02.05
  
  
140 AJARAN DAN PEMIKIRAN SYEKH SITI JENAR
001. …. tidak usah kebanyakan teori semu, karena sesungguhnya ingsun
 (saya) inilah Allah. Nyata ingsun yang sejati, bergelar Prabu Satmata, 
yang tidak ada lain kesejatiannya yang disebut sebangsa Allah.
002.
 Jika ada seseorang manusia yang percaya kepada kesatuan lain selain 
Allah SWT, maka ia akan kecewa karena ia tidak akan memperoleh apa yang 
ia inginkan.
003.
 Allah itu adalah keadaanku, lalu mengapa kawan-kawanku sama memakai 
penghalang? Dan sesungguhnya aku ini adalah haq Allah pun tiada wujud 
dua; saya sekarang adalah Allah, nanti Allah, dzahir bathin tetap Allah,
 kenapa kawan-kawan masih memakai pelindung?.
004.
 Sebenarnya keberadaan dzat yang nyata itu hanya berada pada mantapnya 
tekad kita, tandanya tidak ada apa-apa, tetapi harus menjadi segala niat
 kita yang sungguh-sungguh.
005.
 Tidak usah banyak bertingkah, saya ini adalah Tuhan. Ya, betul betul 
saya ini adalah Tuhan yang sebenarnya, bergelar Prabu Satmata, 
ketahuilah bahwa tidak ada tuhan yang lain selain saya.
006.
 Saya ini mengajarkan ilmu untuk betul-betul dapat merasakan adanya 
kemanunggalan. Sedangkan bangkai itu selamanya tidak ada. Adapun yang 
dibicarakan sekarang adalah ilmu yang sejati yang dapat membuka tabir 
kehidupan. Dan lagi semuanya sama. Tidak ada tanda secara samar-samar, 
bahwa benar-benar tidak ada perbedaan yang bagaimanapun, saya akan tetap
 mempertahankan tegaknya ilmu tersebut.
007.
 Bahwa sesungguhnya, lafadz Allah yaitu kesaksian akan Allah, yang tanpa
 rupa dan tiada tampak akan membingungkan orang, karena diragukan 
kebenarannya. Dia tidak mengetahui akan diri pribadinya yang sejati, 
sehingga ia menjadi bingung. Sesungguhnya nama Allah itu untuk menyebut 
wakil-Nya, diucapkan untuk menyatakan yang dipuja dan menyatakan suatu 
janji. Nama itu ditumbuhkan menjadi kalimat yang diucapkan Muhammad Rasulullah.
008.
 ….. padahal sifat kafir berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur 
lebur bercampur tanah. Lain jika kita sejiwa dengan Dzat Yang Maha 
Luhur. Ia gagah berani, Maha Sakti dalam syarak, menjelajahi alam 
semesta. Dia itu pangeran saya, yang mengusai dan memerintah saya, yang 
bersifat wahdaniyah,
 artinya menyatukan diri denga ciptaan-Nya. Ia dapat abadi mengembara 
melebihi peluru atau anak sumpit, bukan budi bukan nyawa, bukan hidup 
tanpa asal dari manapun, bukan pula kehendak tanpa tujuan. Dia itu yang 
bersatu padu dengan wujud saya. Tiada susah payah, kodrat dan 
kehendak-Nya, tiada kenal rintangan, sehingga pikiran keras dari 
keinginan luluh tiada berdaya. Maka timbullah dari jiwa raga saya 
kearif-bijaksanaan saya menjumpai ia sudah ada di sana.
009.
 Syehk Lemah Bang namaku, Rasulullah ya aku sendiri, Muhammad ya aku 
sendiri,Asma Allah itu sesungguhya dirilu, ya akulah yang menjadi Allah 
ta’ala.
010.
 Jika Anda menanyakan di mana rumah Tuhan, maka jawabnya tidaklah sukar.
 Allah berada pada Dzat yang tempatnya tidak jauh, yaitu berada dalam 
tubuh manusia. Tapi hanya orang yang terpilih saja yang bisa melihatnya,
 yaitu orang-orang suni.
011. Rahasia kesadaran kesejatian kehidupan, ya ingsun ini
 kesejahteraan kehidupan, engkau sejatinya Allah, ya ingsun sejatinya 
Allah; yakni wujud yang berbentuk itu sejati itu sejatinya Allah, sir 
(rahasia) itu Rasulullah, lisan (pengucap) itu Allah, jasad Allah badan 
putih tanpa darah, sir Allah, rasa Allah, rahasia rasa kesejatian Allah,
 ya ingsun (aku) ini sejatinya Allah. 
012.
 Adanya kehidupan itu karena pribadi, demikian pula keinginan hidup 
itupun ditetapkan oleh diri sendiri, tidak mengenal roh, yang 
melestarikan kehidupan, tiada turut merasakan sakit ataupun lelah. Suka 
dukapun musnah karena tidak diinginkan oleh hidup. Dengan demikian 
hidupnya kehidupan itu berdiri sendiri.
013.
 Dzat wajibul maulana adalah yang menjadi pemimpin budi yang menuju ke 
semua kebaikan. Citra manusia hanya ada dalam keinginan yang tunggal. 
Satu keinginan saja belum tentu dapat dilaksanankan dengan tepat, 
apalagi dua. Nah cobala untuk memisahkan Dzat wajibul maulana dengan 
budi, agar supaya manusia dapat menerima keinginan yang lain.
014.
 Hyang Widi, kalau dikatakan dalam bahasa di dunia ini adalah baka 
bersifat abadi, tanpa antara tiada erat dengan sakit apapun rasa tidak 
enak, ia berada baik disana, maupun di sini, bukan ini bukan itu. Oleh 
tingkah yang banyak dilakukan dan yang tidak wajar, menuruti raga, 
adalah sesuatu yang baru. 
