Pages

Minggu, 10 Agustus 2014

ISIS DAN ORANG INDONESIA DIDALAM NYA

by

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) header

ISIS Ancaman Disintegrasi Bangsa: Siapakah Abu Muhammad al-Indonesi? Siapakah Orang-orang Yang Ada Disekelilingnya?

Mujahidin Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Suriah (Foto: Youtube)
Pada beberapa waktu lalu, ada sejumlah pria Indonesia muncul di video rekrutmen yang dirilis kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Mereka mendesak kaum muslim Indonesia untuk bergabung dalam perjuangan ISIS. (baca: ISIS Dibuat Oleh CIA dan Mossad Untuk Memecah Islam?)
Video rekrutmen berdurasi delapan menit berjudul ‘Join the Ranks’ itu diunggah oleh ISIS. Di dalamnya, dikatakan adalah kewajiban muslim untuk bergabung dengan ISIS dan berjanji saling setia. Video tersebut juga menyertakan sebuah pidato emosional dari seorang pria Indonesia bernama Abu Muhammad al-Indonesi.
“Lakukan semua upaya dengan menggunakan kekuatan fisik dan finansialmu untuk bermigrasi ke Negara Islam. Itu merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah,” kata Abu seperti dikutip ABC News, 29 Juli 2014.
Abu Muhammad juga mempertanyakan pilihan hidup pria Muslim di Barat, dan menyerukan pula kepada mereka untuk menemukan motivasi guna mengobarkan jihad.
“Apakah istri kalian menjadi alasan bagi kalian untuk tidak berjihad? Apakah rumah, bisnis, dan kesejahteraan kalian lebih kalian cintai daripada Allah, utusan-Nya, dan jihad di jalan-Nya?” ujar Abu.
Abu Muhammad al-Indonesi saat pidato (via: Youtube)
Abu Muhammad al-Indonesi saat pidato (via: Youtube)
Pakar keamanan dari Universitas Monash Australia Profesor Greg Barton, mengatakan ISIS melihat potensi untuk mendapat pengikut kuat di Indonesia.
“Dalam video terbarunya, ISIS mengajak langsung kepada orang-orang Indonesia karena negara itu lahan subur untuk proses rekrutmen. Ada sejumlah pria Indonesia yang sudah bergabung dengan ISIS, dan ISIS melihat potensi untuk mendapatkan lebih banyak pengikut lagi dari Indonesia,” kata Barton.
Bahrumsyah, Sosok Pria Yang Ajak Masyarakat Gabung ke ISIS
Dipost pada Selasa, 5 Agustus 2014 | 12:53 WIB, oleh inilah.com - Peneliti terorisme Ridlwan Habib, dalam keterangan presnya kepada Inilah.com, mengatakan jika sosok yang menggunakan nama Abu Muhammad Al Indonesi yang ada didalam salah satu video, bersama beberapa orang yang membawa senjata, menyampaikan ajakan agar masyarakat Indonesia bergabung dengan Daulah Islamiyah pimpinan Abu Bakr Al Baghdady, adalah Bahrumsyah, yang cukup familiar di kalangan aktivis Islam.
Namanya Bahrumsyah, pernah kuliah di UIN Ciputat tapi tidak lulus. Istrinya tiga, salah satunya janda dari tersangka teroris yang ditembak Densus 88,” kata peneliti terorisme Ridlwan Habib, Selasa (5/8/2014).
Sebelumnya, Polri juga mengatakan telah mengantongi identitas pria yang muncul dalam video ajakan untuk mendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kapolri Jenderal Sutarman mengatakan pria berinisial B itu merupakan salah satu DPO Polri dalam kasis terorisme.
“Seseorang dengan inisial B sudah teridentifikasi oleh kami. Dia memang masuk DPO (Daftar Pencarian Orang). Kami terus mengikuti pergerakannya dan akan melalukan upaya penegakan hukum terhadap siapapun yang melanggar hukum,” ujarnya. (sumber: bay, Bayu Hermawan, inilah.com)
Laporan Saksi Mata Yang Pernah Diculik ISIS
Penculikan terhadap beberapa anak wanita di Indonesia pernah dilakukan oleh anggota ISIS. Hal ini dikuatkan oleh kesaksian Rohani. Ia berdomisili di Bogor, pada kala itu di tahun 2008 lalu masih sebagai pelajar setingkat SMA.
Saat kesaksiannya yang juga diliput sebuah TV swasta, yaitu MetroTV pada 7 Agustus 2014, Rohani masih ingat betul raut muka sang penculik yang sangat mirip bahkan ia bilang yakin mukanya sama dengan muka Abu Muhammad al-Indonesi salah seorang pimpinan pasukan ISIS yang ada pada video dan mengajak muslim Indonesia untuk bergabung dengannya.
Ming Ming Sari Nuryanti
Ming Ming Sari Nuryanti (ipnu-ippnu-uin-maliki.blogspot)
Rohani mengatakan bahwa yang dikenalnya sebagai Abu Muhammad al-Indonesi itu bernama asli Bahrun atau Bachrum. Dikala itu Rohani tak diculik sendirian, namun ada tiga orang saudara perempuannya yang juga pelajar, diculik saat akan pulang sekolah.
Salah satunya adalah  Mingming Sari Nuryanti (19) dan dua lainnya tak ia sebutkan namanya untuk menghargai privasi keluarga. Namun hingga saat ini, Rabu (6/8/2014) Mingming Sari Nuryanti, warga Bogor itu belum kembali ke rumah.
Menurut pengakuan sang ayah, Saefudin, putrinya diduga diculik dan dibaiat oleh Bahrun alias Abu Muhamad Al Indonesi, orang yang berada di dalam video ajakan untuk bergabung ke Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), Rabu (6/8/2014).
