ditanya oleh seorang (sebenarnya Malaikat Jibril), “fa akhbirni-i an al-ihsani, qoola: an ta’buda Allah ka-annaka taroohu…”. Hadits ini sangat populer ditelinga kita, bahkan diriku. Namun sangat sedikit sekali bisa menerapkannya.
PENJELASAN TENTANG ISLAM, IMAN DAN IHSAN
عن عمر رضي الله عنه أيضا قال: بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم، إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب، شديد سواد الشعر، لا يرى عليه أثر السفر، ولا يعرقه منا أحد، حتي جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه، ووضع كفيه على فخذيه وقال: يا محمد ! أخبرني عن الإسلام. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، ويقيم الصلاة، وتؤتي الزكاة، وتصوم رمضان، وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا ” قال: صدقت. فعجبنا له يسأله ويصدقه. قال: فأخبرني عن الإيمان، قال: ” أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الأخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره ” قال: صدقت، قال: فأخبرني عن الإحسان قال: ” أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك ” قال: فأخبرني عن الساعة، قال: “ ما المسؤل عنها بأعلم من السائل ” قال: فأخبرني عن أماراتها. قال: ” أن تلد الأمة ربتها، وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون فى البنيان ” . ثم انطلق فلبثت مليا، ثم قال: ” يا عمر ! أتدرى من السائل ؟ ” قلت: الله ورسوله أعلم. قال: ” فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم ” رواه مسلم
‘an ‘umaro rodhiya allahu ‘anhu aidhon qoola: bainamaa nahnu juluusun ‘inda rosuulillahi shollallahu ‘alaihi wa sallam, dzaata yaumin, idzthola’a ‘alainaa rojulun syadiidu bayaadhits tsiyaabi, syadiidu sawaadisy sya’ri, laa yuroyaa ‘alaihi atsarus safari, wa laa ya’rifuhu minnaa ahadun, hatta jalasa ilan nabiyyi shollallahu ‘alaihi wa sallam fa asnada rukbataihi ilaa rukbataihi, wa wadho’a kaffaihi ‘alaa fakhidzaihi wa qoola: yaa muhammadu ! akhbirnii ‘anil islaami. fa qoola rosuulullahi shollallahu ‘alaihi wa sallam: ” al islaamu ang tasyhada al laa ilaaha illa allahu wa anna muhammadar rosuulullahi, wa yuqiimush sholaata, wa tu’tiyaz zakaata, wa tashuuma romadhoona, wa tahujjal baita inis tatho’ta ilaihi sabiilaa ” qoola: shodaqta. fa ‘ajibnaalahu yas aluhu wa yushoddiquhu. qoola: fa akhbirnii ‘anil iimaani qoola: ” ang tu’mina billahi, wa malaa ikatihi, wa kutubihi, wa rusulihi, wal yaumil aakhiri, wa tu’mina bilqodari khoirihi wa syarrihi ” qoola: shodaqta. qoola: fa akhbirnii ‘anil ihsaani. qoola: ” ang ta’buda allaha ka annaka taroohu, fa in lam takun taroohu fa innahu yarooka ” qoola: fa akhbirnii ‘anis saa’ati, qoola: ” mal mas’uulu ‘anhaa bi a’lama minas saa’ili ” qoola: ” fa akhbirnii ‘an amaarootihaa. qoola: ang talidal amatu robbatahaa, wa angtarol hufaatal ‘urootal ‘aalata ri’aa asy syaa’i yatathoowaluuna fil bunyaani ” . tsumman tholaqo falabitstu maliyyan, tsumma qoola: ” yaa ‘umaro ! atadrii manis saa ili ? ” qultu: allahu wa rosuuluhu a’lamu. qoola: ” fa innahu jibriilu ataakum yu’allimukum diinukum ” rowaahu muslimun
Artinya: Dari Umar bin Khoththob juga Ia berkata:
” Ketika kami [para shohabat] sedang duduk di sisi Rosulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam, pada suatu hari tiba tiba hadir seseorang yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya perjalanan dan tak satupun diantara kami yang mengenalnya, sehingga Ia duduk di dekat Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam kemudian menyandarkan lulutnya kepada lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya pada kedua paha Nabi seraya berkata: ”
Wahai Muhammad ! Beritahulah saya tentang Islam ?