015.
 Gagasan adanya badan halus itu mematikan kehendak manusia. Di manakah 
adanya Hyang Sukma, kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilah cakrawala 
dunia, membubunglah ke langit yang tinggi, selamilah dalam bumi sampai 
lapisan ke tujuh, tiada ditemukan wujud yang mulia.
016.
 Kemana saja sunyi senyap adanya; ke Utara, Selatan, Barat, Timur dang 
Tengah, yang ada di sana hanya adanya di sini. Yang ada di sini bukan 
wujud saya. Yang ada dalam diriku adalah hampa dan sunyi. Isi dalam 
daging tubuh adalah isi perut yang kotor. Maka bukan jantung bukan otak 
yang pisah dari tubuh, laju peasat bagaikan anak panah lepas dari busur,
 menjelajah Mekkah dan Madinah.
017.
 Saya ini bukan budi, bukan angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar, 
bukan niat, buka udara, bukan angin, bukan panas, dan bukan kekosongan 
atau kehapaan. Wujud saya ini jasad, yang akhirnya menjadi jenazah, 
busuk bercampur tanah dan debu. Napas saya  mengelilingi dunia, tanah, 
api, air, dan udara kembali ke tempat asalnya, sebab semuanya barang 
baru bukan asli.
018.
 Maka saya ini Dzat sejiwa yang menyatu, menyukma dalam Hyang Widi. 
Pangeran saya bersifat Jalil dan Jamal, artinya Maha Mulia dan Maha 
Idah. Ia tidak mau sholat atas kehendak sendiri, tidak pula mau 
memerintah untuk shalat kepada siapapun. Adapun shalat itu budi yang 
menyuruh, budi yang laknat dan mencelakakan, tidak dapat dipercaya dan 
dituruti, karena perintahnya berubah-ubah. Perkataannya tidak dapat 
dipegang, tidak jujur, jika dituruti tidak jadi dan selalu mengajak 
mencuri.
019.
 Syukur kalau saya sampai tiba di dalam kehidupan yang sejati. Dalam 
alam kematian ini saya kaya akan dosa. Siang malam saya berdekatan 
dengan api neraka. Sakit dan sehat saya temukan di dunia ini. Lain 
halnya apabila saya sudah lepas dari alam kematian. Saya akan hidup 
sempurna, langgeng tiada ini dan itu.
020.
 Menduakan kerja bukan watak saya. Siapa yang mau mati dalam alam 
kematian orang kaya akan dosa. Balik jika saya hidup yang tak kekak 
ajal, akan langeng hidup saya, tida perlu ini dan itu. Akan tetapi saya 
disuruh untuk memilih hidup ayau mati saya tidak sudi. Sekalipun saya 
hidup, biar saya sendiri yang menetukan.
021.
 …….Betapa banyak nikmat hidup manfaatnya mati. Kenikmatan ini dijumpai 
dalam mati, mati yang sempurna teramat indah, manusia sejati adalah yang
 sudah meraih ilmu. Tiada dia mati, hidup selamanya, menyebutnya mati 
berarti syirik, lantaran tak tersentuh lahat, hanya beralih tempatlah 
dia memboyong kratonnya.
022.
 Aku angkat saksi dihadapan Dzat-KU sendiri, susungguhnya tidak ada 
Tuhan selain Aku. Dan Aku angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu 
utusan-KU, susungguhny yang disebut Allah adalah ingsun (aku) 
diri sendiri. Rasul itu rasul-KU, Muhammad itu cahaya-KU, aku Dzat yang 
hidup yang tak kena mati, Akulah Dzat yang kekal yang tidak pernah 
berubah dalam segala keadaan. Akulah Dzat yang bijaksana tidak ada yang 
samar sesuatupun, Akulah Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Kuasa dan Yang 
Bijaksana, tidak kekurangan dalam pegertian, sempurna terang benderang, 
tidak terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanyalah aku yang 
meliputi sekalian alam dengan kodrat-KU.
023. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah keberadaan Allah. Disebut Imannya Iman.
024. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah tempat manunggalnya Allah. Disebut Imannya Tauhid.
025. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah sifatnya Allah. Disebut Imannya Syahadat.
026. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kewaspadaan Allah. Disebut Imannya Ma’rifat.
027. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah menghadap Allah. Disebut Imannya Shalat.
028. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kehidupannya Allah. Disebut Imannya Kehidupan.
029. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kepunyaan dan keagungan Allah. Disebut Imannya Takbir.
030. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah pertemuan Allah. Disebut Imannya Saderah.
031. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kesucian Allah. Disebut Imannya Kematian.
032. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah wadahnya Allah. Disebut Imannya Junud.
033. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah bertambahnya nikmat dan anugrah Allah. Disebut Imannya Jinabat.
034. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah asma Nama Allah. Disebut Imannya Wudlu.
035. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah ucapan Allah. Disebut Imannya Kalam.
036. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah juru bicara Allah. Disebut Imannya Akal.
037. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah wujud Allah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagad makrokosmos,
 dunia akhirat, surga neraka,arsy kursi, loh kalam, bumi langit, 
manusia, jin, iblis laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa 
semua, itu berkumpul di pucuknya jantung, yang disebut alam khayal (ala al-khayal). Disebut Imannya Nur Cahaya. 
038.
 Yang disebut kodrat itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yang 
menyamai. Kekuasannya tanpa piranti, keadaan wujudnya tidak ada baik 
luar maupun dalam merupakan kesatuan, yang beraneka ragam.
039.
 Iradat artinya kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untuk mengetahui 
keadaan, yang lepas jah dari panca indra bagaikan anak gumpitan lepas 
tertiup.
