ISIS Ancaman Disintegrasi Bangsa: Siapakah Abu Muhammad al-Indonesi? Siapakah Orang-orang Yang Ada Disekelilingnya?
Pada beberapa waktu lalu, ada sejumlah pria Indonesia muncul di video rekrutmen yang dirilis kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Mereka mendesak kaum muslim Indonesia untuk bergabung dalam perjuangan ISIS. (baca: ISIS Dibuat Oleh CIA dan Mossad Untuk Memecah Islam?)
Video rekrutmen berdurasi delapan menit berjudul ‘Join the Ranks’
itu diunggah oleh ISIS. Di dalamnya, dikatakan adalah kewajiban muslim
untuk bergabung dengan ISIS dan berjanji saling setia. Video tersebut
juga menyertakan sebuah pidato emosional dari seorang pria Indonesia
bernama Abu Muhammad al-Indonesi.
“Lakukan semua upaya
dengan menggunakan kekuatan fisik dan finansialmu untuk bermigrasi ke
Negara Islam. Itu merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah,” kata
Abu seperti dikutip ABC News, 29 Juli 2014.
Abu Muhammad juga mempertanyakan pilihan
hidup pria Muslim di Barat, dan menyerukan pula kepada mereka untuk
menemukan motivasi guna mengobarkan jihad.
“Apakah istri kalian menjadi alasan bagi
kalian untuk tidak berjihad? Apakah rumah, bisnis, dan kesejahteraan
kalian lebih kalian cintai daripada Allah, utusan-Nya, dan jihad di
jalan-Nya?” ujar Abu.
Pakar keamanan dari Universitas Monash
Australia Profesor Greg Barton, mengatakan ISIS melihat potensi untuk
mendapat pengikut kuat di Indonesia.
“Dalam video terbarunya, ISIS mengajak
langsung kepada orang-orang Indonesia karena negara itu lahan subur
untuk proses rekrutmen. Ada sejumlah pria Indonesia yang sudah bergabung
dengan ISIS, dan ISIS melihat potensi untuk mendapatkan lebih banyak
pengikut lagi dari Indonesia,” kata Barton.
Bahrumsyah, Sosok Pria Yang Ajak Masyarakat Gabung ke ISIS
Dipost pada Selasa, 5 Agustus 2014 | 12:53 WIB, oleh inilah.com - Peneliti terorisme Ridlwan Habib, dalam keterangan presnya kepada Inilah.com, mengatakan jika sosok yang menggunakan nama Abu Muhammad Al Indonesi
yang ada didalam salah satu video, bersama beberapa orang yang membawa
senjata, menyampaikan ajakan agar masyarakat Indonesia bergabung dengan
Daulah Islamiyah pimpinan Abu Bakr Al Baghdady, adalah Bahrumsyah, yang cukup familiar di kalangan aktivis Islam.
“Namanya
Bahrumsyah, pernah kuliah di UIN Ciputat tapi tidak lulus. Istrinya
tiga, salah satunya janda dari tersangka teroris yang ditembak Densus 88,” kata peneliti terorisme Ridlwan Habib, Selasa (5/8/2014).
Sebelumnya, Polri juga mengatakan telah
mengantongi identitas pria yang muncul dalam video ajakan untuk
mendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kapolri Jenderal Sutarman
mengatakan pria berinisial B itu merupakan salah satu DPO Polri dalam
kasis terorisme.
“Seseorang dengan inisial B sudah teridentifikasi oleh kami. Dia memang masuk DPO (Daftar Pencarian Orang).
Kami terus mengikuti pergerakannya dan akan melalukan upaya penegakan
hukum terhadap siapapun yang melanggar hukum,” ujarnya. (sumber: bay, Bayu Hermawan, inilah.com)
Laporan Saksi Mata Yang Pernah Diculik ISIS
Penculikan terhadap beberapa anak wanita di Indonesia pernah dilakukan oleh anggota ISIS. Hal ini dikuatkan oleh kesaksian Rohani. Ia berdomisili di Bogor, pada kala itu di tahun 2008 lalu masih sebagai pelajar setingkat SMA.