lalu Rosulullah menjawab: ” Islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan yang berhak di sembah melainkan Allah dan Muhammad utusan Allah, dan hendaknya engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa di bulan romadhon, dan menunaikan ibadah haji di baitullah jika engkau mampu melakukannya. Orang tadi berkata: ” Engkau benar. “ Maka kami [para shohabat] heran, dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya.
Orang itu berkata: Beritahu saya tentang Iman ?
Nabi menjawab: ” Hendaknya engkau beriman kepada Allah, Malaikat Malaikatnya, Kitab Kitabnya, Rosul Rosulnya, Hari Akhir, dan hendaknya [pula] engkau beriman kepada Qodar yang baik dan yang buruknya. Dia berkata: ” Engkau benar ” .
Dia berkata: ” Beritahulah saya tentang Ihsan ?
Nabi menjawab: ” Hendaknya engkau beribadah kepada Allah seolah olah engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatNyamaka [ketahuilah] bahwa Ia melihat engkau.
Dia berkata [pula] beritahulah saya tentang Hari Kiamat,
maka Nabi menjawab: ” Orang yang bertanya lebih tahu dari pada orang yang di tanya. ”
Dia berkata [lagi]: ” Beritahu saya tentang tanda tandanya ?
Nabi menjawab: Jika hamba sahaya telah melahirkan majikannya [maksudnya banyak mengambil hamba sahaya dan bersetubuh dengannya sehingga melahirkan anak yang otomatis mereka merdeka seperti ayahnya], dan jika engkau melihat orang yang tak beralas kaki, tidak berpakaian, fakir, penggembala kambing berlomba lomba meninggikan bangunan. ”
Kemudian orang tadi pergi. Maka saya diam sejenak. Kemudian Nabi berkata: ” Wahai ‘Umar ! Tahukah engkau siapa gerangan seorang yang bertanya tadi ? Saya menjawab: Allah dan Rosulnya yang tahu. Nabi berkata: ” Sesungguhnya Ia Jibril datang kepadamu untuk mengajarkan agamamu. ” [HR Muslim]
Muwajahah, (TAWAJJUH)
►artinya saling berhadapan, adalah sikap menghadapnya hamba pada Tuhannya tanpa sedikit dan sejenak pun berpaling dariNya, tanpa alpa dari mengingatNya. Allah menemui dengan CahayaNya dan hamba menghadapnya dengan Sirrnya, hingga sama sekali tidak ada peluang untuk melihat selainNya, dan tidak menyaksikan kecuali hanya Dia.
MUROQOBAH
► TAQORUB menunjukkan sebuah kedekatan sampai-sampai seakan-akan melihatNya, adalah akibat dari kesadaran kuat bahwa “Dialah yang melihat kita.” Kesadaran jiwa bahwa Allah SWT melihat kita terus menerus, menimbulkan pantulan pada diri kita, yang membukakan matahati kita dan sirr kita untuk memandangNya.
Musyahadah, adalah ketersingkapan nyata, yang tidak lagi butuh bukti dan penjelasan, tak ada imajinasi maupun keraguan. Dikatakan, “Syuhud itu dari penyaksian yang disaksikan dan tersingkapnya Wujud.” Nabi Musa as, gagal ketika hasratnya menggebu ingin melihat Allah, laluAllah menjawab, “Kamu tidak bisa melihatKu.”. Dengan kata lain “Kamumu” atau “Akumu” tidak bisa melihatKu. Karena itu Abu Bakr ash-Shiddiq ra berkata, “Aku melihat Tuhanku dengan Mata Tuhanku.” yang berarti bahwa hanya dengan Mata Ilahi saja kita bisa MelihatNya.

0 komentar:

Posting Komentar