Semua orang
tahu betapa kejam serdadu Israel terhadap penduduk sipil Palestina, yang
dikutuk oleh bangsa-bangsa beradab seluruh dunia. Namun, bagi orang Yahudi,
kekejaman ini agaknya merupakan suatu “keharusan.” Sebab, kitab suci mereka,
Talmud, antara lain menyebutkan bahwa membunuh orang yang menentang mereka
merupakan suatu kebaikan yang berpahala. Terutama kepada kaum goyim alias
non-Yahudi.
Belakangan
terungkap, mereka juga menjalani ritual khusus yang sadis yang ditunaikan
setahun sekali dengan mengorbankan darah orang-orang non-Yahudi seperti muslim
dan Kristen, dengan konon menyembelihnya. Menurut kesaksian Musa Abul ‘Afiyah,
seorang rabbi (ulama Yahudi) yang sangat dihormati di Damaskus, Syria, sudah 11
kali ia melakukan penyembelihan. Namun, akhirnya ia menyesal dan mengalami
kegelisahan batin, sehingga akhirnya mengucapkan dua kalimah syahadat, dan
mengganti namanya menjadi Muhammad Afandi.
Kesaksian sang
rabbi itu sebagian dimuat dalam buku Talmud: Kitab “Hitam” Yahudi yang
Menggemparkan karangan Prof. Dr. Muhammad Asy-Syarqawi, dosen Filsafat
Islam dan Perbandingan Agama Universitas Kairo, Mesir. Ceritanya
bermula ketika pada tahun 1780-an, Damaskus terserang wabah kolera, sehingga
banyak warga yang meninggal. Seorang pendeta Kristen, Toma, memberi bantuan dan
mengobati sejumlah pasien.
Kamis, 6
Februari 1840, Pendeta Toma diminta datang ke perkampungan Yahudi untuk
menyuntik seorang anak yang menderita cacar. Ketika melihat pasiennya, ia
berpendapat anak itu memerlukan perawatan lebih intensif. Maka ia pun segera
kembali ke biara untuk mengambil obat-obatan. Kebetulan, rumah anak yang sakit
itu berdekatan dengan rumah Daud Harari, seorang Yahudi yang saleh dan
dihormati, yang kebetulan juga teman dekat Pendeta Toma.
Ketika pendeta
itu melewati rumah Daud Harari, ia diminta mampir. Ketika ia masuk rumah Yahudi
tersebut, ia langsung digiring ke sebuah kamar. Tiba-tiba pintu kamar ditutup,
dan beberapa orang menyerangnya. Mulutnya disumpal dengan sapu tangan,
sementara kedua tangan dan kakinya diikat, kemudian diseret ke sebuah ruangan.
Ia dibiarkan di sana sampai larut malam.
Ketika Rabbi
Musa yang akan memimpin ritual penyembelihan pendeta Kristen itu datang,
seorang Yahudi bernama Sulaiman diperintahkan memotong urat leher Pendeta Toma.
Tapi, Sulaiman tidak berani melakukannya. Maka, majulah Daud Harari
melaksanakan ritual sadis itu, disaksikan sekitar 10 orang Yahudi lainnya. Daud
Harari sempat gemetar mengingat si korban adalah sahabat karibnya. Maka
segeralah seorang Yahudi tampil membantu menyelesaikan pemotongan urat leher
pendeta yang malang itu.
Ritual Keji
Darah segar
pun mengucur deras, ditampung dalam sebuah wadah yang cukup besar, lalu
dimasukkan ke dalam sebuah botol. Tak lama kemudian Pendeta Toma ditelanjangi
dan dibakar, sementara tubuhnya yang sudah hangus dimutilasi lalu dibuang ke
tempat pembuangan tak jauh dari rumah Rabbi Musa. Pembunuhan keji itu
terbongkar ketika jamaah Pendeta Toma datang ke biara untuk mengikuti misa.
Namun, mereka tak menemukan sang pendeta. Akhirnya, mereka minta polisi segera
mengusut kasus tersebut.