Saat kesaksiannya yang juga diliput
sebuah TV swasta, yaitu MetroTV pada 7 Agustus 2014, Rohani masih ingat
betul raut muka sang penculik yang sangat mirip bahkan ia bilang yakin
mukanya sama dengan muka Abu Muhammad al-Indonesi salah seorang pimpinan pasukan ISIS yang ada pada video dan mengajak muslim Indonesia untuk bergabung dengannya.
Rohani mengatakan bahwa yang dikenalnya sebagai Abu Muhammad al-Indonesi itu bernama asli Bahrun atau
.
Dikala itu Rohani tak diculik sendirian, namun ada tiga orang saudara
perempuannya yang juga pelajar, diculik saat akan pulang sekolah.
Salah satunya adalah Mingming Sari Nuryanti (19)
dan dua lainnya tak ia sebutkan namanya untuk menghargai privasi
keluarga. Namun hingga saat ini, Rabu (6/8/2014) Mingming Sari Nuryanti,
warga Bogor itu belum kembali ke rumah.
Menurut pengakuan sang ayah, Saefudin,
putrinya diduga diculik dan dibaiat oleh Bahrun alias Abu Muhamad Al
Indonesi, orang yang berada di dalam video ajakan untuk bergabung ke
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), Rabu (6/8/2014).
Kejadian tersebut terjadi pada tahun 2008
lalu, Mingming diculik dan dibawa ke salah satu rumah di Ciputat,
bersama tiga saudaranya. Sementara Rohani adik Mingming mengatakan saat
itu kakaknya telah dibaiat setelah sebelumnya diberi doktrin jihad
tentang iilmu jihad oleh Bahrun.
Keluarga Saefudin mengatakan bahwa
dirinya siap memberikan keterangan kepada polisi untuk membantu
menemukan rumah Bahrun yang ada di Ciputat. Hingga kini Mingming belum
kembali ke rumah (sumber: Metro TV / metrotvnews.com)
Siapakah: Orang-Orang Disekeliling
termasuk Rohani, Ming Ming Sari Nuryanti dan Bahrun (Bachrum)?
Kelihatan masih kabur tentang ketiga
orang itu, yang justru membuat jutaan masyarakat dan intelijen Indonesia
mencari tahu tentang siapa orang-orang tersebut? Bagaimana
kehidupannya? Dan kemana mereka kini?.
Maka admin ICC mencoba untuk mengumpulkan
data berupa berita sejak beberapa waktu lalu, yang mungkin masih
“tercecer” di dunia maya nan luas ini.
Ming-Ming Bantah Rohani Kabur Karena Penyekapan
Dipost pada Senin, 02 Mei 2011 18:50 WIB oleh Antaranews.com – Tangerang, (ANTARABanten) – Ming Ming Sari Nuryanti (21) kakak dari Rohani membantah peristiwa kabur adiknya karena penyekapan.
“Rohani meninggalkan rumah ini bukan
karena telah disekap melainkan keinginannya sendiri untuk bertemu orang
tuanya,” kata Ming-Ming Sari Nuryanti saat menggelar jumpa pers di rumah
Bachrum di Perumahan Benda Baru Blok C32 No.7D RT 02/010 Kelurahan Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan, Senin.
Sebelumnya, Rohani (11) diberitakan telah kabur dari rumah di Pamulang pada hari Jum`at (29/4/2011) dengan cara menaiki atap rumah warga.
Kemudian, setelah berhasil kabur, Rohani
diantarkan warga dan tiga petugas Polsek Pamulang ke rumahnya di Kampung
Sukasirna RT 20/0, Nomor 24 Desa Taman Sari, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ditambahkan Ming-ming, cara pergi dari
rumah yang dilakukan Rohani memang tidak wajar. Karena, hal tersebut
membuat fitnah dan pemberitaan buruk. Namun, dirinya menegaskan bila
Rohani tidak pernah mendapat kekerasan atau ajaran seperti yang
berkembang yakni Negara Islam Indonesia (NII).