040. Inilah maksudnya syahadat: Asyhadu berarti jatuhnya rasa, Ilaha berarti kesetian rasa, Ilallah berarti bertemunya rasa, Muhammad berartihasil karya yang maujud dan Pangeran berarti kesejatian hidup.
041.
 Mengertilah bahwa sesungguhnya inisyahadat sakarat, jika tidak tahu 
maka sakaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya 
sperti hewan.
042. Syahadat allah,
 allah badan lebur menjadi nyawa, nyawa lebur menjadi cahaya, cahaya 
lebur menjadi roh, roh lebur menjadi rasa, rasa lebur sirna kembali 
kepada yang sejati, tinggalah hanya Allah semata yang abadi dan 
terkematian. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
043. Syahadat Ananing Ingsun,
 Asyhadu keberadaan-KU, La Ilaha bentuk wajahku, Ilallah Tuhanku, 
sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, yaitu badan dan nyawa 
seluruhnya.  (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
044. Syahadat Panetep Panatagana
 yaitu, yang menjdai bertempatnya Allah, menghadap kepada Allah, 
bayanganku adalah roh Muhammad, yaitu sejatinya manusia, yaitu wujudnya 
yang sempurna. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
045.
 Kenikmatan mati tak dapat dihitung ….tersasar, tersesat, lagi 
terjerumus, menjadikan kecemasan, menyusahkan dalam patihnya, justru 
bagi ilmu orang remeh…..
046.
 Segala sesuatu yang wujud, yang tersebar di dunia ini, bertentangan 
denga sifat seluruh yang diciptakan, sebab isi bumi itu angkasa yang 
hampa.
047.
 Shalat limakali sehari adalah pujian dan dzikir yang merupakan 
kebijaksanaan dalam hati menurut kehendak pribadi. Benar atau salah 
pribadi sendiri yang akan menerima, dengan segala keberanian yang 
dimiliki.
048.
 Pada permulaan saya shalat, budi saya mencuri, pada waktu saya dzikir, 
budi saya melepaskan hati, menaruh hati kepada seseorang, kadang-kadang 
menginginkan keduniaan yang banyak, lain dengan Dzat Maha yang bersama 
diriku, Nah, saya inilah Yang Maha Suci, Dzat Maulana yang nyata, yang 
tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibayangkan.
049.
 Syahadat, shalat, dan puasa itu adalah amalan yang tidak diinginkan, 
oleh karena itu tidak perlu dilakukan. Adapun zakat dan naik haji ke 
Makkah, keduanya adalah omong kosong. Itu semua adalah palsu dan 
penipuan terhadap sesama manusia. Menurut para auliya’ bila manuasia 
melakukannya maka dia akan dapat pahala itu adalah omong kosong, dan 
keduanya adalah orang yang tidak tahu. 
050.
 Tiada pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid 
mengenakan jubah, pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, 
kepala, berbelang. Sesungguhnya hal itu tidak masuk akal. Di dunia ini 
semua manusia adalah sama. Mereaka semua mengalami suka duka, menderita 
sakit dan duka nestapa, tiada bedanya satu dengan yang lain. Oleh karena
 itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal, saja, yaitu Gusti Dzat
 Maulana. 
051.
 ….Gusti Dzat Maulana. Dialah yang luhur dan sangat sakti, yang berkuasa
 Maha Besar, lagi pula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas segala 
kehendak-Nya. Dialah Maha Kuasa pangkal mula segala ilmu, Maha Mulia, 
Maha Indah, Maha Sempurna, Maha Kuasa, Rupa warna-nya tanpa cacat, 
seperti hamba-Nya. Di dalam raga manusia ia tiada tanpak. Ia sangat 
sakti menguasai segala yang terjadi, dan menjelajahi seluruh alam 
semesta, Ngindraloka.
052.
 Hyang Widi, wjud yang tak tampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, 
sifat-sifatnya mempunyai wujud, sperti penampakan raga yang tiada 
tanpak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau 
teja, halus, lurus terus menerus, menggambarkan kenyataan tiada dusta, 
ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yang meniadakan permulaan, 
karena asal diri pribadi.
053.
 Mergertilah bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tahu 
maka sekaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya 
seperti hewan.
054. Syekh Siti Jenar mengetahui benar di mana kemusnahan anta ya mulya, yaitu Dzat yang melanggengkan budi, berdasarkan dalil ramaitu,
 ialah dalil yang dapat memusnahkan beraneka ragam selubung, yaitu dapat
 lepas bagaikan anak panah, tiada dapat diketahui di mana busurnya. 
Syari’at, tarekat, hakekat, dan ma’rifat musnah tiada terpikirkan. Maka 
sampailah Syekh Siti Jenar di istana sifat yang sejati.
055.
 Kematian ada dalam hidup, hidup ada dalam mati. Kematian adalah hidup 
selamanya yang tidak mati, kembali ke tujuan dan hidup langgeng 
selamanya, dalam hidup ini adalah ada surga dan neraka yang tidak dapat 
ditolak oleh manusia. Jika manusia masuk surga berarti ia senang, bila 
manusia bingung, kalut, risih, muak, dan menderita berarti ia masuk 
neraka. Maka kenikmatan mati tak dapat dihitung.
056.
 Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca 
indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang 
mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis.
 Oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup.
 Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari 
panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat 
menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur. 
Akal itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan 
merusak kebahagiaan orang lain. Dengki juga akan menimbulkan kejahatan, 
kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan 
menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian parahnya manusia 
biasanya baru menyesali perbuatannya.
057.
 Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, dan 
sumsum busa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya. Biarpun 
bersembahyang seribu kali setiap barinya akhirnya mati juga. Meskipun 
badan Anda, Anda tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan 
bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang 
dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan 
tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat 
dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.