Akhirnya
terbongkarlah kejahatan kemanusiaan itu. Kepada polisi Sulaiman si tukang
gunting bersaksi bahwa ritual penyembelihan itu untuk menyempurnakan syari’at
agama Yahudi, dan darah sang pendeta akan digunakan untuk upacara Paskah
Yahudi. Semua orang Yahudi yang terlibat menjadi tersangka, dan dihukum. Banyak
kasus penyembelihan terhadap orang-orang Kristen yang sempat terungkap, tapi
ditutup-tutupi oleh Organisasi Persatuan Israel Internasional di Eropa, antara
lain dengan sogokan sejumlah uang.
Jauh
sebelumnya, tak seorang pun yang mengetahui bahwa orang-orang Yahudi mempunyai
kepercayan seperti itu. Hingga suatu hari, pada 24 Juni 1240, ketika beberapa
orang Yahudi diperiksa oleh Ratu Valencia di Istana Raja Louis IX di Paris,
dengan tuduhan melakukan pembunuhan. Akhirnya mereka mengakui adanya ritual
keji tersebut. Dan ketika itulah beberapa ayat kitab Talmud diterjemahkan.
Beberapa ayat
yang memuat soal ritual pembunuhan atau masalah lain yang aneh-aneh, antara
lain sebagai berikut:
Semua
orang yang menumpahkan darah orang yang tidak bertakwa, amalnya makbul di sisi
Tuhan sebagaimana orang yang mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Semua
penduduk Yahudi wajib memberikan saham sebagai usaha bersama sebagai biaya
untuk membunuh pengkhianat (Chaschen
Hammischpat (338/16).
Rabbi Eliezar
berkata, “Boleh memotong kepala orang bodoh pada hari raya Atonement jika hari
itu bertepatan dengan hari Sabtu.” Maka murid-muridnya berkata, “Wahai Rabbi,
apakah itu sama dengan kurban?” Ia menjawab, “Benar, karena itu suatu keharusan
untuk melakukan sembahyang pada saat melakukan ritual; dan tidak perlu lagi
sembahyang ketika leher seorang tertentu sudah dipukul.” (Bisashim (49.b).
“Air
mani yang dari padanya tercipta bangsa-bangsa lain yang berada di luar agama
Yahudi adalah air mani kuda” (Kitab
Talmud Yerusalem, halaman 94). “Sejak adanya mereka, semua manusia goyim
mengotori alam, karena roh mereka lahir dari bagian yang najis” (Kitab
Zohar (I,131a). “Hubungan seksual orang goyim itu seperti hubungan
seksual dengan binatang” (Sanhendrin (74 b, Tosepoth).
“Sesungguhnya
Talmud mewajibkan atas setiap orang Yahudi untuk melaknat orang Kristen tiga
kali dalam sehari, dan berdoa agar membasmi dan menghancurkan raja-raja serta
para pemimpin mereka. Juga diwajibkan kepada orang Yahudi untuk merampas harta
mereka dengan cara apa pun” (Kitab 6, Bab 8
butir ke 9).
Gunung Sinai
Yang jadi
pertanyaan, bukankah ajaran Nabi Musa AS melarang umatnya membunuh, mencuri,
dan hal-hal zalim lainnya? Tapi, mengapa Talmud – yang diakui sebagai kitab
suci kaum Yahudi – memuat ayat-ayat yang bertolak belakang dengan syari’at Nabi
Musa AS?
Kata talmud berasal
dari akar kata bahasa Ibrani lamud yang berarti studi dan
kajian. Konstruksi kata talmud berdekatan dengan kata tilmidz (Arab)
yang artinya pelajar. Adapun Talmud adalah kitab yang dianggap suci oleh kaum
Yahudi, berisi ajaran agama yang menjelaskan semua pengetahuan yang telah
dicapai oleh umat Yahudi, ajaran para rahib Yahudi, peraturan kehidupan, moral,
dan budaya bangsa Yahudi.