Kejadian tersebut terjadi pada tahun 2008 lalu, Mingming diculik dan dibawa ke salah satu rumah di Ciputat, bersama tiga saudaranya. Sementara Rohani adik Mingming mengatakan saat itu kakaknya telah dibaiat setelah sebelumnya diberi doktrin jihad tentang iilmu jihad oleh Bahrun.
Keluarga Saefudin mengatakan bahwa dirinya siap memberikan keterangan kepada polisi untuk membantu menemukan rumah Bahrun yang ada di Ciputat. Hingga kini Mingming belum kembali ke rumah (sumber: Metro TV / metrotvnews.com)
Siapakah: Orang-Orang Disekeliling Bachrum, termasuk Rohani, Ming Ming Sari Nuryanti dan Bahrun (Bachrum)?
Kelihatan masih kabur tentang ketiga orang itu, yang justru membuat jutaan masyarakat dan intelijen Indonesia mencari tahu tentang siapa orang-orang tersebut? Bagaimana kehidupannya? Dan kemana mereka kini?.
Maka admin ICC mencoba untuk mengumpulkan data berupa berita sejak beberapa waktu lalu, yang mungkin masih “tercecer” di dunia maya nan luas ini.
Ming-Ming Bantah Rohani Kabur Karena Penyekapan
Dipost pada Senin, 02 Mei 2011 18:50 WIB oleh Antaranews.com – Tangerang, (ANTARABanten)Ming Ming Sari Nuryanti (21) kakak dari Rohani membantah peristiwa kabur adiknya karena penyekapan.
“Rohani meninggalkan rumah ini bukan karena telah disekap melainkan keinginannya sendiri untuk bertemu orang tuanya,” kata Ming-Ming Sari Nuryanti saat menggelar jumpa pers di rumah Bachrum di Perumahan Benda Baru Blok C32 No.7D RT 02/010 Kelurahan Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan, Senin.
Sebelumnya, Rohani (11) diberitakan telah kabur dari rumah di Pamulang pada hari Jum`at (29/4/2011) dengan cara menaiki atap rumah warga.
Kemudian, setelah berhasil kabur, Rohani diantarkan warga dan tiga petugas Polsek Pamulang ke rumahnya di Kampung Sukasirna RT 20/0, Nomor 24 Desa Taman Sari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ditambahkan Ming-ming, cara pergi dari rumah yang dilakukan Rohani memang tidak wajar. Karena, hal tersebut membuat fitnah dan pemberitaan buruk. Namun, dirinya menegaskan bila Rohani tidak pernah mendapat kekerasan atau ajaran seperti yang berkembang yakni Negara Islam Indonesia (NII).
Abu Muhammad al-Indonesi aka Bahrun Bachrum
Ming-Ming (menggenakan cadar) didampingi Bachrum (menggenakan kopia) saat memberikan keterangan bantahan kepada wartawan terkait kaburnya Rohani karena dugaan penyekapan dan ajaran NII. (sumber irfan / ©2011 antaranews.com)
“Rohani disini tinggal dan hidup seperti anak kecil pada umumnya. Bahkan, bila ingin pulang ke Bogor pun, akan diantarkan. Jadi, tidak ada perlakuan yang menyimpang,” katanya.
Dijelaskan Ming-ming, Rohani tinggal di rumah Bachrum sejak November 2010. Ketika itu, Ming-Ming bersama kedua adiknya, Lisa Sabnurputri (20) dan Melati Sabnurputri (18) kabur dari rumah dengan alasan tindak kekerasan yang dilakukan bapaknya, Syaifudin.
Ming-Ming kerap diperintah bekerja keras untuk mencari uang dengan cara memulung botol bekas dan menyetorkannya kepada bapaknya. Hingga akhirnya dirinya kabur bersama kedua adiknya.
Saat kabur, Ming-Ming menemukan Rohani dibawah jok mobil. Selang beberapa bulan hidup mandiri dan ikut berbagai kegiatan keagamaan, kemudian Ming-Ming bertemu dengan Bachrum.
Ketika itu, Bachrum dikenalnya sebagai ketua Lembaga Dakwah Kampus Universitas Pamulang. Sedangkan Ming-Ming adalah mahasiswa di kampus yang sama dengan jurusan Akuntansi.
“Karena marasa kasihan, kemudian Rohani diasuh oleh “Buya” (panggilan Bachrum, red) karena saya sudah menikah dan tinggal di Bandung. Tetapi selama diasuh, Rohani sering tidak betah dan keluar dari sekolahan,” katanya.
Hingga saat ini, Ming-Ming pun belum melakukan komunikasi dengan adiknya Rohani pasca kejadianya kabur dari rumah. “Beberapa kali saya telpon, namun telponnya tidak aktif. Padahal, HP itu dibelikan oleh buya,” katanya.
Sementara itu, Bachrum, menolak bila dirinya telah mendoktrin Rohani selama tinggal termasuk memberikan penjaran NII. Meski jamaah wanitanya menggunakan cadar, namun hal tersebut tidak bisa dikaitkan dengan jaringan NII.
“Saya tidak mengajarkan tentang kewajiban bersedekah. Ajaran ini murni Islam. Sedangkan menggunakan cadar, adalah bagian menutup aurat,” katanya. (sumber: Achmad Irfan /©2011 antaranews.com).
http://sheldy.citrainternet.com/wp-content/uploads/2013/12/unpam.jpg
Kampus Universitas Pamulang (citrainternet.com)
Kasus NII, Polisi Temui Kejanggalan di Rohani
Dipost pada Rabu, 4 Mei 2011, 15:40   – oleh: Viva.co.id –  Polisi sedang menyelidiki keterkaitan kasus penyekapan Rohani Nurfitri (12) dengan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Pemeriksaan dilakukan setelah ditemukan kejanggalan pada diri Rohani.
Selain memintai keterangan Rohani, penyidik dari Polres Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga memeriksa Kenny,  14 tahun, yang merupakan kakak Rohani, dan kedua orangtuanya Syaefudin, 48 tahun dan Pujianti, 45 tahun.