“Rohani disini tinggal dan hidup seperti
anak kecil pada umumnya. Bahkan, bila ingin pulang ke Bogor pun, akan
diantarkan. Jadi, tidak ada perlakuan yang menyimpang,” katanya.
Dijelaskan Ming-ming, Rohani tinggal di rumah Bachrum sejak November 2010. Ketika itu, Ming-Ming bersama kedua adiknya, Lisa Sabnurputri (20) dan Melati Sabnurputri (18) kabur dari rumah dengan alasan tindak kekerasan yang dilakukan bapaknya, Syaifudin.
Ming-Ming kerap diperintah bekerja keras
untuk mencari uang dengan cara memulung botol bekas dan menyetorkannya
kepada bapaknya. Hingga akhirnya dirinya kabur bersama kedua adiknya.
Saat kabur, Ming-Ming menemukan Rohani
dibawah jok mobil. Selang beberapa bulan hidup mandiri dan ikut berbagai
kegiatan keagamaan, kemudian Ming-Ming bertemu dengan Bachrum.
Ketika itu, Bachrum dikenalnya sebagai ketua Lembaga Dakwah Kampus Universitas Pamulang. Sedangkan Ming-Ming adalah mahasiswa di kampus yang sama dengan jurusan Akuntansi.
“Karena marasa kasihan, kemudian Rohani diasuh oleh “Buya” (panggilan Bachrum,
red) karena saya sudah menikah dan tinggal di Bandung. Tetapi selama
diasuh, Rohani sering tidak betah dan keluar dari sekolahan,” katanya.
Hingga saat ini, Ming-Ming pun belum
melakukan komunikasi dengan adiknya Rohani pasca kejadianya kabur dari
rumah. “Beberapa kali saya telpon, namun telponnya tidak aktif. Padahal,
HP itu dibelikan oleh buya,” katanya.
Sementara itu, Bachrum, menolak bila
dirinya telah mendoktrin Rohani selama tinggal termasuk memberikan
penjaran NII. Meski jamaah wanitanya menggunakan cadar, namun hal
tersebut tidak bisa dikaitkan dengan jaringan NII.
“Saya tidak mengajarkan tentang kewajiban
bersedekah. Ajaran ini murni Islam. Sedangkan menggunakan cadar, adalah
bagian menutup aurat,” katanya. (sumber: Achmad Irfan /©2011 antaranews.com).
Kasus NII, Polisi Temui Kejanggalan di Rohani
Dipost pada Rabu, 4 Mei 2011, 15:40 – oleh: Viva.co.id – Polisi sedang menyelidiki keterkaitan kasus penyekapan Rohani Nurfitri (12) dengan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Pemeriksaan dilakukan setelah ditemukan kejanggalan pada diri Rohani.
Selain memintai keterangan Rohani, penyidik dari Polres Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga memeriksa Kenny, 14 tahun, yang merupakan kakak Rohani, dan kedua orangtuanya Syaefudin, 48 tahun dan Pujianti, 45 tahun.
Kapolres Bogor, Ajun Komisaris Besar
Polisi, Herry Santoso, mengatakan, pemeriksaan terhadap empat warga
Kampung Sukasirna RT 1 RW 8, Desa Tamansari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor itu dilakukan atas dasar laporan orang hilang.
Diterangkan Herry, pada 1 Oktober 2008 lalu, tujuh anak Syaefudin dan Pujianti yang bernama, Mingming
Sari Mulyati. (21), Lisa Sapnur (20), Melati Saputri (18), Kenny (14),
Rohani Nurfitri (12), Ramdhan Salahuddin (12) dan Mia (9), pergi dari rumah.
Kemudian pada 5 Oktober 2008, hanya tiga
dari ketujuhnya yang pulang ke rumah. Mereka adalah Kenny, Ramdhan
Salahudin dan Mia. “Kami memeriksa sesuai dengan laporan orangtuanya,
soal laporan orang hilang,” ujar Herry, saat ditemui di Mapolres Bogor,
Rabu 4 Mei 2011.
