NABI IDRIS AS.
Melacak Jejak Penulis Pertama Dengan
Pena
Pada masanya, manusia sudah
berbicara dalam 72 bahasa. Ia suka menulis, menggambar pembangunan kota-kota
yang jumlahnya mencapai 188 kota.
Prasasti Bangsa Sumeria yang berusia 4000 tahun.
Nabi
Idris Alaihissalam adalah seorang
nabi yang diutus oleh Allah kepada kaumnya. Menurut Sami Abdullah Al-Maghluts,
Idris diutus kepada kaum dari Nabi Syits AS. atau keturunan Qabil, putra Nabi Adam AS,
di wilayah Irak kuno. Dalam buku Nabi-nabi
dalam Al-Qur’an karya Afif Abdul Fatah yang mengutip sejumlah keterangan
ulama menyebutkan, Idris dilahirkan di Munaf (Memphis), Mesir, kemudian
berdakwah menyiarkan agama Allah hingga wilayah Irak kuno. Sebagian berpendapat
Idris dilahirkan dan dibesarkan di Babilonia.
Al-Maghluts
menyebutkan, Idris hidup sekitar tahun 4533-4188 SM. Usianya diperkirakan
sekitar 345 tahun, ada pula yang menyebutkan usianya 308 tahun. Hal ini juga
disebutkan oleh Ibn Katsir dalam Qishash al-Anbiya’ yang mengutip
keterangan dari Ibn Ishaq.
Nabi
Idris AS diakui oleh banyak ulama dan ahli tafsir, adalah seorang nabi yang
memiliki banyak keistimewaan, diantaranya kemampuannya dalam menulis,
menggambar, menjahit, menguasai ilmu perbintangan (astronomi).
Dalam
kitab Tarikh al-Hukama disebutkan
bahwa Idris bernama Hurmus Al-Haramisah.
Namanya berasal dari bahasa Yunani, Armia.
Kemudian diistilahkan menjadi bahasa Arab Hurmus. Dinamakan Hurmus karena Ia ahli dalam ilmu perbintangan,
dan dinamakan Idris karena Ia pandai menulis dan suka belajar (daras).
Dalam bahasa Ibrani, namanya adalah Khunukh atau diistilahkan dalam bahasa Arab menjadi Akhnukh. Penjelasan ini terdapat dalam buku Ibn Katsir, Al-Maghluts, Afif Abdul Fatah, Ahmad Bahjat (Sejarah Nabi-nabi dalam Al-Qur’an) dan lainnya.
Menurut
Ibn Katsir, Nabi Idris merupakan jalur nasab Rasulullah SAW. Nasabnya adalah
Idris (Akhnukh) bin Yared bin
Mahalail (Mahalaleel) bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam AS.
Dalam
AlQuran namanya disebut Idris karena Allah memuliakannya sebagai utusan-Nya
yang memiliki kepandaian dalam bidang ilmu pengetahuan dan rajin belajar (daras). Allah memberikannya 30 mushaf (shuhuf) sebagai bekal untuk diajarkan
kepada kaumnya.
Pada
masanya manusia sudah berbicara dalam 72 bahasa. Saat ia berdakwah kepada kaumnya,
Idris sudah menggambar pembangunan kota-kota sehingga kota yang berhasil
dibangunnya berjumlah 188 kota. dan Nabi Idris pula yang membagi wilayah bumi
menjadi empat bagian dan menetapkan setiap bagiannya seorang raja. Nama-nama
raja itu adalah Elaus, Zous, Esqlebeos, dan Zous Amon.
Ibn
Ishaq menerangkan, Idris adalah manusia pertama yang menulis dengan pena. Rasul
SAW bersabda; “Dahulu, ada seorang nabi
yang menulis dengannya (maksudnya menulis di atas pasir). Barang siapa yang
sejalan dengan tulisannya, demikian itulah (tulisannya).”
Sebagian
riwayat menyebutkan, Nabi Idris-lah yang dimaksud dalam hadis yang diriwayatkan
Imam Muslim dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Sulami tersebut. Kepandaian menulis
yang dimiliki Nabi Idris AS sejalan dengan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan
Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad yang
menyatakan, “Makhluk yang pertama kali
Allah ciptakan adalah pena. Lalu, Dia berkata kepada pena tersebut, ‘Tulislah.’
maka pada saat itu, berlakulah segala apa yang ditetapkan hingga akhir kiamat”
(lihat Musnad Ahmad RA.).
Lebih Maju
Apa
yang ditorehkan Nabi Idris dengan julukannya sebagai manusia pertama yang
menulis dengan pena membuktikan bahwa peradaban bangsa lalu jauh lebih modern
dan maju dibandingkan penemua pena (pulpen) yang ada sekarang ini.
