Sudah ada beberapa nama Indonesia yang tertera di langit, sebagian
adalah nama untuk Planet Minor. Planet minor adalah istilah yang
digunakan untuk obyek langit non planet atau komet yang mengitari
Matahari. Planet minor pertama yang ditemukan adalah Ceres pada tahun
1801 yang kemudian dikenal juga sebagai planet katai setelah IAU
melakukan redenefinisi terhadap klasifikasi planet di tahun 2006.
Sampai dengan Desember 2010, sudah 257.455 planet minor yang sudah diberi nomor identifikasi / kodifikasi dari 535000 lebih planet minor yang sudah ditemukan.
Dan dari 257.455 planet minor itu baru sekitar 16154 planet minor yang sudah memiliki nama resmi. Di antara ribuan nama tersebut, beberapa di antaranya memiliki nama Indonesia, yang diberikan sebagai penghargaan ataupun pengingat akan suatu tempat dan kejadian.
Nama Asteroid Berdasarkan Nama Mantan Kepala Observatorium Bosscha
Bambang Hidayat dan teleskop Schmidt Bimasakti di awal tahun 1970an
Sampai dengan Desember 2010, sudah 257.455 planet minor yang sudah diberi nomor identifikasi / kodifikasi dari 535000 lebih planet minor yang sudah ditemukan.
Dan dari 257.455 planet minor itu baru sekitar 16154 planet minor yang sudah memiliki nama resmi. Di antara ribuan nama tersebut, beberapa di antaranya memiliki nama Indonesia, yang diberikan sebagai penghargaan ataupun pengingat akan suatu tempat dan kejadian.
Nama Asteroid Berdasarkan Nama Mantan Kepala Observatorium Bosscha
Bambang Hidayat dan teleskop Schmidt Bimasakti di awal tahun 1970an
Bambang Hidayat dan teleskop Schmidt Bimasakti di awal tahun 1970an
Pada bulan November 2010, Himpunan Astronomi Internasional atau International Astronomical Union (IAU) memberikan penghargaan bagi dunia astronomi di Indonesia. Empat nama astronom asal Indonesia yang pernah mengelola Observatorium Bosscha di Bandung diabadikan sebagai nama asteroid.
Keempat nama tersebut merupakan nama-nama mantan kepala Observatorium Bosscha yang diberikan oleh IAU sebagai penghargaan kepada Observatorium Bosscha yang merupakan observatorium di Indonesia sekaligus yang memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan astronomi di langit selatan.
Keempat nama tersebut diberikan pada 4 asteroid yang ditemukan oleh suami istri Cornelis Johannes van Houten dan Ingrid van Houten-Groeneveld yang melakukan analisa dari plat fotografi yang diambil oleh Tom Gehrels tanggal 16 Oktober 1977 dalam Palomar – Leiden Trojan Survey.
Penemuan asteroid – asteroid tersebut dilakukan dengan menggunakan teleskop Schmidt 122cm di Observatorium Palomar. Dalam pengamatan tersebut, pemotretan dilakukan dengan menggunakan 68 plat untuk melakukan survei trojan di antara Mars- Jupiter. Di antara planet minor yang ditemukan, 4 asteroid yang diberi nama berdasarkan nama mantan kepala Observatorium Bosscha,
Berdasarkan data di International Astronomical Union yang bisa diakses di Listing of Directories is not Permitted, ada 4 nama asteroid yang menggunakan nama astronom Indonesia dan otomatis juga para mantan kepala Observatorium Bosscha. Keempatnya adalah Asteroid 12176, Asteroid 12177, Asteroid 12178, dan Asteroid 12179.
Asteroid tersebut sebenarnya ditemukan pada tanggal 16 Oktober 1977 dalam program Palomar-Leiden Trojan Survey. Penemunya adalah suami istri Cornelis Johannes van Houten dan Ingrid van Houten-Groeneveld.
Berikut empat nama asteroid yang menggunakan nama astronom Indonesia dan otomatis juga para mantan kepala Observatorium Bosscha:
1. Nama astronom Indonesia yang digunakan adalah Bambang Hidayat yang pernah menjabat wakil presiden IAU. Bambang Hidayat adalah promotor astronomi di Indonesia. Ia dikenal dalam pekerjaannya di bidang bintang ganda tampak dan bintang dengan garis emisi H. Ia juga menjadi direktur Observatorium Bosscha di Lembang dari 1968 – 1999 dan menjadi Wakil Presiden IAU dari 1994 – 2000. Berkat tambahan namanya, kini asteroid 12176 disebut 12176 Hidayat/3468 T-3.
12176 Hidayat/3468 T-3
DR. H. Moedji Raharto
2. Selain Bambang, nama Moedji Raharto, seorang astronom Indonesia sekaligus dosen senior di Astronomi ITB. Ia pernah menjabat sebagai kepala Observatorium Bosscha dari tahun 1999 – 2004.
Moedji bekerja dalam bidang Struktur Galaksi berdasarkan katalog Hipparcos dan IRAS-Point Source catalogue. Mantan Kepala Observatorium Bosscha tahun 1999-2004 ini juga digunakan untuk menamai asteroid 12177. Kini, nama asteroid tersebut menjadi 12177 Raharto/4074 T-3.
12177 Raharto/4074 T-3.
3. Sementara, asteroid 12178 kini menjadi 12178 Dhani/4304 T-3, sesuai dengan nama ahli Fisika Matahari Dhani Hendrawijaya yang pernah menjabat sebagai direktur Observatorium Bosscha pada tahun 2004-2006.
Ia dikenal dengan pekerjaannya dalam hal bintang ganda, aktivitas magnetik Matahari dan kaitannya dengan cuaca dan iklim.
12178 Dhani/4304 T-3
4. Terakhir, nama Taufiq Hidayat, direktur Observatorium Bosscha
tahun 2006-2010 digunakan untuk menamai asteroid 12179. Sekarang, nama
asteroid tersebut menjadi 12179 Taufiq/5030 T-3.
Ia dikenal untuk pekerjaannya dalam bidang Tata Surya dan transit Extrasolar serta aktif menentang efek urbanisasi di sekeliling Observatorium Bosscha. Atau dengan kata lain problematika pembangunan di sekeliling Bosscha yang mengancam keberadaan Bosscha sebagai observatorium penelitian.
Ia dikenal untuk pekerjaannya dalam bidang Tata Surya dan transit Extrasolar serta aktif menentang efek urbanisasi di sekeliling Observatorium Bosscha. Atau dengan kata lain problematika pembangunan di sekeliling Bosscha yang mengancam keberadaan Bosscha sebagai observatorium penelitian.
12179 Taufiq/5030 T-3
Menurut situs Langitselatan yang dikelola salah satu peneliti di Bosscha, Avivah Yamani, bukan kali ini saja, para astronom di observatorium tersebut mendapat kehormatan dari IAU. Sejak zaman Belanda, para mantan kepala Observatorum Bosscha maupun astronom Indonesia pun digunakan dalam penamaan benda-benda langit.
Asteroid adalah benda yang lebih kecil dari planet tetapi lebih besar dari meteoroid. Asteroid berbeda dengan komet sebab tidak memiliki ekor atau koma. Asteroid pertama yang ditemukan adalah Ceres, pada tahun 1801.
0 komentar:
Posting Komentar