Para rabbi
Yahudi mengklaim, Talmud bersumber dari syari’at Nabi Musa AS. Alasan mereka,
ketika Nabi Musa AS menerima kitab Taurat dari Tuhan di Gunung Sinai, juga
menerima tafsirnya. Nah, tafsir inilah yang kemudian disebut Talmud. Namun
kenyataannya, kitab yang disampaikan oleh Nabi Musa AS kepada umatnya hanyalah
Taurat, sementara Talmud adalah karangan para rabbi Yahudi yang menyimpan
dendam kepada bangsa-bangsa lain yang telah melakukan penangkapan, perbudakan,
penindasan, pengusiran terhadap umat Yahudi.
Talmud berisi
sejumlah fatwa para rabbi Yahudi, yang antara lain menganjurkan kepada umatnya
untuk tidak mentoleransi bangsa-bangsa lain. Menurut salah satu fatwa dalam
Talmud, semua bangsa (kecuali yahudi) ibarat barang yang dapat diperlakukan
menurut kehendak pemiliknya. Bangsa non-Yahudi, menurut Talmud, adalah orang
asing dan disederajatkan dengan kaum penyembah berhala.
Bukan hanya
itu, rapa rabbi juga mengubah dan memalsu ayat-ayat suci Kita Taurat, bahkan
menjualnya kepada siapa pun juga yang membutuhkan fatwa – yang disesuaikan
dengan kehendak sendiri. Lebih jauh lagi, mereka berusaha meyakinkan kepada
kaum Yahudi bahwa Talmud lebih suci dari pada Taurat.
Celakanya,
hingga kini, kaum Yahudi masih meyakini bahwa fatwa para rabbi dalam Talmud
sejajar dengan syari’at Nabi Musa AS yang termuat dalam kitab suci Taurat.
Mereka menganggap Talmud sama sucinya sebagaimana firman Allah dalam Taurat.
Lucunya, jika menemukan kontradisi antara kedua kitab tersebut, mereka lebih
percaya dan berpedoman kepada Talmud.
Sarung Bantal
Salah satu
fatwa rabbi dalam Talmud yang melecehkan Taurat, misalnya ini, “Orang yang
mempelajari Taurat berarti melakukan keutamaan tapi tidak layak mendapat
imbalan; orang yang mempelajari Mishnah berarti melakukan keutamaan yang layak
mendapat imbalan, sedangkan orang yang mempelajari Gemara berarti melakukan
keutamaan yang paling besar.”
Apakah yang
disebut Mishnah dan Gemara? Talmud terdiri dari dua bagian utama, yaitu Mishnah
dan Gemara, dilengkapi beberapa lampiran dan tafsiran. Mishnah (sesuatu yang
harus dipelajari dan diingat), adalah bagian pertama dan utama dari kitab
Talmud. Sementara Gemara ialah bagian kedua Talmud, yang lahir akibat berbagai
perbedaan pendapat di antarav para rabbi tentang kandungan kitab Mishnah.
Kitab Mishnah
terdiri dari enam risalah. Pertama, Zeraim, yaitu kitab tentang
tumbuh-tumbuhan, daun-daunan, buah-buahan, biji-bijian. Kedua, Moed, yaitu
kitab tentang pesta-pesta; kapan waktu perayaan hari Sabbath dan
perayaan-perayaan lain. Ketiga, Naschim, yaitu kitab tentang perkawinan, peran
dan tugas perempuan, pertalian kekeluargaan. Keempat, Nezikim, yaitu kitab
tentang kerusakan di muka bumi, hukuman dan penggantian kerugiannya. Kelima,
Kodaschim, yaitu kitab tentang bermacam upacara suci keagamaan. Keenam,
Tohoroth, yaitu kitab tentang kebersihan tanah, wadah-wadah, sarung bantal,
seprei dan lain-lain.
Setiap bagian
dari ke enam bagian tadi dibagi lagi dalam beberapa risalah yang disebut massikoth,
yang kemudian dibagi lagi dalam beberapa bab atau atau perakim.
