Wikileaks
sedang jadi perbincangan hangat. Situs yang mendedikasikan dirinya
sebagai "ember" itu, lagi-lagi, merilis sejumlah dokumen rahasia. Kali
ini, wikileaks.org mempublikasikan dokumen-dokumen kawat diplomatik yang
bersumber dari 274 kedutaan besar Amerika Serikat di berbagai belahan
dunia, termasuk dari Departemen Luar Negeri AS. Jumlah dokumennya ada
251,287 buah dan, hingga hari ini, yang dirilis belum sampai 300
dokumen.
Dalam
pernyataannya di situsnya, Wikileaks mengaku sengaja mencicil publikasi
dokumen itu, agar masing-masing tema mendapat perhatian publik yang
memadai. Bila dilepas sekaligus, rahasia negara yang penting bisa
terlewatkan dari perhatian.
Sejak
Wikileaks merilis kawat-kawat rahasia itu, media sedunia berpesta pora
memberitakannya. Berita-berita seksi bertaburan. Misalnya soal Belanda
yang menyimpan nuklir titipan Amerika Serikat; Raja Arab Saudi meminta
AS menyerang Iran; pendapat dan prediksi negarawan senior Singapura Lee
Kwan Yew tentang Korea dan masa depannya; dan lain-lain. Tak kurang
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton kebakaran jenggot (meski tentu ia
tak berjenggot), dan mengecam pembocoran dokumen-dokumen itu.
Julian
Assange, pendiri Wikileaks, juga mulai diincar. Sebelum ini, dia pernah
dicoba dijerat dengan tuduhan asusila. Itu tak membuat Wikileaks goyah.
Yang membuat situs itu goyah justru adalah serangan maya ke server
mereka. "Serangan DDOS kini melebihi 10 gigabit per detik," demikian
pernyataan Wikileaks di Twitter, Selasa (30/11) malam waktu Jakarta.
Serangan
DDOS (distributed denial of service) adalah ketika server Wikileaks
dibanjiri trafik dari berbagai arah, yang bertujuan menghabiskan sumber
daya server sehingga situs Wikileaks tak bisa diakses. Siapa pelakunya,
wah, tak jelas.
Nah,
lalu apakah ada dokumen rahasia terkait Indonesia yang dirilis
Wikileaks? Jawabannya: ada. Kawat diplomatik yang berasal dari Kedutaan
Besar AS di Jakarta jumlahnya total ada 3059 buah. Dokumen aman alias
tak rahasia jumlahnya ada 1510 buah. Sisanya adalah dokumen rahasia,
dengan kategori "confidential" 1451 buah, dan kategori "secret" ada 98
buah.
Sejauh
ini, dokumen yang menyebut Indonesia barulah yang "menyerempet" saja.
Salah satunya adalah dokumen tentang seorang direktur di Departemen
Pertahanan AS yang bertemu dengan asisten Menteri Luar Negeri AS,
membicarakan situasi pascakunjungan Hillary Clinton ke Jakarta, 2009
lalu. Clinton sempat mengatakan AS mempertimbangkan menyediakan "payung
pertahanan" bagi negara-negara Arab moderat untuk menghadapi nuklir
Iran.
Dalam
dokumen yang berasal dari Kedutaan Besar AS di Tel Aviv itu,
berklasifikasi "secret", bertanggal 30 Juli 2009, pejabat Dephan AS
agaknya sedikit mempermasalahkan pernyataan Hillary Clinton di Jakarta
itu. Asisten Clinton lalu meluruskan, bahwa pernyataan bosnya bukan
mengindikasikan perubahan kebijakan soal menghadapi Iran. Asisten itu
juga menyalahkan para jurnalis peliput yang dianggap melebih-lebihkan
pernyataan Clinton.
Nah,
lalu kapan ribuan dokumen dari Kedutaan Besar AS di Jakarta dibuka, dan
apa isinya? Mari kita tunggu cicilan dokumen dari Wikileaks.
0 komentar:
Posting Komentar