Sekitar
3500-3000 SM, bangsa Sumeria (Irak) telah dikenal sebagai bangsa paling tua
didunia yang memiliki bukti kemampuan menulis. Tidak lama kemudian bangsa Mesir
juga menunjukkan bukti yang sama pada 3000-2000 SM. Sekitar 2500-2000 SM bangsa
mesir membuat piramida dan bangsa Sumeria (Babilonia) membuat taman gantung
yang masih bisa disaksikan hingga saat ini. Sekitar 3000 SM, bangsa Mesir kuno
sudah menggunakan daun papyrus sebagai alat dan tempat untuk menulis dengan
cara menyusun berdampingan lembar demi lembar.
Di
jaman modern, ballpoint (pulpen) baru
ditemukan (dibuat) oleh seorang jurnalis asal Hongaria, Laszlo Biro, sekitar
tahun 1938. Ia memperhatikan tinta yang digunakan dalam percetakan surat kabar.
Bersama saudaranya , George – ahli kimia, dia mengembangkan ujung pena yang
baru, berupa sebuah bola.
Sekitar
abad ke-6 hingga ke-18 masehi, pena dibuat dari batang bulu unggas, seperti
angsa, kemudian disebut dengan quil pen.
Bagian dalam batang ini berupa pipa sempit yang berfungsi sebagai tempat
cadangan tinta.
Adapun
pensil digunakan pertama kali ketika penduduk daerah Cumbia Inggris menemukan
kegunaan grafit sekitar tahun 1500-an masehi. Mereka menggunakan grafit
tersebut untuk menuliskan atau menandai hewan ternak mereka. Karena grafit
terlalu lunak untuk menulis, lalu diberikan bahan pelapis yang lebih kuat dan
keras. Penemu atau pencipta pensil modern adalah Matthew Aaron Solnit.
Sumeria Kuno
Para
ahli sejarah menetapkan Nabi Idris hidup sekitar tahun 4500-4188 SM. Berbagai
peradaban yang telah ditinggalkannya itu kemudian diteruskan oleh generasi
berikutnya. Para pengikut Nabi Idris dan orang yang tidak percaya kepadanya
meneruskan cara-cara yang dilakukan Nabi Idris, seperti menulis, menjahit,
mengukur, dan lain sebagainya.
Beberapa
tahun yang lalu, ilmuwan modern dan para ahli arkeologi berhasil menemukan
sejumlah perabotan dan barang-barang yang diperkirakan berusia 4000 tahun.
Benda tersebut diantaranya sebuah lempengan dari tanah yang berasal dari jaman
Sumeria, diatas lempengan itu terdapat tulisan tentang matematika dalam bentuk
tulisan huruf paku.
Selain
itu berbagai benda purbakala yang diyakini merupakan perbendaharaan bangsa
Sumeria kuno yang ditemukan adalah alat pemberat dari logam, bejana antic yang
terbuat dari tanah liat berbentuk kendi, gelas, dan lainnya yang diperkirakan
dibuat pada tahun 4000 SM.
Demikian
juga sebuah lempengan batu yang diatasnya terdapat ukiran atau lukisan yang
menggambarkan orang bercocok tanam pada peradaban negara-negara (kecil) di kota
Irak kuno bagian selatan dan tengah. Lihat karya Sami
bin Abdullah Al-Maghluts, dalam Atlas
Sejarah Nabi dan Rasul.
Pakar Ilmu Perbintangan (Astronomi)
Bangsa
Sumeria kuno (4500-1700 SM) dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban
tertinggi dan tertua di dunia. Berbagai macam bangunan dan kebudayaan lahir
dari wilayah ini. Salah satunya Taman Gantung (Hanging Garden) di Babilonia.
Nabi
Idris AS, selain dikenal sebagai manusia pertama yang menulis dengan pena, juga
dikenal sebagai orang yang pertama kali menggunakan bintang sebagai petunjuk
arah, waktu bercocok tanam, memperkirakan kondisi cuaca, dan lain sebagainya.
Ia juga merupakan manusia pertama yang mnejahit pakaian.
Menurut
sebuah riwayat, bangsa Sumeria telah mempelajari ilmu perbintangan untuk
mengetahui masa bercocok tanam yang baik. Misalnya, rasi bintang Taurus yang
dipercaya sebagai masa awal musim semi dan cocok untuk menanam, sedangkan rasi
bintang Virgo dipergunakan sebagai saat tepat untuk memanen.
Bangsa
Sumeria kuno (Irak –sekarang) juga dikenal sebagai bangsa pertama yang membuat
pembagian bulan dalam setahun menjadi 12 bulan (zodiak) sekaligus membaginya
dalam tabel. Selama ini banyak yang beranggapan bangsa Yunani sebagai penemu
atau bangsa yang membagi jumlah bilangan bulan dalam setahun. Dalam Alquran
telah dijelaskan tentang pembagian bulan dalam setahun, yaitu sebanyak 12 bulan (surah At-Taubah[9]: 36).