Selain itu, polisi sedang melakukan
koordinasi dengan Polda Metro Jaya terkait kasus yang menimpa warga
Rumpin itu. Pemeriksaan terhadap Saepudin dilakukan terkait keberadaan tiga anaknya yang belum diketahui.
Orangtua khawatir kalau anak mereka terkait dengan kelompok Negera Islam Indonesia (NNI). Dia berhadap polisi dapat membantu mencari anaknya yang belum pulang.
Saepudin menjelaskan, kekhawatirannya
terhadap keterlibatan anaknya dengan NII berawal saat anak pertamanya
Mingming Sari Mulyati, masuk kuliah di Perguruan Tinggi Pamulang Fakultas Ekonomi.
Sejak 2008, anaknya itu sudah ikut
pengajian di kampusnya. Sejak itu Sari jarang pulang dan selalu
menantang orangtua soal agama. Di pengajian itu dia dekat dengan Bachrumsyah, warga Pamulang. Dia bahkan mempengaruhi adikanya untuk ikut bersamanya.
Rohani Nurfitri, kabur dari rumah di Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan, karena sudah tidak betah. Rohani selalu diajarkan untuk membenci orangtuanya.
Dia kemudian kabur dari rumah di Jalan
Pamulang Permai, No 79, Blok C-32, RT 2 RW 10, setelah naik ke atap
rumah dan meminta tolong kepada warga setempat. Kejadian ini tentu
membuat gempar warga, yang kemudian membawa korban ke Polsek Pamulang,
Tangerang Selatan.
Pemilik rumah yang diketahui bernama
Bachrumsyah mengatakan, Rohani sudah tinggal di rumah itu selama enam
bulan. Itu karena keinginan sendiri, dan tidak ada unsur penyekapan. (sumber: Eko Priliawito laporan: Ayatullah Humaeni | Bogor, viva.co.id)
Disekap, Rohani Mengaku Selalu Dibawa Pindah
Dipost pada Rabu, 4 Mei 2011, 16:51 – oleh: Viva.co.id – Selama
disekap, Rohani Nurfitri mengaku selalu dibawa pindah dari satu kota ke
kota lainnya di Indonesia. Hal tersebut terungkap setelah Rohani pulang
ke rumah dan menceritakan apa yang dialami kepada orangtuanya.
Menurut Ayah Rohani, Ujang Sefudin (51),
anaknya sempat tinggal di Bandung dan Klaten, Jawa Tengah selama
beberapa bulan. “Kemudian menetap di Pamulang Barat,” jelas Saefudin
saat ditemui Mapolres Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu 4 Mei 2011.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini kondisi putrinya tersebut masih
shok dan belum mau banyak cerita soal kejadian yang dialaminya.
Bahkan, kata dia, putri kelima dari tujuh bersaudara itu tidak ingat lokasi rumah di daerah Pamulang
yang dijadikan tempat penyekapan selama tiga tahun. “Ketika saya tanya
alamat yang di Pamulang, anak saya tidak hafal. Tapi yang jelas di
daerah Pamulang Barat,” katanya.
Saat ini Polisi sedang menyelidiki keterkaitan kasus penyekapan Rohani Nurfitri, dengan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Pemeriksaan dilakukan setelah ditemukan kejanggalan pada diri Rohani.
Selain memintai keterangan Rohani,
penyidik dari Polres Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga memeriksa Kenny,
14 tahun, yang merupakan kakak Rohani, dan kedua orangtuanya Syaefudin,
48 tahun dan Pujianti, 45 tahun.