Kapolres Bogor, Ajun Komisaris Besar Polisi, Herry Santoso, mengatakan, pemeriksaan terhadap empat warga Kampung Sukasirna RT 1 RW 8, Desa Tamansari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor itu dilakukan atas dasar laporan orang hilang.
Diterangkan Herry, pada 1 Oktober 2008 lalu, tujuh anak Syaefudin dan Pujianti yang bernama, Mingming Sari Mulyati. (21), Lisa Sapnur (20), Melati Saputri (18), Kenny (14), Rohani Nurfitri (12), Ramdhan Salahuddin (12) dan Mia (9), pergi dari rumah.
Kemudian pada 5 Oktober 2008, hanya tiga dari ketujuhnya yang pulang ke rumah. Mereka adalah Kenny, Ramdhan Salahudin dan Mia. “Kami memeriksa sesuai dengan laporan orangtuanya, soal laporan orang hilang,” ujar Herry, saat ditemui di Mapolres Bogor, Rabu 4 Mei 2011.
Selain itu, polisi sedang melakukan koordinasi dengan Polda Metro Jaya terkait kasus yang menimpa warga Rumpin itu.  Pemeriksaan terhadap Saepudin dilakukan terkait keberadaan tiga anaknya yang belum diketahui.
Orangtua khawatir kalau anak mereka terkait dengan kelompok Negera Islam Indonesia (NNI). Dia berhadap polisi dapat membantu mencari anaknya yang belum pulang.
Saepudin menjelaskan, kekhawatirannya terhadap keterlibatan anaknya dengan NII berawal saat anak pertamanya Mingming Sari Mulyati, masuk kuliah di Perguruan Tinggi Pamulang Fakultas Ekonomi.
Sejak 2008, anaknya itu sudah ikut pengajian di kampusnya. Sejak itu Sari jarang pulang dan selalu menantang orangtua soal agama. Di pengajian itu dia dekat dengan Bachrumsyah, warga Pamulang. Dia bahkan mempengaruhi adikanya untuk ikut bersamanya.
Rohani Nurfitri, kabur dari rumah di Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan, karena sudah tidak betah. Rohani selalu diajarkan untuk membenci orangtuanya.
Dia kemudian kabur dari rumah di Jalan Pamulang Permai, No 79, Blok C-32, RT 2 RW 10, setelah naik ke atap rumah dan meminta tolong kepada warga setempat. Kejadian ini tentu membuat gempar warga, yang kemudian membawa korban ke Polsek Pamulang, Tangerang Selatan.
Pemilik rumah yang diketahui bernama Bachrumsyah mengatakan, Rohani sudah tinggal di rumah itu selama enam bulan. Itu karena keinginan sendiri, dan tidak ada unsur penyekapan. (sumber:  Eko Priliawito laporan: Ayatullah Humaeni | Bogor, viva.co.id)
Abu Muhammad Al Indonesi, mengajak dukung ISIS (youtube.com)
Abu Muhammad Al Indonesi, mengajak dukung ISIS (youtube.com)
Disekap, Rohani Mengaku Selalu Dibawa Pindah
Dipost pada Rabu, 4 Mei 2011, 16:51  – oleh: Viva.co.idSelama disekap, Rohani Nurfitri mengaku selalu dibawa pindah dari satu kota ke kota lainnya di Indonesia. Hal tersebut terungkap setelah Rohani pulang ke rumah dan menceritakan apa yang dialami kepada orangtuanya.
Menurut Ayah Rohani, Ujang Sefudin (51), anaknya sempat tinggal di Bandung dan Klaten, Jawa Tengah selama beberapa bulan. “Kemudian menetap di Pamulang Barat,” jelas Saefudin saat ditemui Mapolres Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu 4 Mei 2011. Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini kondisi putrinya tersebut masih  shok dan belum mau banyak cerita soal kejadian yang dialaminya.
Bahkan, kata dia, putri kelima dari tujuh bersaudara itu tidak ingat lokasi rumah di daerah Pamulang  yang dijadikan tempat penyekapan selama tiga tahun. “Ketika saya tanya alamat yang di Pamulang, anak saya tidak hafal. Tapi yang jelas di daerah Pamulang Barat,” katanya.
Saat ini Polisi sedang menyelidiki keterkaitan kasus penyekapan Rohani Nurfitri, dengan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Pemeriksaan dilakukan setelah ditemukan kejanggalan pada diri Rohani.
Selain memintai keterangan Rohani, penyidik dari Polres Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga memeriksa Kenny,  14 tahun, yang merupakan kakak Rohani, dan kedua orangtuanya Syaefudin, 48 tahun dan Pujianti, 45 tahun.
Kapolres Bogor, Ajun Komisaris Besar Polisi, Herry Santoso, mengatakan, pemeriksaan terhadap empat warga Kampung Sukasirna RT 1 RW 8, Desa Tamansari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor itu dilakukan atas dasar laporan orang hilang. (eh, Desy Afrianti, Laporan: Ayatullah Humaeni | Bogor, viva.co.id)
Bachrum: Saya Tidak Cuci Otak Rohani
Dipost pada Kamis, 5 Mei 2011, 06:32  – oleh: Viva.co.id – Bachrumsyah mengaku kecewa setelah niat untuk menolong orang yang sedang kesulitan ternyata berbuntut pahit. Saat ini, nama Bachrumsyah menjadi sorotan karena dia dituduh mengajarkan aliran sesat kepada anak 12 tahun yang tinggal di rumahnya.
“Saya trauma,” kata Bachrumsyah saat berbincang dengan VIVAnews.com di kediamannya di jalan Pamulang Permai II No 79, Blok C-32, RT 2/10, Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan.
Bachrumyah mengungkapkan, saat itu dirinya tidak pernah berpikir kalau orang yang ditolongnya justru membuat dirinya menjadi susah. Walaupun dituduh tidak wajar oleh orang sekelilingnya, namun Bachrumsyah mengaku tetap tenang menghadapi tudingan tersebut.