058.
 Segala sesuatu yang terjadi di alam ini pada hakikatnya adalah 
perbuatan Allah. Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada 
hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi sangat salah besar bila ada yang
 menganggap bahwa yang baik itu dari Allah dan yang buruk adalah dari 
selain Allah. Oleh karena itu Af’al
 allah harus dipahami dari dalam dan dari luar diri manusia. Misalnya 
saat manusia menggoreskan pensil, di situlah terjadi perpaduan dua 
kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-Nya, yaitu 
kemampuan gerak pensil. Tanah yang terlempar dari tangan seseorang itu 
adalah berdasar kemampuan kodrati gerak tangan seseorang, ”maksudnya 
bukanlah engkau yang melempar, melainkan allah yang melempar ketika 
engkau melempar.
059.
 Di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi 
rusak dan bercampur tanah. Ketahuilah juga bahwa apa yang dinamakan 
kawulo-gusti tidak berkaitan dengan seorang manusia biasa seperti yang 
lain-lain. Kawulo dan Gusti itu sudah ada dalam diriku, siang dan malam 
tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini 
nama kawula-gusti itu belaku, yakni selama saya mati. Nanti kalau saya 
sudah hidup lagi, gusti dan kawulo lenyap, yang tinggal hanya hidupku 
sendiri, ketentraman langgeng dalam Anda sendiri. Bial kamu belum 
menyadari kata-kataku, maka dengan tepat dapat dikatakan bahwa kamu 
masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak 
hihuran macam warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa 
nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat panca indera. 
Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandung kebenaran dan 
sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orng yang terikat padanya. Saya
 tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian, 
satu-satunya yang ku usahakan ualah kembali kepada kehidupan.
060.
 Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa 
nafsupun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan, penampilanku bagai
 mayat baru, andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu, 
napsu terhembus ke segala penjuru dunia, tanah, api, air kembali sebagai
 asalnya, yaitu kembali menjadi baru.
061.
 Bumi, langit dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia. 
Manusialah yang memberi nama. Buktinya sebelum saya lahir tidak ada.
062.
 Sesungguhnya pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara ajaran Islam 
dengan Syiwa Budha. Hanya nama, bahasa, serta tatanan yang berbeda. 
Misalnya dalam Syiwa Budha dikenal Yang Maha Baik dan Pangkal 
Keselamatan, sementara dalam Islam kita mengenal Allah al Jamal dan as Salam. Jika Syiwa dkenal sebagai pangkal penciptaan yang dikenal dengan Brahmana maka dalam Islam kita mengenal al Khaliq.         Syiwa sebagai penguasa makhluk disebut Prajapati, maka dalam Islam kita mengenal al Maliku al Mulki. Jika Syiwa Maha Pemurah dan Pengasih disebut Sankara, maka dalam Islam kita mengena ar-Rahman dan ar-Rahim.
063.
 Kehilangan adalah kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafir papa, 
yang tidak memiliki apa-apa maka tidak akan pernah kehilangan apa-apa.
064.
 Jika engkau kagum kepada seseorang yang engkau anggap Wali Allah, 
jangan engkau terpancang pada kekaguman akan sosok dan perilaku yang 
diperbuatnya. Sebab saat seseorang berada pada tahap kewalian, maka 
keberadaab dirinya sebagi manusia telah lenyap, tenggelam ke 
dalam          al Waly. 
065. Kewalian bersifat terus menerus, hanya saja saat tenggelam dalam al Waly. Berlangsungnya Cuma beberapa saat. Dan saat tenggelam ke dalam al Waly itulah sang wali benar-benar menjadi pengejawantahan al Waly.
 Lanaran itu sang wali memiliki kekeramatan yang tidak bisa diukur 
dengan akal pikiran manusia, dimana karamah itu sediri pada hakekatnya 
pengejawantahan al Waly.
 Dan lantaran itu pila yang dinamakan karamah adalah sesuatu diluar 
kehendak sang wali pribadi. Semua itu semata-mata kehendak-Nya mutlak.
066.
 Kekasih Allah itu ibarat cahaya. Jika ia berada di kejahuan, kelihatan 
sekali terangnya. Namun jika cahaya itu didekatkan ke mata, mata kita 
akan silau dan tidak bisa melihatnya dengan jelas. Semakin dekat cahaya 
itu kemata maka kita akan semakin buta tidak bisa melihatnya. 
067.
 Engkau bisa melihat cahaya kewalian pada diri seseorang yang jauh 
darimu. Nemun engkau tidak bisa melihat cahaya kewalian yang memancar 
dari diri orang-orang yang terdekat denganmu.
068.
 Saya hanya akan memberi sebuah petunjuk yang bisa digunakan untuk 
meniti jembatam (shiratal mustaqim) ajaib ke arahnya. Saya katakan ajaib
 karena jembatan itu bisa menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak mereka 
yang meniti dengan tujuan yang hendak dicapai.
069.
 Bagi kalangan awan, istighfar lazimnya dipahami ebagai upaya memohon 
ampun kepada Allah sehingga mereka memperoleh pengampunan. Tetapi bagi 
para salik, istighfar adalah upaya pembebasan dari belenggu kekakuan 
kepada Allah sehingga memperoleh ampun yang menyingkap tabir ghaib yang menyelubungi manusia. Sesungguhnya di dalam asma al Ghaffar terangkum makna Maha Pengampun dan juga Maha menutupi, Maha Menyembunyikan dan Maha Menyelubungi.
070.
 Semua itu terika itu benar, hanya nama dan caranya saja yang berbeda. 