Zeraim, misalnya, terdiri dari 11 jilid, Moed 12 jilid; Naschim tujuh jilid;
Nezikim 10 jilid; Kodashim 11 jilid dan Tohoroth 12 jilid.
Kitab Mishnah
yang semula menjadi pegangan kaum Yahudi sebagai kitab suci, belakangan
ditinggalkan, karena meraka beralih ke kitab Gemara. Sebab, mereka menganggap
Mishnah terlalu banyak memuat ayat-ayat yang terlalu umum dan tidak jelas penafsirannya.
Jadi, kitab Gemara sesungguhnya hanyalah syarah atau tafsir atas ayat-ayat
Mishnah.
Tapi,
perkembangan Talmud tidak berhenti sampai di situ. Setiap kali ada kejadian
yang menyengsarakan kaum Yahudi, selalu diabadikan dalam Talmud. Mulai dari penderitaan
nenek moyang kaum Yahudi yang diperbudak, ditindas, dan sebagainya, sampai
masalah negara Israel sekarang, bisa dibaca dan dirasakan oleh kaum Yahudi.
Dendam nenek moyang mereka selalu dan tetap terjaga di dada anak cucu mereka
hingga kini.
Paus Innocent
Cita-cita kaum
Yahudi sebagai “bangsa terpilih” untuk menguasai dunia terus mereka
perjuangkan. Adalah Talmud pula yang membangkitkan semangat gerakan Zionis
Internasional untuk mencapai cita-cita mereka. Konfrensi pertama gerakan Zionis
di Bassel, Swiss, 1897, melahirkan keputusan untuk mendirikan Negara Israel
yang merdeka serta keputusan lain yang bersifat rahasia. Di antaranya doktrin
dan propaganda keji terhadap bangsa lain.
Harga diri
yang terlalu tinggi itu gara-gara salah satu ayat dalam Talmud yang melukiskan
kaum Yahudi sebagai bangsa pilihan, yang berbunyi, ”Bani Israel lebih
tinggi derajatnya di sisi Tuhan dari pada malaikat. Jika seorang non-Yahudi
memukul orang Yahudi, maka seolah-olah ia telah memukul Tuhan. Kaum Yahudi
adalah bagian dari Tuhan, seperti seorang anak sebagai bagian dari bapaknya.
Karena itu, apabila seorang non-Yahudi memukul orang Yahudi, ia harus mati” (Sanhedrin,
halaman 2, nomor 58).
Dalam ayat
lainnya disebutkan, ”Diperbolehkan bagi umat Yahudi membunuh umat lain,
terutama umat Nasrani dan para penyembah berhala. Bahkan, pembunuhan ini wajib
dilakukan jika terbuka peluang untuk itu. Semua cara kemunafikan boleh ditempuh
asal tujuannya tercapai.”
Bisa dimaklum
jika kalangan Nasrani sangat menentangnya. Pada abad ke-13, Paus Gregory IX
(1227 M) dan Paus Innocent IV (1234 M) mengecam keras kitab Talmud dan
memerintahkan untuk membakarnya. Karena kerasnya penentangan itu, para rabbi
Yahudi memikirkan taktik untuk menyelamatkan diri. Pada 1631 M, misalnya, para
rabbi Yahudi bertemu di Polandia, memutuskan untuk menghapus semua alinea atau
penggalan kalimat dalam Talmud yang dapat menyakiti hati kaum Nasrani, diganti
dengan kode atau isyarat yang hanya dapat dipahami oleh para rabbi Yahudi.
Kaum Yahudi
memang membenci semua bangsa non-Yahudi, tetapi terutama sekali terhadap
bangsa-bangsa yang menganut agama Nasrani. Mereka menganggap Isa Al-Masih
sebagai pemberontak dan pengamal bid’ah. Mereka bahkan menilai Nabi Isa AS
adalah “anak haram”, sementara ibundanya, Siti Maryam adalah “wanita pezina”.
Masya Allah!