“Kami sekarang Alhamdulillah tenang, karena kami tidak berbuat salah. Saya ingin mencontohkan, ketika ada yang tertabrak mobil, dan orang yang menabraknya kabur. Sekarang ada orang yang menolongnya dan dijadikan tersangka, itulah posisi saya sekarang ini,” ungkapnya.
Bahrumsyah (VIVAnews - Ikhwan Yanuar)
Bahrumsyah (VIVAnews – Ikhwan Yanuar)
Kegiatan sehari-hari Bachrumsyah menjadi Imam Masjid dan mengisi kajian hingga kini masih tetap berlangsung. Tidak ada perubahan yang signifikan terhadap dia maupun keluarganya. Bahkan, dirinya tidak merasa dikucilkan, walaupun banyak orang yang tidak perduli terhadap keluarganya.
Untuk berkehidupan bertetangga, dirinya menjelaskan sikapnya tidak pernah tertutup. “Yang namanya hidup bertetangga pasti ada masalah yang suka dan tidak suka, dan kebetulan ditangkapnya yang buruk-buruk,” jelasnya.
Menurutnya, tudingan itu sudah membuat dirinya tertekan. Sebab tidak ada alasan yang nyata jika dirinya dianggap sebagai teroris, pembawa ajaran sesat bahkan perektrut Negara Islam Indonesia (NII). Bachrumsyah mengaku kecewa terhadap tudingan yang dilayangkan oleh ayah Rohani terhadap dirinya.
Ketika ada aliran sesat, lanjut Bachrum, ayah Rohani datang ke salah satu stasiun televisi dan mengatakan anaknya hilang lalu masuk aliran sesat.
“Saya sempat sedih ketika dibilang diajarkan merakit bom. Jangankan merakit bom, merakit petasan aja saya tidak bisa”. Sepanjang Rohani tinggal di rumahnya, kata Bachrum, ayah Rohani, Saefudin tidak pernah datang untuk mengambil anaknya dan mengajak Rohani untuk pulang.
“Jika saya dituduh menculik, menyekap dan mencuci otak, saya siap diperiksa oleh polisi. Sepanjang Rohani tinggal tidak pernah ada polisi yang berjaga-jaga di rumah saya,” tutupnya. (sumber: adi, Desy Afrianti, Siti Ruqoyah, viva.co.id)
Abu Muhammad Al Indonesi, alias Bahrumsyah (Bachrum/Bahrun) anggota ISIS (vivanews, youtube, antaranewa)
Abu Muhammad Al Indonesi, alias Bahrumsyah (Bachrum/Bahrun) anggota ISIS (vivanews, youtube, antaranewa)
Rohani Tak Pernah Diajarkan Islam Radikal
Dipost pada Kamis, 5 Mei 2011, 07:43 – oleh: Viva.co.idKasus dugaan penyekapan berbuntut cuci otak yang dituduhkan kepada Bachrumsyah dengan korban anak berusia 12 tahun bernama Rohani Nurfitri, dinilai terlalu berlebihan menurut kakak Rohani, Ming-ming Sari Nuryanti.
Ming-ming mengatakan bahwa Rohani tidak pernah disekap atau diberikan pendidikan Islam yang radikal. Karena alasan keluarga, Rohani kemudian dibawa Sari dan dititipkan kepada Bachrumsyah.
“Jika Rohani bicara seperti itu, itu fitnah dan tidak benar. Saya membawa dia (Rohani) ke rumah kak Bachrum karena dia sendiri yang mau ikut saya,” kata Ming-ming di Jalan Pamulang Permai II Nomor 79, Blok C-32, RT 2 RW 10, Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan, Rabu 4 Mei 2011.
Senada dengan Ming-ming, Bachrum dan keluarganya terkejut karena ada informasi Rohani melarikan diri melalui atap rumahnya. Selama tinggal bersama Bachrum, Rohani diberi kebebasan dan diperlakukan layaknya anak sendiri. Agar Rohani tidak merasa terintimidasi tinggal bersamanya.
“Tidak paham dan tidak mengerti kenapa Rohani kabur. Saya menilai itu kenakalan saja. Kenapa harus lewat genteng, kan tiap hari saya bebaskan, tetangga juga tahu,” jelas Bachrum. Dia menilai, Rohani sebagai anak yang baik.
Sebelumnya, selama disekap, Rohani mengaku selalu dibawa pindah dari satu kota ke kota lainnya di Indonesia. Hal tersebut terungkap setelah Rohani pulang ke rumah dan menceritakan apa yang dialami kepada orangtuanya.
Menurut Ayah Rohani, Ujang Saefudin (51), anaknya sempat tinggal di Bandung dan Klaten, Jawa Tengah selama beberapa bulan. “Kemudian menetap di Pamulang Barat,” jelas Saefudin saat ditemui Mapolres Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu 4 Mei 2011.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini kondisi putrinya tersebut masih syok dan belum mau banyak cerita soal kejadian yang dialaminya.
Saat ini, Polisi sedang menyelidiki keterkaitan kasus penyekapan Rohani Nurfitri, dengan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Pemeriksaan dilakukan setelah ditemukan kejanggalan pada diri Rohani.
Selain memintai keterangan Rohani, penyidik dari Polres Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga memeriksa Kenny,  14 tahun, yang merupakan kakak Rohani, dan kedua orangtuanya Syaefudin, 48 tahun dan Pujianti, 45 tahun. (sumber: adi, Eko Priliawito, Siti Ruqoyah, viva.co.id)
Ayah Rohani Paksa Enam Anaknya Memulung
Dipost pada Kamis, 5 Mei 2011, 12:44 – oleh: Viva.co.idKakak Rohani Nurfitri, Mingming Sari Mulyati, mengatakan, ayahnya, Ujang Saefudin, adalah tipikal orangtua yang suka mengeksploitasi anak. Menurut Mingming, hal itulah yang mendasari dia membawa keenam adiknya kabur dari rumah. Bahkan, kata Mingming, adik-adiknya pernah disuruh menjadi pemulung.
