(news24.com)
Air adalah salah satu molekul yang paling
penting bagi suatu kehidupan dan di sistem Tata Surya. Tapi, pernahkah
Anda tahu, dari mana air berasal dan bagaimana distribusinya ke
planet-planet lain?Diberitakan Space Travel, 17 Mei
2013, penelitian terbaru dari Carnegie Institution For Science yang
dipimpin oleh Erik Hauri menunjukkan, bahwa air yang ada di Bumi dan
bulan berasal dari tempat yang sama.Berdasarkan penelitian
terdahulu, bulan diperkirakan terbentuk dari sisa-sisa puing asteroid
seukuran planet Mars yang menabrak Bumi pada 4,5 miliar tahun lalu.
Tabrakan itu menimbulkan dampak luar biasa. Para peneliti memperkirakan, dampak tabrakan itu menyebabkan hidrogen dan unsur-unsur lainnya menguap dan mendidih di luar angkasa. Dan, itu menunjukkan kalau bulan benar-benar kering tak ada air.Tapi, hasil penelitian itu bertentangan dari sampel yang didapat oleh misi Apollo pesawat ruang angkasa NASA. Sampel itu menyatakan bahwa bulan sebenarnya memiliki air, baik di permukaannya dan bagian dasarnya.
Hauri dan para peneliti lain, Alberto Saal dari Universitas Brown dan James Van Orman dari Case Western Reserve University, mulai mencari bukti untuk menemukan jawaban asal air di Bumi dan bulan.
Mereka bertiga meneliti berdasarkan elemen hidrogen dan isotop deuterium (bentuk suatu atom tapi yang memiliki jumlah neutron yang berbeda). Rasio dari hitungan isotop yang dapat memberitahu peneliti tentang asal dari air.
Dengan menggunakan perhitungan Carnegie NanoSIMS 50L, tim peneliti mulai mempelajari ion-ion yang dapat menentukan rasio dari isotop dan hidrogen. Hasilnya, hitungan isotop menunjukkan bahwa air di bulan berasal dari meteorit chondrite karbon. Ini sangat cocok dengan Bumi, karena air di Bumi juga berasal dari meteorit chondrite karbon.
"Temuan ini memberikan bukti, Bumi basah oleh air pada saat bulan terbentuk setelah tabrakan dahsyat. Kemudian, air di bulan adalah warisan dari Bumi," kata Hauri.Hauri menjelaskan, penghitungan isotop sangat sulit, tapi dari hasilnya menunjukkan bahwa meteorit chondrite karbon adalah sumber air yang sama di bulan dan Bumi. Atau, mungkin juga di seluruh sistem Tata Surya.
"Saat ini, kami masih mencari tahu dampak dari tabrakan super besar itu dan menemukan hasil-hasil lain yang lebih mencengangkan," ujar Hauri.Hasil penelitian telah dipublikasikan secara online di Science Express dengan judul "Hydrogen Isotopes in Lunar Volcanic Glasses and Melt Inclusions Reveal a Carbonaceous Chondrite Heritage
Tabrakan itu menimbulkan dampak luar biasa. Para peneliti memperkirakan, dampak tabrakan itu menyebabkan hidrogen dan unsur-unsur lainnya menguap dan mendidih di luar angkasa. Dan, itu menunjukkan kalau bulan benar-benar kering tak ada air.Tapi, hasil penelitian itu bertentangan dari sampel yang didapat oleh misi Apollo pesawat ruang angkasa NASA. Sampel itu menyatakan bahwa bulan sebenarnya memiliki air, baik di permukaannya dan bagian dasarnya.
Hauri dan para peneliti lain, Alberto Saal dari Universitas Brown dan James Van Orman dari Case Western Reserve University, mulai mencari bukti untuk menemukan jawaban asal air di Bumi dan bulan.
Mereka bertiga meneliti berdasarkan elemen hidrogen dan isotop deuterium (bentuk suatu atom tapi yang memiliki jumlah neutron yang berbeda). Rasio dari hitungan isotop yang dapat memberitahu peneliti tentang asal dari air.
Dengan menggunakan perhitungan Carnegie NanoSIMS 50L, tim peneliti mulai mempelajari ion-ion yang dapat menentukan rasio dari isotop dan hidrogen. Hasilnya, hitungan isotop menunjukkan bahwa air di bulan berasal dari meteorit chondrite karbon. Ini sangat cocok dengan Bumi, karena air di Bumi juga berasal dari meteorit chondrite karbon.
"Temuan ini memberikan bukti, Bumi basah oleh air pada saat bulan terbentuk setelah tabrakan dahsyat. Kemudian, air di bulan adalah warisan dari Bumi," kata Hauri.Hauri menjelaskan, penghitungan isotop sangat sulit, tapi dari hasilnya menunjukkan bahwa meteorit chondrite karbon adalah sumber air yang sama di bulan dan Bumi. Atau, mungkin juga di seluruh sistem Tata Surya.
"Saat ini, kami masih mencari tahu dampak dari tabrakan super besar itu dan menemukan hasil-hasil lain yang lebih mencengangkan," ujar Hauri.Hasil penelitian telah dipublikasikan secara online di Science Express dengan judul "Hydrogen Isotopes in Lunar Volcanic Glasses and Melt Inclusions Reveal a Carbonaceous Chondrite Heritage
0 komentar:
Posting Komentar