Walhasil,
Talmud tiada lain hanyalah “kitab suci” yang penuh dengan kekejian dan
kepalsuan.
sumber:
voa-islam.com
Semua orang tahu
betapa kejam serdadu Israel terhadap penduduk sipil Palestina, yang dikutuk
oleh bangsa-bangsa beradab seluruh dunia. Namun, bagi orang Yahudi, kekejaman
ini agaknya merupakan suatu “keharusan.” Sebab, kitab suci mereka, Talmud,
antara lain menyebutkan bahwa membunuh orang yang menentang mereka merupakan
suatu kebaikan yang berpahala. Terutama kepada kaum goyim alias
non-Yahudi.
Belakangan terungkap, mereka juga menjalani ritual
khusus yang sadis yang ditunaikan setahun sekali dengan mengorbankan darah
orang-orang non-Yahudi seperti muslim dan Kristen, dengan konon menyembelihnya.
Menurut kesaksian Musa Abul ‘Afiyah, seorang rabbi (ulama Yahudi) yang sangat
dihormati di Damaskus, Syria, sudah 11 kali ia melakukan penyembelihan. Namun,
akhirnya ia menyesal dan mengalami kegelisahan batin, sehingga akhirnya
mengucapkan dua kalimah syahadat, dan mengganti namanya menjadi Muhammad
Afandi.
Kesaksian sang rabbi itu sebagian dimuat dalam
buku Talmud: Kitab “Hitam” Yahudi yang Menggemparkan karangan
Prof. Dr. Muhammad Asy-Syarqawi, dosen Filsafat Islam dan Perbandingan Agama
Universitas Kairo, Mesir. Ceritanya bermula ketika pada tahun
1780-an, Damaskus terserang wabah kolera, sehingga banyak warga yang meninggal.
Seorang pendeta Kristen, Toma, memberi bantuan dan mengobati sejumlah pasien.
Kamis, 6 Februari 1840, Pendeta Toma diminta datang ke
perkampungan Yahudi untuk menyuntik seorang anak yang menderita cacar. Ketika
melihat pasiennya, ia berpendapat anak itu memerlukan perawatan lebih intensif.
Maka ia pun segera kembali ke biara untuk mengambil obat-obatan. Kebetulan,
rumah anak yang sakit itu berdekatan dengan rumah Daud Harari, seorang Yahudi
yang saleh dan dihormati, yang kebetulan juga teman dekat Pendeta Toma.
Ketika pendeta itu melewati rumah Daud Harari, ia
diminta mampir. Ketika ia masuk rumah Yahudi tersebut, ia langsung digiring ke
sebuah kamar. Tiba-tiba pintu kamar ditutup, dan beberapa orang menyerangnya.
Mulutnya disumpal dengan sapu tangan, sementara kedua tangan dan kakinya
diikat, kemudian diseret ke sebuah ruangan. Ia dibiarkan di sana sampai larut
malam.
Ketika Rabbi Musa yang akan memimpin ritual
penyembelihan pendeta Kristen itu datang, seorang Yahudi bernama Sulaiman
diperintahkan memotong urat leher Pendeta Toma. Tapi, Sulaiman tidak berani
melakukannya. Maka, majulah Daud Harari melaksanakan ritual sadis itu,
disaksikan sekitar 10 orang Yahudi lainnya. Daud Harari sempat gemetar
mengingat si korban adalah sahabat karibnya. Maka segeralah seorang Yahudi
tampil membantu menyelesaikan pemotongan urat leher pendeta yang malang itu.
Ritual Keji
Darah segar pun mengucur deras, ditampung dalam sebuah
wadah yang cukup besar, lalu dimasukkan ke dalam sebuah botol. Tak lama
kemudian Pendeta Toma ditelanjangi dan dibakar, sementara tubuhnya yang sudah
hangus dimutilasi lalu dibuang ke tempat pembuangan tak jauh dari rumah Rabbi
Musa. Pembunuhan keji itu terbongkar ketika jamaah Pendeta Toma datang ke biara
untuk mengikuti misa. Namun, mereka tak menemukan sang pendeta. Akhirnya,
mereka minta polisi segera mengusut kasus tersebut.
