Jumat (29/11/13) dini hari, Komet ISON
akan mencapai jarak terdekatnya dengan Sang Penguasa Tata Surya. Ini
adalah pertaruhan hidup mati komet, selamat dari cabikan Matahari atau
tamat riwayatnya.
Jarak titik terdekat Komet ISON dengan
permukaan Matahari hanya 1,2 juta kilometer. Titik balik perjalanan ISON
akan dicapai pada Kamis (28/11/13) pukul 18.38 waktu universal atau
Jumat (29/11/13) pukul 01.38 WIB. Makin dekat dengan Matahari, komet
akan semakin cermerlang. Namun, jarak yang terlalu dekat dengan Matahari
membuat komet itu sulit diamati dengan teleskop optik landas Bumi.
Komet ISON diperkirakan berusia 4,6
miliar tahun dan telah melaju selama 5 juta tahun dari luar tata surya
ke arah matahari, kata Alex Young dari Goddard Space Flight Centre di Maryland. Beberapa juta tahun yang lalu, ISON melepaskan diri dari awan Oort, sebuah pengelompokan puing-puing antara matahari dan bintang terdekat berikutnya.
“Ini adalah situasi yang sangat dinamis.
Kami tidak pernah melihat komet seperti ini datang dari awan Oort dan
melintas ke orbit matahari,” kata Battams.
Komet ISON yang tengah dalam perjalanan
menuju titik terdekatnya dengan Matahari berpotensi menyuguhkan
pemandangan langit yang menakjubkan. Namun, ada satu syarat yang harus
dipenuhi, ISON harus bertahan dari panasnya Matahari.
Isu yang sempat beredar dikalangan
astronomer, stargazer dan pencinta astronomi lainnya mendapatkan berita
bahwa komet yang dinobatkan sebagai komet paling terang di abad ini
telah hancur saat mendekati matahari.
Jika selamat dari gravitasi dan radiasi
Matahari, tidak habis menguap, ISON bisa meneruskan perjalanan pulang.
Dalam perjalanan balik itu, ISON akan menyajikan atraksi yang menarik di
langit subuh di belahan Bumi utara.
Diperkirakan Komet ISON melaju di tengah
suhu 4.900 derajat Fahrenheit atau 2.700 derajat celcius. Dalam
perjalanannya mendekati matahari, ISON kehilangan tiga juta ton massa
per detik, Kebanyakan astronom telah meramalkan bahwa ISON tidak akan
bertahan diperjalanan.
Namun, setidaknya, ada tiga skenario nasib komet ISON. Tiap skenario bakal menentukan penampakannya.
Tiga Kemungkinan Nasib ISON
Dalam percakapan dengan Kompas.com,
Rabu (27/11/13), astronom amatir Ma’rufin Sudibyo, mengungkapkan,
skenario pertama adalah ISON akan bertahan dari badai Matahari sehingga
berperilaku seperti biasa.
Sementara, skenario kedua, ISON
terpengaruh badai Matahari, tetapi tak langsung menghancurkan. Penguapan
air dan debu material komet akan sedikit meningkat tanpa disertai
dengan kehancuran intinya.
Bila dua skenario itu yang terjadi pada
ISON, komet dari Awan Oort itu akan tampak dari pandangan warga
Indonesia pada Jumat (29/11/2013) menjelang fajar. Saat sampai pada
titik terdekatnya dengan Matahari, ISON akan tampak cerlang dengan
magnitudo -6 atau lebih.
Namun, bila skenario ketiga yang terjadi,
di mana komet terhantam oleh badai Matahari dan intinya hancur, komet
hanya akan memiliki magnitudo -1 atau -2 saat mencapai titik terdekatnya
dengan Matahari. Dengan sendirinya, komet sulit teramati oleh warga
Indonesia pada Jumat.
Menurut Ma’rufin, bila ISON nanti
ternyata selamat, komet tersebut bahkan berpotensi tampak sepanjang
hari. Warga Indonesia bisa mengamatinya dengan memakai alat bantu berupa
karton yang dilubangi.
Meski demikian, diingatkan bahwa
pengamatan harus dilakukan secara hati-hati. Lebih baik bergabung dengan
komunitas astronom amatir setempat. Bila bertahan, ISON akan terletak
sangat dekat dengan Matahari.
Setelah Mendekati Matahari, ISON Tak Muncul Lagi?
Para ilmuwan mengatakan, tampaknya komet
ISON dari pinggiran sistem tata surya tidak selamat ketika hampir
berpapasan dengan matahari yang luar biasa panasnya.