Justru ”cara” itu menjadi salah dan sesat ketika sang salik melihat 
menilai terlalu tinggi ”cara” yang diikutinya sehinga menafikan ”cara” 
yang lain.
071.
 Semua rintangan manusia itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk
 yang hidup di atas permukaan bumi. Allah membentangkan tujuh lapis 
langit yang kokoh di atas kita, sebagaimana bumipun berlapis tujuh, dan 
samuderapun berlapis tujuh. Bahkan neraka berlapis tujuh. Tidakkah anda 
ketahui bahwa suragapun berjumlah tujuh. Tidakkah Anda ketahui bahwa 
dalam beribadaaah kepada Allah manusia diberi piranti tujuh ayat yang 
diulang-ulang dari Al-Quran untuk menghubungkang dengan-Nya? Tidakkah 
Anda sadari bahwa saat Anda sujud anggota badan Anda yang menjadi 
tumpuan?
072.
 Di dunia manusia mati. Siang malam manusia berpikir dalam alam 
kematian, mengharap-harap akan permulaan hidupnya. Hal ini mengherankan 
sekali. Tetapi sesungguhnya manusia di dunia ini dalam alam kematian, 
sebab di dunia ini banyak neraka yang dialami. Kesengsaraan, panas, 
dingin, kebingungan, kekacauan, dan kehidupan manusia dalam alam yang 
nyata.
073.
 Dalam alam ini manusia hidup mulia, mandiri diri pribadi, tiada 
diperlukan lantaran ayah dan ibu. Ia beberbuat menurut keingginan 
sendiri tiada berasal dari angin, air tanah, api, dan semua yang serba 
jasad. Ia tidak menginginkan atau mengaharap-harapkan kerusakan apapun. 
Maka apa yang disebut Allah ialah barang baru, direka-reka menurut 
pikiran dan perbuatan.
074.
 Orang-orang muda dan bodoh banyak yang diikat oleh budi, cipta iblis 
laknat, kafir, syetan, dan angan-angan yang muluk-muluk, yang menuntun 
mereka ke yang bukan-bukan. Orang jatuh ke dalam neraka dunia karena 
ditarik oleh panca indera, menuruti nafsu catur warna : hitam, merah, 
kuning, serta putih, dalam jumlah yang besar sekali, yang masuk ke dalam
 jiwa raganya.
075.
 Saya merindukan hidup saya dulu, tatkala saya masih suci tiada 
terbayangkang, tiada kenal arah, tiada kenal tempat, tiada tahu hitam, 
merah, putih, hijau, biru dan kuning. Kapankah saya kembali ke kehidupan
 saya yang dulu? Kelahiranku di dunia alam kematian itu demikian susah 
payahnya karena saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat 
baru.
076. Kelahiranku di dunia kematian itu demikian susah payahnya karena saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat baru.
077.
 Keinginan baru, kodrat, irodat, samak, basar dan ngaliman )’aliman). 
Betul-betul terasa amat berat di alam kematian ini. Panca pranawa kudus,
 yaitu lima penerangan suci, semua sifat saya, baik yang dalam maupun 
yang luar, tidak ada yang saya semuanya iti berwujud najis, kotor dan 
akan menjadi racun. Beraneka ragam terdapat tersebut dalam alam kematian
 ini. Di dunia kematian, manusia terikat oleh panca indera, menggunakan 
keinginan hidup, yang dua puluh sifatnya, sehingga saya hampir 
tergila-gila dalam dan kematian ini.
078.
 Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca 
indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang 
mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis,
 oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup.
 Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari 
panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pandangan hidup. Akal dapat 
menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur. 
Akal itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan 
merusak kebahagian orang lain. Dengki juga akan menimbulkal kejahatan, 
kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan 
menodai citranya. Kalau sudah samapai sedemikian parahnya manuasia 
biasanya baru menyesali perbuatannya.
079.
 Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, sungsum, bisa 
merusak dan bagaimana cara anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang 
seribu kali tiap harinya akhirnya mati juga. Meskipun badan anda, anda 
tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti
 Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak
 dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia 
ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.
080.
 mayat-mayat berkeliaran kemana-mana, ke Utara dan ke Timur, mencari 
makan dan sandang yang bagus dan permata serta perhiasan yang 
berkilauan, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah mayat-mayat belaka. 
Yang naik kereta, dokar atau bendi itu juga mayat, meskipun seringkali 
ia berwatak keji terhadap sesamanya.
081.
 Orang yang dihadapi oleh hamba sahayanya, duduk di kursi, kaya raya, 
mempunyai tanah dan rumah yang mewah, mereka sangat senang dan bangga. 
Apakah ia tidak tahu, bahwa semua benda yang terdapat di dunia akan 
musnah menjadi tanah. Meskipun demikia ia bersifat sombong lagi congkak.
 Oh, berbelas kasihan saya kepadanya. Ia tidak tahu akan sifat-sifat dan
 citra dirinya sebagai mayat. Ia merasa dirinya yang paling cukup 
pandai.
082.
 Di alam kematian ada surga dan neraka, dijumpai untung serta sial. 
Keadaan di dunia seperti ini menurut Syekh Siti Jenar, sesuai dengan 
dalil Samarakandi ”al mayit pikruhi fayajitu kabilahu” artinya Sesungguhnya orang yang mati, menemukan jiwa raga dan memperoleh pahala surga serta neraka.
083.
 ”Keadaan itulah yang dialami manusia sekarang” demikian pendapat Syekh 
Siti Jenar, yang pada akhirnya Siti Jenar siang malam berusaha untuk 
mensucikan budi serta menguasai ilmu luhur dengan kemuliaan jiwa.