Akhirnya terbongkarlah kejahatan kemanusiaan itu.
Kepada polisi Sulaiman si tukang gunting bersaksi bahwa ritual penyembelihan
itu untuk menyempurnakan syari’at agama Yahudi, dan darah sang pendeta akan
digunakan untuk upacara Paskah Yahudi. Semua orang Yahudi yang terlibat menjadi
tersangka, dan dihukum. Banyak kasus penyembelihan terhadap orang-orang Kristen
yang sempat terungkap, tapi ditutup-tutupi oleh Organisasi Persatuan Israel
Internasional di Eropa, antara lain dengan sogokan sejumlah uang.
Jauh sebelumnya, tak seorang pun yang mengetahui bahwa
orang-orang Yahudi mempunyai kepercayan seperti itu. Hingga suatu hari, pada 24
Juni 1240, ketika beberapa orang Yahudi diperiksa oleh Ratu Valencia di Istana
Raja Louis IX di Paris, dengan tuduhan melakukan pembunuhan. Akhirnya mereka mengakui
adanya ritual keji tersebut. Dan ketika itulah beberapa ayat kitab Talmud
diterjemahkan.
Beberapa ayat yang memuat soal ritual pembunuhan atau
masalah lain yang aneh-aneh, antara lain sebagai berikut:
Semua orang yang menumpahkan darah orang yang tidak
bertakwa, amalnya makbul di sisi Tuhan sebagaimana orang yang mempersembahkan
kurban kepada Tuhan. Semua penduduk Yahudi wajib memberikan saham sebagai usaha
bersama sebagai biaya untuk membunuh pengkhianat (Chaschen Hammischpat (338/16).
Rabbi Eliezar berkata, “Boleh memotong kepala orang
bodoh pada hari raya Atonement jika hari itu bertepatan dengan hari Sabtu.”
Maka murid-muridnya berkata, “Wahai Rabbi, apakah itu sama dengan kurban?” Ia
menjawab, “Benar, karena itu suatu keharusan untuk melakukan sembahyang pada
saat melakukan ritual; dan tidak perlu lagi sembahyang ketika leher seorang
tertentu sudah dipukul.” (Bisashim
(49.b).
“Air mani yang dari padanya tercipta bangsa-bangsa
lain yang berada di luar agama Yahudi adalah air mani kuda” (Kitab Talmud Yerusalem, halaman 94). “Sejak adanya mereka, semua
manusia goyim mengotori alam, karena roh mereka lahir dari bagian yang najis” (Kitab
Zohar (I,131a). “Hubungan seksual orang goyim itu seperti hubungan
seksual dengan binatang” (Sanhendrin (74 b, Tosepoth).
“Sesungguhnya Talmud mewajibkan atas setiap orang
Yahudi untuk melaknat orang Kristen tiga kali dalam sehari, dan berdoa agar
membasmi dan menghancurkan raja-raja serta para pemimpin mereka. Juga
diwajibkan kepada orang Yahudi untuk merampas harta mereka dengan cara apa pun” (Kitab 6, Bab 8 butir ke 9).
Gunung Sinai
Yang jadi pertanyaan, bukankah ajaran Nabi Musa AS
melarang umatnya membunuh, mencuri, dan hal-hal zalim lainnya? Tapi, mengapa
Talmud – yang diakui sebagai kitab suci kaum Yahudi – memuat ayat-ayat yang
bertolak belakang dengan syari’at Nabi Musa AS?
Kata talmud berasal dari akar kata
bahasa Ibrani lamud yang berarti studi dan kajian. Konstruksi
kata talmud berdekatan dengan kata tilmidz (Arab)
yang artinya pelajar. Adapun Talmud adalah kitab yang dianggap suci oleh kaum
Yahudi, berisi ajaran agama yang menjelaskan semua pengetahuan yang telah
dicapai oleh umat Yahudi, ajaran para rahib Yahudi, peraturan kehidupan, moral,
dan budaya bangsa Yahudi.