Kapolres Bogor, Ajun Komisaris Besar
Polisi, Herry Santoso, mengatakan, pemeriksaan terhadap empat warga
Kampung Sukasirna RT 1 RW 8, Desa Tamansari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor itu dilakukan atas dasar laporan orang hilang. (eh, Desy Afrianti, Laporan: Ayatullah Humaeni | Bogor, viva.co.id)
Bachrum: Saya Tidak Cuci Otak Rohani
Dipost pada Kamis, 5 Mei 2011, 06:32 – oleh: Viva.co.id
– Bachrumsyah mengaku kecewa setelah niat untuk menolong orang yang
sedang kesulitan ternyata berbuntut pahit. Saat ini, nama Bachrumsyah
menjadi sorotan karena dia dituduh mengajarkan aliran sesat kepada anak
12 tahun yang tinggal di rumahnya.
“Saya trauma,” kata Bachrumsyah saat berbincang dengan VIVAnews.com di kediamannya di jalan Pamulang Permai II No 79, Blok C-32, RT 2/10, Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan.
Bachrumyah mengungkapkan, saat itu
dirinya tidak pernah berpikir kalau orang yang ditolongnya justru
membuat dirinya menjadi susah. Walaupun dituduh tidak wajar oleh orang
sekelilingnya, namun Bachrumsyah mengaku tetap tenang menghadapi
tudingan tersebut.
“Kami sekarang Alhamdulillah tenang,
karena kami tidak berbuat salah. Saya ingin mencontohkan, ketika ada
yang tertabrak mobil, dan orang yang menabraknya kabur. Sekarang ada
orang yang menolongnya dan dijadikan tersangka, itulah posisi saya
sekarang ini,” ungkapnya.
Kegiatan sehari-hari Bachrumsyah menjadi Imam Masjid dan mengisi kajian
hingga kini masih tetap berlangsung. Tidak ada perubahan yang
signifikan terhadap dia maupun keluarganya. Bahkan, dirinya tidak merasa
dikucilkan, walaupun banyak orang yang tidak perduli terhadap
keluarganya.
Untuk berkehidupan bertetangga, dirinya
menjelaskan sikapnya tidak pernah tertutup. “Yang namanya hidup
bertetangga pasti ada masalah yang suka dan tidak suka, dan kebetulan
ditangkapnya yang buruk-buruk,” jelasnya.
Menurutnya, tudingan itu sudah membuat
dirinya tertekan. Sebab tidak ada alasan yang nyata jika dirinya
dianggap sebagai teroris, pembawa ajaran sesat bahkan perektrut Negara Islam Indonesia (NII). Bachrumsyah mengaku kecewa terhadap tudingan yang dilayangkan oleh ayah Rohani terhadap dirinya.
Ketika ada aliran sesat, lanjut Bachrum,
ayah Rohani datang ke salah satu stasiun televisi dan mengatakan anaknya
hilang lalu masuk aliran sesat.
“Saya sempat sedih ketika dibilang
diajarkan merakit bom. Jangankan merakit bom, merakit petasan aja saya
tidak bisa”. Sepanjang Rohani tinggal di rumahnya, kata Bachrum, ayah
Rohani, Saefudin tidak pernah datang untuk mengambil anaknya dan
mengajak Rohani untuk pulang.
“Jika saya dituduh menculik, menyekap dan
mencuci otak, saya siap diperiksa oleh polisi. Sepanjang Rohani tinggal
tidak pernah ada polisi yang berjaga-jaga di rumah saya,” tutupnya. (sumber: adi, Desy Afrianti, Siti Ruqoyah, viva.co.id)
Rohani Tak Pernah Diajarkan Islam Radikal
Dipost pada Kamis, 5 Mei 2011, 07:43 – oleh: Viva.co.id – Kasus dugaan penyekapan berbuntut cuci otak yang dituduhkan kepada Bachrumsyah dengan korban anak berusia 12 tahun bernama Rohani Nurfitri, dinilai terlalu berlebihan menurut kakak Rohani, Ming-ming Sari Nuryanti.
Ming-ming mengatakan bahwa Rohani tidak
pernah disekap atau diberikan pendidikan Islam yang radikal. Karena
alasan keluarga, Rohani kemudian dibawa Sari dan dititipkan kepada Bachrumsyah.
