NABI ISMAIL AS.
Nama: Ismail bin Ibrahim
Garis Keturunan:
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris
as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh
as ⇒ Sam ⇒
Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒
Falij ⇒ Ra'u ⇒
Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as
⇒ Ismail
as
Usia: 137 tahun
Periode sejarah: 1911 - 1774 SM
Tempat diutus (lokasi): Mekah
al-Mukarramah
Jumlah keturunannya (anak) 12 anak
Tempat wafat: Mekah al-Mukarramah
Sebutan kaumnya: Amaliq dan Kabilah
Yaman
di Al-Quran namanya disebutkan
sebanyak 12 kali
Nabi Ibrahim, istrinya Hajar, dan
anak mereka yang masih menyusu, Ismail, berjalan ke suatu tempat yang
diperintahkan Allah. Ibrahim diperintahkan untuk berhenti di sebuah lembah yang
tandus. Hal itu dilakukan setelah beliau menunaikan kewajiban dan mensyukuri
semua nikmat Allah. Beliau lalu kembali pulang ke kota al-Khalil (Hebron) di
Palestina dengan meninggalkan Hajar dan anaknya di lembah tersebut. Dengan
bertawakal, berharap Allah melindungi anak dan istrinya, Ibrahim berdoa seperti
yang tertuang dalam firman Allah, "Ya Rabb, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb, (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur," (QS. Ibrahim [14]: 37).
Allah mengeringkan air di tempat
Hajar dan bayinya berada hingga mereka sangat kehausan. Hajar segera mencari
air dari sumber yang ada. Dia bolak-balik antara Shafa dan Marwa sebanyak tujuh
kali, tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Saat dia kembali menemui Ismail, dia
melihat percikan air dari bawah tungkai kaki anaknya. Air tersebut terpancar
melalui perantara Jibril.
Abu Syuhbah berkata dalam bukunya, "Jibril turun menyerupai seekor burung. Dia
lalu mengepakkan sayapnya ke bumi, ada juga yang berpendapat dengan tungkainya,
maka keluarlah air Zamzam. Karena sangat senangnya, Hajar lalu mengumpulkan
tanah untuk membendung aliran air itu seraya berseru, 'Zami zami
('Berkumpullah, berkumpullah').' Dia dan bayinya pun lantas minum hingga dahaga
mereka hilang dan tidak merasakan haus lagi setelah itu. Pada saat demikian,
Hajar mendengar suara yang berkata, 'Janganlah kamu takut terlantar. Sebab, di
sini akan ada Baitullah yang hendak dibangun anak ini beserta ayahnya. Sungguh,
Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya.'"
Setelah itu, datanglah sekelompok
kabilah Jurhum yang merantau dari Yaman. Mereka tinggal di dekat tempat yang
kemudian menjadi kota Mekah dan minta izin kepada Hajar agar diperbolehkan
tinggal di sana. Hajar senang dan tidak lagi merasa sepi di tempat yang gersang
itu. Mereka bermukim di sana dan membangun tempat tinggal. Ketika Ismail
beranjak dewasa, dia mampu berbahasa Arab sehingga menjadi leluhur orang-orang Arab
Musta'rabah (pendatang). Hal ini seperti yang disebutkan Ibnu Syuhbah di dalam
kitabnya.
Al-Azraqi berkata dalam Tarikh
Makkah, "Setelah peristiwa banjir besar, lokasi Ka'bah dulu telah
hilang. Lokasi tersebut berbentuk bukit kecil berwarna merah yang tidak
terjangkau oleh aliran air. Saat itu, manusia hanya tahu bahwa di sana ada
tempat yang amat bernilai, tanpa mengetahui pasti lokasinya. Dari seluruh
penjuru dunia, mereka yang dizhalimi, menderita, dan butuh perlindungan datang
ke tempat ini untuk berdoa, dan doa mereka pun dikabulkan. Manusia pun selalu
mengunjunginya hingga Allah memerintahkan Ibrahim untuk membangun Ka'bah kembali.
Sejak Nabi Adam diturunkan ke bumi, Baitullah selalu menjadi tempat yang
dimuliakan dan diperbaiki terus oleh setiap agama dan umat dari satu generasi
ke generasi lainnya. Tempat itu juga selalu dikunjungi para malaikat sebelum
Nabi Adam turun ke bumi."
Nabi Ibrahim berulang kali
mengunjungi keluarganya. Suatu hari, beliau bermimpi menyembelih putranya,
Ismail. Ismail pun memenuhi perintah itu, Namun, Allah menggantikannya dengan
seekor sembelihan yang besar seperti tercantum dalam firman-Nya, "Tatkala
anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata,
'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu! ' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku,
lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang yang sabar. 'Maka ketika keduanya telah berserah
diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk
melaksanakan perintah Allah), lalu Kami panggil dia, 'Wahai Ibrahim, sungguh,
engkau membenarkan mimpi itu. 'Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang
nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dan Kami
abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
'Selamat sejahtera bagi Ibrahim. 'Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami yang
beriman," (QS. As-Shaffat [37]: 102-111).
Ketika Allah memerintahkan Nabi
Ibrahim membangun Ka'bah, beliau bergegas ke Mekah. Saat itu, Ibrahim melihat
Ismail tengah meruncingkan anak panah di dekat sumur Zamzam. Mereka pun saling
bersalaman dan berpelukan. Nabi Ibrahim berkata, "Allah memerintahlan
aku agar membangun Baitullah untuk-Nya". Ismail berkata,
"Laksanakanlah perintah Rabbmu, aku akan membantu ayah dalam urusan agung
ini."
Nabi Ibrahim pun mulai membangun
Ka'bah, sedangkan Ismail menyodorkan batu untuknya. Ibrahim berkata pada
Ismail, "Bawakan batu yang paling bagus, aku akan meletakkannya di
salah satu sudut ini agar menjadi tanda bagi manusia."Jibril lalu
memberi tahu Ismail tentang Hajar Aswad: Batu yang diturunkan Allah dari surga.
Ismail pun menyodorkannya dan Ibrahim meletakan pada tempatnya. Selama
membangun, mereka berdua senantias berdoa, "Ya Rabb kami, terimalah
(amal) dari kami, sungguh Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha
Mengetahui,"(QS. Al-Baqarah [2]: 127).
Ketika bangunan Ka'bah semakin
tinggi, Nabi Ibrahim tidak mampu lagi mengangkat bebatuan. Dia lantas berdiri
di atas sebuah batu, yang kemudian disebut maqam Ibrahim, hingga sempurnanya
pembangunan Baitullah. Allah kemudian memerintahkan Ibrahim menyeru umat
manusia agar melaksanakan ibadah haji. Allah berfirman, "Serulah
manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari
segenap penjuru yang jauh agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka
dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan
atas rezeki yang diberikan-Nya kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah
sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang
sengsara dan fakir. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada
di badan) mereka, menyempurnakan nadzar-nadzar mereka, dan melakukan Thawaf di
sekeliling rumah tua (Baitullah)," (QS. Al-Hajj [22]: 27-29).
0 komentar:
Posting Komentar