Para rabbi Yahudi mengklaim, Talmud bersumber dari
syari’at Nabi Musa AS. Alasan mereka, ketika Nabi Musa AS menerima kitab Taurat
dari Tuhan di Gunung Sinai, juga menerima tafsirnya. Nah, tafsir inilah yang
kemudian disebut Talmud. Namun kenyataannya, kitab yang disampaikan oleh Nabi
Musa AS kepada umatnya hanyalah Taurat, sementara Talmud adalah karangan para
rabbi Yahudi yang menyimpan dendam kepada bangsa-bangsa lain yang telah
melakukan penangkapan, perbudakan, penindasan, pengusiran terhadap umat Yahudi.
Talmud berisi sejumlah fatwa para rabbi Yahudi, yang
antara lain menganjurkan kepada umatnya untuk tidak mentoleransi bangsa-bangsa
lain. Menurut salah satu fatwa dalam Talmud, semua bangsa (kecuali yahudi)
ibarat barang yang dapat diperlakukan menurut kehendak pemiliknya. Bangsa
non-Yahudi, menurut Talmud, adalah orang asing dan disederajatkan dengan kaum
penyembah berhala.
Bukan hanya itu, rapa rabbi juga mengubah dan memalsu
ayat-ayat suci Kita Taurat, bahkan menjualnya kepada siapa pun juga yang
membutuhkan fatwa – yang disesuaikan dengan kehendak sendiri. Lebih jauh lagi,
mereka berusaha meyakinkan kepada kaum Yahudi bahwa Talmud lebih suci dari pada
Taurat.
Celakanya, hingga kini, kaum Yahudi masih meyakini
bahwa fatwa para rabbi dalam Talmud sejajar dengan syari’at Nabi Musa AS yang
termuat dalam kitab suci Taurat. Mereka menganggap Talmud sama sucinya
sebagaimana firman Allah dalam Taurat. Lucunya, jika menemukan kontradisi
antara kedua kitab tersebut, mereka lebih percaya dan berpedoman kepada Talmud.
Sarung Bantal
Salah satu fatwa rabbi dalam Talmud yang melecehkan
Taurat, misalnya ini, “Orang yang mempelajari Taurat berarti melakukan
keutamaan tapi tidak layak mendapat imbalan; orang yang mempelajari Mishnah
berarti melakukan keutamaan yang layak mendapat imbalan, sedangkan orang yang
mempelajari Gemara berarti melakukan keutamaan yang paling besar.”
Apakah yang disebut Mishnah dan Gemara? Talmud terdiri
dari dua bagian utama, yaitu Mishnah dan Gemara, dilengkapi beberapa lampiran
dan tafsiran. Mishnah (sesuatu yang harus dipelajari dan diingat), adalah
bagian pertama dan utama dari kitab Talmud. Sementara Gemara ialah bagian kedua
Talmud, yang lahir akibat berbagai perbedaan pendapat di antarav para rabbi
tentang kandungan kitab Mishnah.
Kitab Mishnah terdiri dari enam risalah. Pertama,
Zeraim, yaitu kitab tentang tumbuh-tumbuhan, daun-daunan, buah-buahan,
biji-bijian. Kedua, Moed, yaitu kitab tentang pesta-pesta; kapan waktu perayaan
hari Sabbath dan perayaan-perayaan lain. Ketiga, Naschim, yaitu kitab tentang
perkawinan, peran dan tugas perempuan, pertalian kekeluargaan. Keempat,
Nezikim, yaitu kitab tentang kerusakan di muka bumi, hukuman dan penggantian
kerugiannya. Kelima, Kodaschim, yaitu kitab tentang bermacam upacara suci
keagamaan. Keenam, Tohoroth, yaitu kitab tentang kebersihan tanah, wadah-wadah,
sarung bantal, seprei dan lain-lain.
Setiap bagian dari ke enam bagian tadi dibagi lagi
dalam beberapa risalah yang disebut massikoth, yang kemudian dibagi
lagi dalam beberapa bab atau atau perakim. Zeraim, misalnya,
terdiri dari 11 jilid, Moed 12 jilid; Naschim tujuh jilid; Nezikim 10 jilid;
Kodashim 11 jilid dan Tohoroth 12 jilid.