“Itu berawal dari Pak Ujang punya obsesi yang begitu besar. Ibaratnya jadi anak yang dibuang, anak yang tidak berharga, dan tidak bisa menghasilkan,” kata Mingming saat ditemui VIVAnews di kediaman Bachrumsyah, di jalan Pamulang Permai II No 79, Blok C-32, RT 2/10, Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan.
Keluarga Ming Ming Sari Nuryanti.
Keluarga Ming Ming Sari Nuryanti. (foto: kampungmayamacdhawanks@blogspot – via: Tabloid Realita)
Mingming menduga Ayahnya seperti itu karena ingin jadi orang kaya. “Dia ingin menunjukkan kepada keluarga besarnya, nih gua juga bisa punya mobil,” terangnya.
Saking kegilaannya pada harta, Ujang melarang anaknya untuk menikah. “Karena disuruh kerja terus. Harus kerja dulu sampai punya titel,” jelasnya. “Saya menikah diwakili oleh wali hakim,” tambahnya.
Tidak hanya itu, kata Mingming, Ayahnya juga suka mengatur. Dia menginginkan supaya anaknya mengikuti kemauan dia. Termasuk masalah penampilan. Ayah Mingming sangat keberatan dengan cadar yang dikenakannya.
“Saya pernah dibilang ninja, dibilang jagoan. Saya sudah biasa dibilang teroris, selagi tidak menghalangi saya berjalan, yah tidak masalah,” ujarnya. Mingming mengakui Rohani juga memakai cadar. “Itu keinginan dia sendiri, tidak pernah saya suruh,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait kaburnya Mingming yang dikaitkan dengan jaringan Negara Islam Indonesia (NII), dia membantahnya. “Kita liat saja, seperti apa NII, saya juga baru dengar istilah NII sekarang, tudahan NII sama sekali tidak benar,” akunya. (sumber: umi, Desy Afrianti, Siti Ruqoyah, viva.co.id)
Kisah Ming Ming Sari Nuryanti: Demi Bayar Kuliah, Gadis Berjilbab Ini Rela Jadi Pemulung
Dipost pada Sabtu, 27 Oktober 2012 oleh daone-kampungmayamacdhawanks @blogspot, sumber: Tabloid FENOMENAL Edisi 61 (21-27 Oktober 2012) 
Ming Ming Sari Nuryanti 01
Ming Ming Sari Nuryanti yang akrab dipanggil Muna. (foto: kampungmayamacdhawanks@blogspot)
Dulu saya berangkat ke kampus dari rumah di Rumpin, Bogor,” kata mahasiswi Universitas Pamulang Jurusan Akuntansi.
Dalam jarak tak kurang 10 km yang menghabiskan waktu hingga 3 jam itulah ia kerap sambil bekerja, memulung bekas gelas atau botol air mineral maupun kemasan bekas susu formula. Pekerjaan yang dilakoninya sejak tahun 2004, saat ia duduk di bangku kelas satu SMA Negeri 1 Rumpin, Bogor.
Dua bulan belakangan gadis yang bernama Ming Ming Sari Nuryanti yang akrab dipanggil Muna ini tinggal bersama teman-teman kampusnya di sekretariat UKM Muslim yang terletak di belakang kawasan kampus Umpam.
Orang tua, terutama ayahnya, Syaepuddin (45) akhirnya mengijinkan Muna tinggal bersama teman-teman karena efektivitas waktu.
Sampai saat ini, aktivitas memulung Muna memang masih berjalan meski tidak seaktif biasanya karena ia harus kuliah dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Semenjak tinggal di UKM Muslim beberapa temannya bahkan membantu dengan mengumpulkan gelas dan botol bekas air mineral selepas ada kegiatan kampus.
Sebelumnya, Muna telah menjalani aktivitas memulung sejak kelas satu SMA, tahun 2004. Ayahnya bekerja di tempat bowling di kawasan Ancol sebagai pemungut bola dan membawa perlengkapan pengunjung.
Lepas SMP, Muna sadar bahwa keluarganya sedang dalam taraf “paceklik”, pengunjung bowling sepi hingga penghasilan sang Ayah menipis. Saat itulah, salah seorang teman ayahnya mengatakan bahwa gelas dan botol air mineral bekas dapat menghasilkan uang. Maka mulailah Muna sekeluarga memulung untuk kemudian dijual ke pengepul.
Ming Ming Sari Nuryanti 02
Ming Ming Sari Nuryanti yang akrab dipanggil Muna  (foto: kampungmayamacdhawanks@blogspot)
“Awalnya minder pas pertama kali mau terjun buat mulung, shock gitu lah. Seiring dengan perjalanan waktu akhirnya ada kesadaran bahwa Islam tidak mengajarkan kita untuk minder dan menangisi nasib, kita harus sabar dan tawadhu, dijalani dengan senang hati semangat semuanya dilakukan dengan niat karena Allah,” kata gadis yang sudah aktif di Rohis sejak SMA ini.
Bukan hal yang mudah bagi anak SMA untuk menjalani profesi sebagai pemulung. Di saat ABG lain sedang berlomba menampilkan sisi lain menarik dari diri mereka.
“Pernah ketemu teman satu sekolah pas lagi mulung. Tadinya saya mau menyapa duluan tapi dia langsung kabur, mungkin shock melihat temannya dalam kondisi ini. Mungkin dia belum pernah ketemu sama temannya yang dalam keadaan memulung,” kata Muna yang selalu berusaha untuk berbaik sangka pada orang lain.