084. Di alam kematian
 terdapat surga dan neraka, yakni bertemu dengan kebahagian dan 
kecelakaan, dipenuhi oleh hamparan keduniawian. Ini cocok dengan dalil 
Samarakandi analmayit pikutri, wayajidu katibahu. Sesungguhnya orang mati itu akan mendapatkan raga bangkainya, terkena pahala surga serta neraka.
085.
 Surga neraka tidaklah kekal dan dapat lebur, ataupun letaknya hanya 
dalam rasa hati masing-masing pribadi, senang puas itulah surga, adapun 
neraka ialah jengkel, kecewa dalam hati. Bahwa surga neraka terdapat dia
 akhirat. Itulah hal yang semata khayal tidak termakan akal.
086.
 Sesungguhnya, meurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidak 
kekal. Yang menganggap kekal surga neraka itu adalah kalangan awam. 
Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan binasa. Hanya Allah Dzat yang
 wajib abadi, kekal, langgeng, dan azali.
087. Sesungguhnya, tempat kebahagian dan kemulian yang disebut swarga oleh orang-orang Hindu-Budha, di dalam Islam disebut dengan nama Jannah
 (taman), yang bermakna tempat sangat menyenangkan yang di dalamnya 
hanya terdapat kebahagian dan kegembiraan. Hampir mirip dengan swarga 
yang dikenal di dalam Syiwa-Budha, di dalam Islam dikenal ada tujuh 
surga besar yang disebut ’alailliyyin,al-Firdaus, al-Adn, an-Na’im, al-Khuld, al-Mawa, dan Darussalam. Di surga-surga itulah amalan orang-orang yang baik ditempatkan sesuai amal ibadahnya selam hidup di dunia.
088.
 Sementara itu, tidak berbeda dengan ajaran Syiwa-Budha yang meyakini 
adanya Alam Bawah, yaitu neraka yang bertingkat-tingkat dan jumlahnya 
sebanyak jenis siksaan, Islam pun mengajarkan demikian. Jika dalam 
ajaran Syiwa-Budha dikenal ada tujuh neraka besar yaitu, Sutala, Wtala, Talata, Mahatala, Satala, Atala, dan Patala. Maka dalam Islam juga dikenal tingkatan neraka yaitu, Jahannam, Huthama, Hawiyah, Saqar, Jahim, dal Wail.
089.
 Sebetulnya yang disebut awal dan akhir itu berda dalam cipta kita 
pribadi, seumpama jasad di dalam kehidupan ini sebelum dilengkapi dengan
 perabot lengkap, seperti umur 60 tahun, disitu masih disebut sebagai 
awal, maka disebut masyriq (timur) yang maknanya mengangkat atau awal penetapan manusia, serta genapnya hidup.
090.
 Yang saya sebut Maghrib (Barat) itu penghabisan, maksudnya saat 
penghabisan mendekati akhir, maksudnya setelah melali segala hidup di 
dunia. Maka, sejatinya awal itu memulai, akhir mengakhiri. Jika memang 
bukan adanya zaman alam dunia atau zaman akhirat, itu semua masih dalam 
keadaan hidup semua.
091.
 Untuk keadaan kematian saya sebut akhirat, hanyalah bentuk dari 
bergantinya keadaan saja. Adapun sesungguhnya mati itu juga kiamat. 
Kiamat itu perkumpulan, mati itu roh, jadi semua roh itu kalau sudah 
menjadi satu hanya tinggal kesempurnaannya saja.
092.
 Moksanya roh saya sebut mati, karena dari roh itu terwujud keberadaan 
Dzat semua, letaknya kesempurnaan roh itu adalah musnahnya Dzat. Akan 
tetapi bagi penerapan ma’rifat hanya yang waspada dan tepat yang bisa 
menerapkan aturannya. Disamping semua itu, sesungguhnya semuanya juga 
hanya akan kembali kepada asalnya masing-masing.
093.
 Ketahuilah, bahwa surga dan neraka itu dua wujud, terjadinya dari 
keadaan, wujud makhluk itu dari kejadian. Surga dan neraka sekarang 
sudah tampak, terbentuk oleh kejadian yang nyata.
094.
 Saya berikan kiasan sebagai tanda bukti adanya surga, sekarang ini sama
 sekali berdasarkan wujud dan kejadian di dunia. Surga yang luhur itu 
terletak dalam perasaan hati yang senang. Tidak kurang orang duduk dalam
 kereta yang bagus merasa sedih bahkan menangis tersedu-sedu, sedang 
seorang pedagang keliling berjalan kaki sambil memikul barang 
dangangannya menyanyi sepanjang jalan. Ia menyanyikan berbagai macam 
lagu dengan suara yang terdengar mengalun merdu, sekalipun ia memikul, 
menggendong, menjinjing atau menyunggi barang dagangannya pergi ke 
Semarang. Ia itu menemukan surganya, karena merasa senang dan bahagia. 
Ia tidur di rumah penginapan umum, berbantal kayu sebagai kalang kepala,
 dikerumuni serangga penghisap darah, tetapi ia dapat tidur nyenyak.
095.
 Orang disurga segala macam barang serba ada, kalau ingin bepergian 
serba enak, karena kereta bendi tersedia untuk mondar-mandir kemana 
saja. Tetapi apabila nerakanya datang, menangislah ia bersama istri atau
 suaminya dan anak-anaknya.
096.
 Manusia yang sejati itu ialah yang mempunyai hak dan kekuasaan Tuhan 
yang Maha Kuasa, serta mandiri diri pribadi. Sebagai hamba ia menjadi 
sukma, sedang Hyang Sukma menjadi nyawa.  Hilangnya nyawa bersatu padu 
dengan hampa dan kehampaan ini meliputi alam semesta.
097.