Kitab Mishnah yang semula menjadi pegangan kaum Yahudi
sebagai kitab suci, belakangan ditinggalkan, karena meraka beralih ke kitab
Gemara. Sebab, mereka menganggap Mishnah terlalu banyak memuat ayat-ayat yang
terlalu umum dan tidak jelas penafsirannya. Jadi, kitab Gemara sesungguhnya
hanyalah syarah atau tafsir atas ayat-ayat Mishnah.
Tapi, perkembangan Talmud tidak berhenti sampai di
situ. Setiap kali ada kejadian yang menyengsarakan kaum Yahudi, selalu
diabadikan dalam Talmud. Mulai dari penderitaan nenek moyang kaum Yahudi yang
diperbudak, ditindas, dan sebagainya, sampai masalah negara Israel sekarang,
bisa dibaca dan dirasakan oleh kaum Yahudi. Dendam nenek moyang mereka selalu
dan tetap terjaga di dada anak cucu mereka hingga kini.
Paus Innocent
Cita-cita kaum Yahudi sebagai “bangsa terpilih” untuk
menguasai dunia terus mereka perjuangkan. Adalah Talmud pula yang membangkitkan
semangat gerakan Zionis Internasional untuk mencapai cita-cita mereka.
Konfrensi pertama gerakan Zionis di Bassel, Swiss, 1897, melahirkan keputusan
untuk mendirikan Negara Israel yang merdeka serta keputusan lain yang bersifat
rahasia. Di antaranya doktrin dan propaganda keji terhadap bangsa lain.
Harga diri yang terlalu tinggi itu gara-gara salah
satu ayat dalam Talmud yang melukiskan kaum Yahudi sebagai bangsa pilihan, yang
berbunyi, ”Bani Israel lebih tinggi derajatnya di sisi Tuhan dari pada
malaikat. Jika seorang non-Yahudi memukul orang Yahudi, maka seolah-olah ia
telah memukul Tuhan. Kaum Yahudi adalah bagian dari Tuhan, seperti seorang anak
sebagai bagian dari bapaknya. Karena itu, apabila seorang non-Yahudi memukul
orang Yahudi, ia harus mati” (Sanhedrin, halaman 2, nomor 58).
Dalam ayat lainnya disebutkan, ”Diperbolehkan
bagi umat Yahudi membunuh umat lain, terutama umat Nasrani dan para penyembah
berhala. Bahkan, pembunuhan ini wajib dilakukan jika terbuka peluang untuk itu.
Semua cara kemunafikan boleh ditempuh asal tujuannya tercapai.”
Bisa dimaklum jika kalangan Nasrani sangat
menentangnya. Pada abad ke-13, Paus Gregory IX (1227 M) dan Paus Innocent IV
(1234 M) mengecam keras kitab Talmud dan memerintahkan untuk membakarnya.
Karena kerasnya penentangan itu, para rabbi Yahudi memikirkan taktik untuk
menyelamatkan diri. Pada 1631 M, misalnya, para rabbi Yahudi bertemu di Polandia,
memutuskan untuk menghapus semua alinea atau penggalan kalimat dalam Talmud
yang dapat menyakiti hati kaum Nasrani, diganti dengan kode atau isyarat yang
hanya dapat dipahami oleh para rabbi Yahudi.
Kaum Yahudi memang membenci semua bangsa non-Yahudi,
tetapi terutama sekali terhadap bangsa-bangsa yang menganut agama Nasrani.
Mereka menganggap Isa Al-Masih sebagai pemberontak dan pengamal bid’ah. Mereka
bahkan menilai Nabi Isa AS adalah “anak haram”, sementara ibundanya, Siti
Maryam adalah “wanita pezina”. Masya Allah!
Walhasil,
Talmud tiada lain hanyalah “kitab suci” yang penuh dengan kekejian dan
kepalsuan.
sumber: voa-islam.com
0 komentar:
Posting Komentar