Lambat laun, guru-guru di sekolah pun tahu kondisi Muna karena ia sering telat bayar uang sekolah. “Sering dapat kebijakan dari sekolah karena saya bilang kalau saya dapat uang itu ya terbatas, paling 3 bulan sekali karena dapat uang itu dari memulung,” ungkap sulung dari tujuh bersaudara.
Meski dalam keterbatasan, bukan alasan bagi Muna dan juga keluarganya untuk mengorbankan pendidikan. Terbukti, ia dan adik-adiknya tak ada yang tidak bersekolah. Adik-adiknya, Lisa Sab Nuryanti saat ini sedang menunggu pengumuman hasil tes masuk masuk di UIN.
Melati Sab Putri saat ini duduk di kelas 2 SMAN 1 Rumpin, Kenny Puja Nurwati kelas 1 SMP Informatika, Rohani Nurfitri kelas 6 SDN Kertajaya VI, Romadhon Syawaluddin kelas 5 SDN kertajaya VI, dan Mia Syaprianti kelas 2 SDN.
Diliput Media
Bukan hal yang mudah pula bagi Muna menyicip bangku kuliah. Lulus SMA, sambil menunggu waktu masuk perguruan tinggi, ia sempat bekerja di Temprint di kawasan Palmerah selama dua bulan. Saat memilih universitas, diantara sekian banyak pilihan, ia memilh Umpam (Universitas Pamulang) dengan pertimbangan biaya sebasar Rp. 900.000 dan dapat dicicil perbulan Rp. 150.000.
Padahal jarak yang harus ia tempuh bukan jarak yang dekat. Sebelum tinggal di UKM Muslim, ia malah terbiasa berjalan kaki atau menumpang truk untuk pulang dari Pamulang ke Bogor.
“Dulu makan juga cuma sekali, di rumah aja, tapi porsinya jadi dobel,” kenangnya, tertawa. Saat ini, ia boleh sedikit berlega hati karena bisa memasak dan tinggal dekat dengan kampus. “Tiap minggu saya pulang ke Rumpin” katanya.
Ming Ming Sari Nuryanti 03
Ming Ming Sari Nuryanti yang akrab dipanggil Muna, sulung dari tujuh bersaudara. Adik-adiknya Melati Sab Putri kelas 2 SMAN 1 Rumpin, Kenny Puja Nurwati kelas 1 SMP Informatika, Rohani Nurfitri kelas 6 SDN Kertajaya VI, Romadhon Syawaluddin kelas 5 SDN kertajaya VI, dan Mia Syaprianti kelas 2 SDN. (foto: kampungmayamacdhawanks@blogspot – via: Tabloid Realita)
Di sela-sela kesibukannya kuliah, Muna masih sempat mengumpulkan gelas dan botol aqua bekas hingga kini. “Alhamdulillah saya nggak merasa bosan dengan pekerjaan ini,” kata gadis kelahiran 28 April 1990 ini.
Meski begitu, ia tak menampik jika lahan sekarang semakin sempit akibat jumlah pemulung yang bertambah dan ruang geraknya yang berkurang. Saat ini untuk mengumpulkan satu karung botol dan gelas air mineral bekas ia memerlukan waktu berhari-hari, padahal perkilogram botol mineral bekas hanya seharga Rp. 5000 dan gelas air mineral Rp. 10.000.
Tidak sedikit yang mencibir atas profesi yang dilakoni gadis yang mengidolakan Rasulullah ini. Bahkan komentar bernada negative kerap didapatnya dari tetangga di Rumpin, tak jarang ia menjumpai raut muka tak bersahabat dari orang-orang yang dikenalnya.
Meski begitu, Muna mengaku tak pernah drop semangat dengan semuanya itu. “Alhamdulillah nggak sempet drop semangat karena pendapat-pendapat yang nggak enak. Karena kan kalau yang namanya komentar negative begitu lebih baik tidak dipedulikan. Kan yang memberi rezki itu Allah, bukan mereka,” tukas Muna ringan.
Ming Ming Sari Nuryanti 06
Ming Ming Sari Nuryanti yang akrab dipanggil Muna, sambil berkerung sedang memulung.
Keprihatinan yang dialami keluarga Muna baru diketahui ketika kawan-kawannya berkunjung ke rumahnya. Semenjak itu, ia semakin mendapat perhatian dari pengurus UKM Muslim dan kawan-kawannya dengan memberinya bantuan yang memang jumlahnya belum cukup signifikan.
Ust. Harist, salah seorang Pembina Muslim merekomendasikan Muna untuk mendapat bantuan beasiswa melalui DPU DT. Alhamdulillah, setelah mengikuti seleksi akhirnya Muna lolos menjadi anggota program Bea Mahakarya DPU DT.
Dalam program Bea Mahakarya ini selain mendapat bantuan finansial ia juga memperoleh serangkaian pendidikan dan pelatihan yang dapat menjadi bekal bagi dirinya kedepan. Muna terlihat semakin optimis mengejar cita-citanya.
Selain itu pula, atas usaha dan dukungan kawan-kawannya ia dapat diliput di beberapa media cetak dan elektronik yang mudah-mudahan dapat dijadikan pintu keluar bagi keprihatinan yang ia alami sekeluarga selama ini.
Cita-citanya adalah menjadi seorang pendakwah yang sekaligus akuntan, ini sesuai dengan hobinya yang senang menasehati dalam beberapa kebenaran (watawassaubilhaq).
Apa targetnya dalam waktu dekat? “Menikah sebelum S1,” tutupnya mantap. Semoga bermanfaat dan mebuat kita berfikir lebih sebagai inspirasi kita. (Sumber : kampungmayamacdhawanks@blogspot dari: Tabloid FENOMENAL Edisi 61 (21-27 Oktober 2012).