Lempengan batu bangsa sumeria yang menggambarkan perhitungan
bintang
Dalam
dunia modern, ilmu astronomi atau perbintangan baru ditemukan oleh Nicolas Copernicus (1473-1543 M). ia mengemukakan,
bumi berputar pada porosnya, bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi,
serta planet-planet lain semua beredar mengelilingi matahari.
Salah
seorang tokoh muslim yang dikenal sebagai ahli astronomi adalah Abu Raihan
Muhammad bin Ahmad al-Biruni (973-1041 M). ia lebih dahulu mengemukakan teori
dan ilmu perbintangan sebelum Nicolas Copernicus, yang mengemukakannya 400
tahun kemudian. Ia menulis sebuah buku tentang teori ilmu perbintangan yang
dipersembahkan pada Sultan Mas’ud dari Ghazna dengan judul Al-Jamahir fi Ma’rifati al-Jawahir.
Pelajaran Dari Idris
Apa
jadinya bila manusia tak pernah menemukan kain untuk pakaian? Mungkin, saat ini
manusia masih menggunakan daun, kulit binatang, atau lainnya untuk dijadikan
penutup badan. Begitu juga bila tak ditemukan mesin jahit. Mungkin hingga kini
pakaian atau kain tidak akan pernah rapih dan kuat.
Tahun
1755, Charles Weisenthal, asal Jerman yang tinggal di Inggris, mematenkan jarum
untuk sebuah mesin. Tahun 1790, Thomas Saint mematenkan mesin jahit. Tahun
1810, Blathasar Krems menemukan mesin otomatis untuk menjahit topi. Tahun 1818,
John Adam Doge dan John Knowles dari Amerika membuat mesin jahit namun gagal
berfungsi untuk menjahit kain.
Tahun
1830, Bartelemy Thimonier menciptakan mesin jahit yang bisa berfungsi dengan
baik, yakni menggunakan satu benang dan sebuah jarum kait, seperti border atau
sulam. Puncaknya mesin jahit ditemukan dan berhasil dibuat oleh Elias Howe dari
Amerika Serikat sekitar tahun 1845.
Banyaknya
penemuan ini membuat para penemu saling klaim sebagai penemu pertama. Mereka
pun sibuk mematenkan karyanya. Padahal, puluhan abad silam, tepatnya sekitar
tahun 4500-4188 SM, Nabi Idris AS telah mempelopori cara menjahit pakaian.
Artinya, Nabi Idris pula yang sebelumnya menggunakan pakaian berjahit hasil
karyanya. Sebelumnya banyak kaumnya yang menggunakan pakaian dari bulu atau
kulit binatang.
Beberapa
abad kemudian Nabi Daud AS mengajari umat manusia untuk membuat pakaian yang
terbuat dari besi sebagai perisai diri. Ini dilakukan sekitar tahun 1041-971
SM, jauh sebelum para ahli penemu mesin jahit dan jarum itu berdebat tentang
hasil temuan mereka.
Tempat Tertinggi
Dalam
Alquran surah Maryam[19] ayat 57, Allah
berfirman bahwa Nabi Idris AS ditempatkan olaeh Allah ke tempat yang tertinggi.
“Dan Kami tempatkan ia ke tempat
(martabat) yang tertinggi.”
(QS Maryam[19]: 57).
Para
ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat tersebut mengenai diangkatnya
Nabi Idris AS. apakah ia diangkat ke surga, meninggal dunia di atas langit,
atau hal itu menunjukan kemuliaan Nabi Idris?
Ibn
Katsir dalam tafsirnya dan juga dalam Qishash
al-Anbiya’ menyatakan, riwayat yang paling kuat mengenai ayat tersebut
adalah Nabi Idris AS diangkat ke langit untuk diambil nyawanya.
Hal
ini diperkuat dengan keterangan yang diriwayatkan dari Ka’ab atas pertanyaan
dari Ibn Abbas yang diriwayatkan dari Yunus, dari Abdul A’laa dari Ibn Wahab,
dari Jarir bin Hazim, dari Al-A’masy, dari Syamr bin Athiyah, dan dari Hilal
bin Yasar.
Namun
demikian, ada pula yang berpendapat bahwa Nabi Idris hanya diangkat saja oleh
Allah ke langit. Hal ini diperkuat dengan keterangan Imam Bukhari yang
meriwayatkan pertemuan Rasulullah SAW dengan Nabi Idris AS di langit keempat
saat melaksanakan Isra dan Mi’raj.
0 komentar:
Posting Komentar