 Adanya Allah karena dzikir, sebab dengan berdzikir orang menjadi tidak 
tahu akan adanya Dzat dan sifat-sifatnya. Nama untuk menyebut Hyang 
Manon, yaitu Yang Maha Tahu, menyatukan diri hingga lenyap dan terasa 
dalam pribadi. Ya dia ya saya. Maka dalam hati timbul gagagasan, bahwa 
ia yang berdzikir menjadi Dzat yang mulia. Dalam alam kelanggengan yang 
masih di dunia ini, dimanapun sama saja, hanya manusia yang ada. Allah 
yang dirasakan adanya waktu orang berdzikir, tidak ada, jadi gagasan 
yang palsu, sebab pada hakikatnya adanya Allah yang demikian itu hanya 
karena nama saja.
098.
 Manusia yang melebihi sesamanya, memiliki dua puluh sifat, sehingga 
dalam hal ini antara agama Hindu-Budha Jawa dan Islam sudah campur. Di 
samping itu roh dan nama sudah bersatu. Jadi tiada kesukaran lagi 
mengerti akan hal ini dan semua sangat mudah dipahami.
099.
 Manusia hidup dalam alam dunia ini hanya mengadapai dua masalah yang 
saling berpasangan, yaitu baik buruk berpasangan dengan kamu, hidup 
berjodoh dengan mati, Tuhan berhadapan dengan hambanya.
100.
 Orang hidup tiada mersakan ajal, orang berbuat baik tiada merasakan 
berbuat buruk dan jiwa luhur tiada bertempat tinggal. Demikianlah 
pengetahuan yang bijaksana, yang meliputi cakrawala kehidupan, yang 
tiada berusaha mencari kemuliaan kematian, hidup terserah kehendak 
masing-masing.
101.
 Keadaan hidup itu berupa bumi, angkasa, samudra dan gunung seisinya, 
semua yang tumbuh di dunia, udara dan angin yang tersebar di mana-mana, 
matahari dan bulan menyusup di langit dan keberadaan manusia sebagai 
yang terutama.
102. Allah bukan johor manik, yaitu ratna mutu manikam, bukan jenazah dan rahasia yang gaib. Syahadat itu kepalsuan.
103. akhirat di dunia ini tempatnya. Hidup dan matipun hanya didunia ini.
104.
 Bayi itu berasal dari desakan. Setelah menjadi tua menuruti kawan. 
Karena terbiasa waktu kanak-kanak berkumpul dengan anak, setelah tua 
berkumpul dengan orang tua. Berbincang-bincanglah mereka tentang nama 
sunyi hampa, saling bohong membohongi, meskipun sifat-sifat dan wujud 
mereka tidak diketahui. 
105. Takdir itu tiada kenal mundur, sebab semuanya itu ada dalam kekuasaan Yang Murba Wasesa yang menguasai segala kejadian.
106.
 Orang mati tidak akan merasakan sakit, yang merasakan sakit itu hidup 
yang masih mandiri dalam raga. Apabila jiwa saya telah melakukan 
tugasnya, maka dia akan kembali ke alam aning anung, alam yang tentram 
bahagia, aman damai dan abadi. Oleh karena itu saya tidak takut akan 
bahaya apapun.
107. Menurut pendapat saya. Yang disebut ilmu itu ialah segala sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata.
108. Mana ada Hyang Maha Suci? Baik
 di dunia maupun di akhirat sunyi. Yang ada saya pribadi. Sesungguhnya 
besok saya hidup seorang diri tanpa kawan yang menemani. Disitulah 
Dzatullah mesra bersatu menjadi saya.
109. Karena saya di dunia ini  mati, luar dlam saya sekarang ini, yang di dalam hidupku besok, yang di luar kematianku sekarang.
110.
 Orang yang ingin pulang ke alam kehidupan tidak sukar, lebih-lebih bagi
 murid Siti Jenar, sebab ia sudah paham dengan mengusai sebelumnya. Di sini dia tahu rasanya di sana, di sana dia tahu rasanya di sini.
111.
 Tiada bimbang akan manunggalnya sukma, sukma dalam kehingan, tersimpan 
dati sanubari, terbukalah tirai, tak lain antara sadar dan tidur, ibarat
 kaluar dari mimpi, menyusupi rasa jati.
112. Manusia tidak boleh memiliki daya atau keinginan yang buruk dan jelek.
113. Manusia tidak boleh berbohong.
114. Manusia tidak boleh mengeluarkan suara yang jorok, buruk, saru, tidak enak didengar, dan menyakiti orang lain.
115. Manusia tidak boleh memakan daging (hewan darat, udara ataupun air).
116. Manusia tidak boleh memakan nasi kecuali yang terbuat dari bahan jagung.
117. Manusia tidak boleh mengkhianati terhadap sesama manusia.
118. manusia tidak boleh meminum air yang tidak mengalir.
119. Manusia tidak boleh membuat dengki dan iri hari.
120. Manusia tidak boleh membuat fitnah.
121. Manusia tidak boleh membunuh seluruh isi jagad.
122. manusia tidak boleh memakan ikan atau daging dari hewan yang rusuh, tidak patut, tidak bersisik, atau tidak berbulu.
123.
 Bila jiwa badan lenyap, orang menemukan kehidupan dalam sukma yang 
sungguh nyata dan tanpa bandingan. Ia dapat diumpamakan dengan isinya 
buah kamumu. Pramana menampilkannya manunggal dengan asalnya dan 
dilahirkan olehnya.
124.
 tetapi yang kau lihat, yang nampaknya sebagai sebuah boneka penuh 
mutiara bercahaya indah, yang memancarkan sinar-sinar bernyala-nyala, 
itu dinamakan pramana. Pramana itu kehidupan badan. Ia manunggal dengan 
badan, tetapi tidak ambail bagian dalam suka dan dukanya. Ia berada di 
dalam badan.