Ming Ming Sari Nuryanti yang akrab dipanggil Muna, sedang diwawancara, (foto: kampungmayamacdhawanks@blogspot - via: Tabloid Realita)
Ming Ming Sari Nuryanti yang akrab dipanggil Muna, sedang diwawancara, (foto: VIVAnews/Ikhwan Yanuar)
Gabung ke ISIS, Bahrumsyah Tak Selesaikan Kuliah di UIN Syarif Hidayatullah
Dipost pada Rabu, 6 Agustus 2014 | 12:27 WIB – oleh Kompas.comJAKARTA, KOMPAS.com — Laki-laki bersorban dan berbaju serba hitam yang mengajak masyarakat Indonesia bergabung dengan ISIS dalam video di YouTube sempat kuliah di UIN Syarief Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan.
Peneliti terorisme, Ridlwan Habib, mengungkapkan bahwa laki-laki tersebut diduga kuat adalah Bahrumsyah. Menurut Ridlwan, Bahrumsyah pernah menempuh kuliah di UIN Ciputat tahun 2004. Namun, ia tidak menyelesaikan kuliahnya lantaran lebih tertarik bergabung dengan kelompok-kelompok militan Muslim.
Awalnya Bahrumsyah bergabung dengan kelompok Abu Jibril di Ciputat. Lantaran tak sepaham, Bahrumsyah keluar.
“Terakhir, Bahrumsyah berguru ke Ustaz Amman Abdurahman yang terlibat bom Cimanggis 2004 dan Jantho. Amman kini berada di Lapas Nusakambangan,” lanjut Ridlwan, dalam perbincangan dengan Tribunnews.com, Selasa (5/8/2014) malam.
Begitu Ustaz Amman dipenjara, lanjut Ridlwan, Bahrumsyah bergabung dengan Muh Fachri. Bahrumsyah dan Muh Fachri kemudian bergabung dalam kelompok Forum Aktivis Syariat Islam (Faksi). Menurut Ridlwan, Faksi inilah yang kemudian menjadi buffer untuk perkembangan ISIS di Indonesia.
“Pada Februari 2014 lalu, Faksi mendeklarasikan diri secara terbuka mendukung ISIS dalam aksi terbuka di Bundaran HI Jakarta,” lanjut Ridlwan.
Setelah itu, Faksi melakukan deklarasi mendukung ISIS di berbagai daerah Indonesia, antara lain di kampus UIN Ciputat, Bekasi, Bima, Lombok, dan Poso. “Terakhir di Malang, tetapi tidak jadi,” ujar Ridlwan.
Berdasarkan informasi yang didapat Ridlwan, Bahrumsyah sampai pertengahan Maret 2014 lalu masih berada di Indonesia. Kabarnya, Bahrumsyah baru berangkat ke Suriah sekitar akhir Maret 2014.
Meski menjadi murid Ustaz Amman, Bahrumsyah belum pernah terlibat aksi terorisme. Oleh karena itu, Bahrumsyah bisa bebas mengurus paspor dan visa untuk terbang ke Suriah. (sumber: Kompas)
Heboh ajakan jihad budak seks berhadiah surga di kampus UIN
Pengakuan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN, Sudarnoto Abdul Hakim itu mengejutkan. Dia mengaku ISIS membuka lowongan budak seks pemuas birahi bagi para jihadis ISIS agar bersemangat memerangi kafir.
“Dalam pamflet ini disebutkan agar ‘ukhti’ yang mau melamar pemuas seks kelompok jihadis bisa menghubungi sekretariat ISIS Indonesia di Masjid Fathullah UIN Jakarta,” bebernya. Hal ini menimbulkan polemik. Sejumlah pihak meyakini jihad seks itu tidak ada. Bukan ISIS yang menyebarkan pamflet ini.
Pamflet ISIS. (©2014 Merdeka.com/Wahid Chandra Daulay)
Pamflet ISIS. (©2014 Merdeka.com/Wahid Chandra Daulay)
Istilah jihad seks ini pertama kali disampaikan Menteri Dalam Negeri Tunisia Lotfi Bin Jeddo. Dia mengatakan perempuan Tunisia yang pergi ke Suriah untuk berjihad seks. Banyak di antara mereka yang hamil.
Menurut Jeddo, gadis-gadis Tunisia itu kerap berhubungan seks dengan 20, 30, hingga seratus pemberontak Suriah. Kemudian muncul beberapa wanita di video yang mengaku dipaksa melayani para pria di kubu pemberontak Suriah dan melakukan jihad seks. Belakangan ada yang mengklaim video itu rekayasa belaka.
Pemerintah Asaad sengaja melemparkan isu jihad seks itu. Kini istilah jihad seks muncul di Indonesia. Berikut kehebohan dan polemik soal hal ini.
1. Kapolri minta tolak ajakan jihad seks
Kapolri Jenderal Sutarman akan mengecek keberadaan pamflet jihad seks yang disebut beredar di UIN.
“Kita belum menemukan itu ajakan-ajakan itu harus kita evaluasi dan harus dilakukan upaya untuk mencegah bukan hanya polisi juga, tapi juga masyarakat,” jelas Kapolri Jenderal Sutarman di Rupatama Polri, Jakarta, Jumat (8/8/2014).
Kapolri pun mengingatkan agar masyarakat tidak terpengaruh pamflet tersebut jika tidak ingin menjadi korban. “Mengingatkan masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh ajakan mereka untuk melakukan jihad hingga akhirnya seperti di Suriah 4 menjadi korban,” sambung dia.
2. Tak ada jihad seks, bahkan di Suriah
Peneliti terorisme Universitas Indonesia Ridlwan Habib, yakin selebaran jihad seks itu merupakan propaganda yang menyesatkan. “Tidak ada jihad seks di Suriah. Apalagi mobilisasi wanita muslimah seperti publikasi itu,” kata Ridlwan.
Menurut alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen UI itu tidak ada satu pun ajaran ‘jihad seks’ dalam Islam. “Kalaupun ada selebaran itu, justru bisa menjadi bukti untuk melaporkan ke aparat hukum,karena merupakan hasutan jahat,”katanya.