Gambar-gambar dari pesawat antariksa NASA
menunjukkan Komet ISON hari Kamis (28/11/13) mendekati sejenak di
sekitar matahari, tetapi komet itu tidak muncul lagi.
Dalam konferensi video Google, periset
solar Karl Battams dari Angkatan Laut Amerika mengatakan “ISON
kemungkinan hancur dalam perjalanan tersebut.”
Phil Plait, seorang pakar astronomi yang
menulis blog “Bad Astronomy”, sependapat dan mengatakan “saya pikir
komet itu tidak berhasil melewati matahari.”
Begitupun, kata Phil, semua itu bukanlah
begitu buruk jika batu komet berusia 4,5 miliar tahun itu pecah
berkeping-keping karena para pakar astronomi bisa mempelajari pecahannya
dan mengetahui lebih banyak tentang komet-komet.
Sebelumnya, para pakar sudah
memperkirakan bahwa komet ISON kemungkinan besar akan terbakar dan
hancur berkeping-keping ketika mendekati matahari, namun beberapa pakar
lainnya berpendapat, ada kemungkinan bahwa komet ISON akan selamat dari
kehancuran dan menghasilkan pertunjukan kembang api yang hebat.
Kehadiran komet sebenarnya bukanlah hal
istimewa. Setiap dekade, banyak komet masuk bagian dalam Tata Surya
untuk mengitari Matahari. Saat ini, setidaknya ada tiga komet selain
ISON yang bisa disaksikan dari Bumi, yaitu Komet Lovejoy, LINEAR, dan
Encke.
Hal yang membuat istimewa Komet ISON
adalah ia termasuk salah satu dari sedikit komet yang melintasi korona
Matahari. Korona adalah plasma yang mengitari Matahari dan terbentang
hingga jutaan kilometer dari permukaan Matahari. Korona terlihat jelas
saat terjadi Gerhana Matahari Total.
Akhirnya Komet ISON Berhasil Melewati Matahari Namun Mengecil
Kabar Komet ISON untuk melintasi
perihelionnya akhirnya terlihat. Dari citra SOHO Lasco C3 tampak komet
ini berhasil melintas dekat matahari, namun terlihat lebih kecil.
Sebelum melintas dekat Matahari, inti
komet berdiameter ~4.000 meter. Namun perlintasan selama 8 jam di dekat
Matahari dalam lingkungan bersuhu lebih dari 3.000 derajat Celcius
(lebih panas ketimbang titik leleh besi) dan ditunjang terjangan dua
badai Matahari membuat inti komet tergerus hebat dan terpecah-belah.
Sehingga pasca perihelion tinggal tersisa bongkahan seukuran sekitar
100-an meter saja (ukuran persisnya sangat sulit diketahui).
Setelah sempat mengejutkan dan bertambah
terang selama sekitar 24 jam, mulai tengah hari (30 Nov 2013 waktu
Indonesia), sisa komet ISON mulai meredup secara dramatis seperti
terpantau LASCO C3 satelit SOHO.
Ini mungkin pertanda bahwa proses
desintegrasi (penghancuran) sisa inti komet ISON masih terus
berlangsung. Apalagi sebuah badai Matahari kembali terjadi pagi tadi dan
nampaknya menghantam sisa komet ISON ini, meski tak telak.
Jadi, apa kabar “komet abad ini” ? Maaf, dia sudah hampir hancur lebur menjadi bubuk.
Misalkan jika komet tak mengecil atau
hancur, maka komet ISON dapat diamati kembali pada pekan pertama
Desember. Pendeknya waktu antara terbitnya komet dan terbitnya Matahari
membuat pengamat tak leluasa mengamati ISON. Belum lagi, posisinya masih
terlalu rendah di dekat horizon sehingga untuk melihatnya butuh
pandangan lepas ke langit timur.
Karena itu, waktu pengamatan terbaik komet ISON berikutnya adalah pertengahan Desember hingga awal tahun depan.
Setelah melewati Matahari, komet mudah
disaksikan di belahan Bumi utara. Namun, penduduk Bumi selatan masih
bisa menyaksikan ekor komet. Posisi Indonesia di khatulistiwa membuat
hambatan itu tak berarti. (NatGeo/NASA)
Pustaka:
Comet ISON (C/2012 S1) successfully passed close the Sun (28 Nov 2013)
ISON Buzzed By UFO 2013 HD Available
*****
0 komentar:
Posting Komentar