125.
 Tanpa turut tidur dan makan tanpa menderita kesakitan atau kelaparan. 
Bila ia terpisah dari badan, maka badan ikut tertinggal tanpa daya, 
lemah. Pramana itulah yang mampu mengemban rasa, karena ia dihidupi oleh
 sukma. Kepadanya diberi anugrah mengemban kehidupan yang dipandang 
sebagai rahasia rasa nya Dzat.
126.
 Penggosokan terjadi karena digerakkan oleh agin. Dari kayu yang menjadi
 panas muncullah asap, kemudian api. Api maupun asap keluar dari kayu. 
Perhatikanlah saat permulaan segala sesuatu, segala yang dapat diraba 
dengan panca indera, keluar dari yang tidak kelihatan tersembunya…..
127.
 Ada orang yang menyepi dipantai. Mereka melakukan konsentrasi di tepi 
laut. Buka dua hal yang mereka pikirkan. Hanya Pencipta semesta alam 
yang menjdai pusat perhatiannya. Karena kecewa belum dapat berjumpa 
dengan-Nya, maka mereka lupa makan dan tidur.
128. Badan jasmani disebut cermin lahir, karena merupakan cermin jauh dari apa yang dicari dalam mencerminkan wajah dia yan ber-paes. Cermin batin jauh lebih dekat.
129.
 Siang malam terus menerus mereka lakukan shalat. Dengan tiada hentinya 
terdengarlah pujian dan dzikir mereka. Dan kadang mereka mencari tempat 
lain dan melakukan konsentrasi di kesunyian hutan. Luar biasalah usaha 
mereka, hanya Penciptalahyang menjadi pusat pandangannya.
130. Badan cacat kita cela, keutamaan kerendahan hati kita puji, tetapi keadaan kita ialah digerakkan dan didorong olek sukma. Tetapi sukma  tidak tampak, yang nampak hanya adan.
131.
 Cermin batin itu bukanlah cermin yang dipakai orang-orang biasa. Cermin
 ini sangat istemewa, karena mendekati kenyataan. Bila kau mengetahui 
badan yang sejati itulah yang dinamakan kematian terpilih.
132. Bila engkau melihat badanmu, Aku turut dilihat … Bila kau tidak memandang dirimu begitu, kau sungguh tersesat. 
133.
 Sukma tidak jauh dari pribadi. Ia tinggal di tempat itu jua. Ia jauh 
kalau dipandang jauh, tetapi dekat kalau dianggap dekat. Ia tidak 
kelihatan, karean antara Dia dan manusia terdapat kekuadaan-Nya yang 
meresapi segala-galanya.
134.
 Hyang Sukma Purba menyembunyikan Diri terhadap peglihatan, sehingga ia 
lenyap sama sekali dan tak dapat dilihat. Kontemplasi terhadap Dia yang 
benar lenyap dan berhenti. Jalan untuk menemukan-Nya dilacak kembali 
dari puncak gunung.
135.
 Tetapi Hyang Sukma sendiri tidak dapat dilihat. Cepat orang turun dari 
gunung dan dengan seksama orang melihat ke kiri ke kanan. Namun Dia 
tidak ditemukan, hati orang itu berlalu penuh duka cita dan kerinduan.
136. Hendaklah waspada terhadap penghayatan roroning atunggil
 agar tiada ragu terhadap bersatunya sukma, pengahayatan ini terbuka di 
dalam penyepian, tersimpan di dalam kalbu. Adapun proses terungkapnya tabir penutup alam gaib,
 laksana terlintasnya dlam kantuk bagi orang yang sedang mengantuk. 
Penghayatan gaib itu datang laksana lintasan mimpi. Sesungguhnya orang 
yang telah menghayati semacam itu berarti telah menerima anugrah Tuhan. 
Kembali ke alam sunyi. Tiada menghiraukan kesenangan duniawi. Yang Maha 
Kuasa telah mencakup pada dirinya. Dia telah kembali ke asal mulanya…..
137.
 Mati raga orang-orang ulama yang mengundurkan diri di dalam kesunyian 
hutan ialah hanya memperhatikan yang satu itu tanpa membiarkan pandangan
 mereka menyinpang. Mereka tidak menghiraukan kesukaran tempat tinggal 
mereka hanya Dialah yang melindungi badan hidup mereka yang 
diperlihatkan. Tak ada sesuatu yang lain yang mereka pandang, hanya Sang
 Penciptalah yang mereka perhatikan.
138.   
 Yang menciptakan mengemudi dunia adalah tanpa rupa atau suara. Kalbu 
manusia yang dipandang sebagai wisma-Nya. Carilah Dia dengan 
sungguh-sungguh, jangan sampai pandanganmu terbelah menjadi dua. 
Peliharalah baik-baik iman kepercayaanmu dan tolaklah hawa nafsumu.
139.
 Bila kau masih menyembah dan memuji Tuhan dengan cara biasa, kau baru 
memiliki pengetahuan yang kurang sempurna. Jangan terseyum seolah-olah 
kau sudah mengerti, bila kau belum mengetahui ilmu sejati. Itu semua 
hanya berupa tutur kata. Adapun kebenaran sejati ialah meninggalkan 
sembah dan pujian yang diungkapkan dengan kata-kata.
140.
 Sembah dan puji sempurna ialah tidak memandang lagi adanya Tuhan, serta
 mengenai adanya sendiri tidak lagi dipandang. Papan tulis dan tulisan 
sudah lebur, kualitas tak ada lagi. Adamu tak dapat diubah. Lalu apa 
yang masih mau dipandang. Tiadak ada lagi sesuatu. Maklumilah.
 
 
 
 
  
 
 
 
  
0 komentar:
Posting Komentar