Pihak UIN bisa melacak siapa yang membuat selebaran itu. Misalnya nomor telepon atau nama contact person di selebaran itu. “Saya tidak yakin kelompok pro ISIS atau pro Daulah Islamiyah itu yang membuat. Mungkin fihak lain untuk tujuan fitnah,” katanya.
3. Jihad tak pantas disejajarkan seks
Ketua MPR Sidarto Danusubroto menegaskan pamfletjihad seks itu menyesatkan dan isinya menyalahgunakan ajaran agama Islam. “Itu kan menyalahgunakan ajaran agama kan itu. Itu jelas penyesatan itu. Jihad tidak untuk itu,” kata Sidarto di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (8/8/2014).
Sidarto menyesalkan jika civitas academica kampus ada yang terpengaruh atas iklan menyesatkan tersebut. Mantan ajudan Bung Karno ini meminta rektor, dosen dan cendikiawan kampus untuk melakukan pencerahan kepada mahasiswanya.
“Lho kampus itu kan kaum cendekiawan kan, kalau dia mau disesatkan begitu itu saya sesalkan sekali. Saya harapkan supaya rektor, para dosen, para cendekiawan di kampus itu melakukan suatu pencerahan kepada mahasiswanya, bahwa jihad itu sangat tidak elok disejajarkan dengan masalah itu (seks). Jihad agama itu jihad yang suci kan, tidak untuk itu kan,” tegas Sidarto.
4. Jihad seks itu zina
Wakil Ketua MPR RI Achmad Dimyati Natakuma menambahkan, penyebar pamflet jihad seks tersebut sudah melakukan tindak pidana. Tak ada jihad seks, jika benar ada itu zinah.
“Itu disimpangkan. Itu zina nggak boleh, itu dilarang oleh agama. Siapa yang melakukan itu? Itu dilarang oleh agama. Yang nempelkan pamflet saja udah nggak bener. Itu dicari oleh polisi. Itu yang menempelkan itu pidana. Tidak boleh,” imbuh Dimyati.
Oleh sebab itu, Dimyati mendesak aparat kepolisian untuk segera bertindak dan menangkap penyebar pamflet tersebut. “Bukan hanya dari rektor. Itu pidana. Itu Undang-undang melarang. Polisi segera menindak. Itu ajaran sesat,” tutur Dimyati.
5. Bukan ISIS yang menyebar
Wakil Ketua MPR Hajriyanto Thohari yakin pamflet ini tak disebarkan oleh ISIS Indonesia.
“Ini kan ekses-ekses pilpres (pada kala itu), banyak pamflet yang tidak otentik. Pamflet, slogan-slogan, baliho yang tidak otentik dalam artian sebetulnya dibuat bukan oleh kelompok dari partai pendukung tapi bisa dibuat counter oleh pihak lain,” kata Hajriyanto di Jakarta, Jumat (8/8/2014).
Dia meminta masalah jihad seks ini diselidiki. Menurutnya tak mungkin hal ini bisa terjadi di Indonesia. Pihak UIN yang pertama kali melempar isu ini harus mengusut, siapa yang menyebar kabar tidak sedap ini.
“Saya melihat kok jauh banget. Bukan hanya dari kebiasaan orang indonesia yang berbicara tentang seks sedemikian terbuka,” katanya.
http://cdn2.vox-cdn.com/assets/4329631/arab-spring.gif
The 2011 Arab Spring – looking back at early and mid-2011, how dramatically and quickly the Arab Spring uprisings challenged and in many cases toppled the brittle old dictatorships of the Middle East. What’s depressing is how little the movements have advanced beyond those first months. Syria’s civil war is still going. Egypt’s fling with democracy appeared to end with a military coup in mid-2013. Yemen is still mired in slow-boil violence and political instability. The war in Libya toppled Moammar Qaddafi, with US and European support, but left the country without basic security or a functioning government. Only Tunisia seems to have come out even tenuously in the direction of democracy.
Sedangkan menurut Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN, Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan ada upaya jahat yang disebarkan oleh kelompok Islamic State of Iraq dan Syria (ISIS) di Indonesia di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
“Upaya itu terang-terangan dilakukan oleh ISIS di lingkungan UIN antara lain dengan disebarkannya lowongan budak seks pemuas birahi bagi para jihadis ISIS agar bersemangat memerangi kafir,” ujarnya.
Dia juga membeberkan ada sebuah pamflet yang disebar agar ‘ukhti’ yang melamar pemuas seks kelompok jihadis bisa menghubungi sekretariat ISIS Indonesia di Masjid Fathullah UIN Jakarta.
“Dalam pamflet ini disebutkan agar ‘ukhti’ yang mau melamar pemuas seks kelompok jihadis bisa menghubungi sekretariat ISIS Indonesia di Masjid Fathullah UIN Jakarta,” bebernya. Namun menurut peneliti terorisme Universitas Indonesia Ridlwan Habib, selebaran itu merupakan propaganda yang menyesatkan.
“Tidak ada jihad seks di Suriah. Apalagi mobilisasi wanita muslimah seperti publikasi itu,” kata Ridlwan. Menurut alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen UI itu tidak ada satu pun ajaran ‘jihad seks’ dalam Islam. “Kalaupun ada selebaran itu, justru bisa menjadi bukti untuk melaporkan ke aparat hukum,karena merupakan hasutan jahat,”katanya.
Pihak UIN bisa melacak siapa yang membuat selebaran itu. Misalnya nomer telepon atau nama contact person di selebaran itu. “Saya tidak yakin kelompok pro ISIS atau pro Daulah Islamiyah itu yang membuat. Mungkin fihak lain untuk tujuan fitnah,” katanya. (sumber: merdeka)
Abu Muhammad Al Indonesi ISIS compared pics confirm identified
Al-Qur'an Surah Al-Mu'minuun 23  52, 53 & 54

0 komentar:

Posting Komentar