“Jika Rohani bicara seperti itu, itu
fitnah dan tidak benar. Saya membawa dia (Rohani) ke rumah kak Bachrum
karena dia sendiri yang mau ikut saya,” kata Ming-ming di Jalan Pamulang
Permai II Nomor 79, Blok C-32, RT 2 RW 10, Pondok Benda, Pamulang,
Tangerang Selatan, Rabu 4 Mei 2011.
Senada dengan Ming-ming, Bachrum dan
keluarganya terkejut karena ada informasi Rohani melarikan diri melalui
atap rumahnya. Selama tinggal bersama Bachrum, Rohani diberi kebebasan
dan diperlakukan layaknya anak sendiri. Agar Rohani tidak merasa
terintimidasi tinggal bersamanya.
“Tidak paham dan tidak mengerti kenapa
Rohani kabur. Saya menilai itu kenakalan saja. Kenapa harus lewat
genteng, kan tiap hari saya bebaskan, tetangga juga tahu,” jelas
Bachrum. Dia menilai, Rohani sebagai anak yang baik.
Sebelumnya, selama disekap, Rohani
mengaku selalu dibawa pindah dari satu kota ke kota lainnya di
Indonesia. Hal tersebut terungkap setelah Rohani pulang ke rumah dan
menceritakan apa yang dialami kepada orangtuanya.
Menurut Ayah Rohani, Ujang Saefudin (51),
anaknya sempat tinggal di Bandung dan Klaten, Jawa Tengah selama
beberapa bulan. “Kemudian menetap di Pamulang Barat,” jelas Saefudin
saat ditemui Mapolres Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu 4 Mei 2011.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini
kondisi putrinya tersebut masih syok dan belum mau banyak cerita soal
kejadian yang dialaminya.
Saat ini, Polisi sedang menyelidiki
keterkaitan kasus penyekapan Rohani Nurfitri, dengan kelompok Negara
Islam Indonesia (NII). Pemeriksaan dilakukan setelah ditemukan
kejanggalan pada diri Rohani.
Selain memintai keterangan Rohani,
penyidik dari Polres Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga memeriksa Kenny,
14 tahun, yang merupakan kakak Rohani, dan kedua orangtuanya Syaefudin,
48 tahun dan Pujianti, 45 tahun. (sumber: adi, Eko Priliawito, Siti Ruqoyah, viva.co.id)
Ayah Rohani Paksa Enam Anaknya Memulung
Dipost pada Kamis, 5 Mei 2011, 12:44 – oleh: Viva.co.id – Kakak Rohani Nurfitri, Mingming Sari Mulyati,
mengatakan, ayahnya, Ujang Saefudin, adalah tipikal orangtua yang suka
mengeksploitasi anak. Menurut Mingming, hal itulah yang mendasari dia
membawa keenam adiknya kabur dari rumah. Bahkan, kata Mingming,
adik-adiknya pernah disuruh menjadi pemulung.
“Itu berawal dari Pak Ujang punya obsesi
yang begitu besar. Ibaratnya jadi anak yang dibuang, anak yang tidak
berharga, dan tidak bisa menghasilkan,” kata Mingming saat ditemui VIVAnews di kediaman Bachrumsyah, di jalan Pamulang Permai II No 79, Blok C-32, RT 2/10, Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan.
Mingming menduga Ayahnya seperti itu
karena ingin jadi orang kaya. “Dia ingin menunjukkan kepada keluarga
besarnya, nih gua juga bisa punya mobil,” terangnya.
Saking kegilaannya pada harta, Ujang
melarang anaknya untuk menikah. “Karena disuruh kerja terus. Harus kerja
dulu sampai punya titel,” jelasnya. “Saya menikah diwakili oleh wali hakim,” tambahnya.
Tidak hanya itu, kata Mingming, Ayahnya
juga suka mengatur. Dia menginginkan supaya anaknya mengikuti kemauan
dia. Termasuk masalah penampilan. Ayah Mingming sangat keberatan dengan
cadar yang dikenakannya.
“Saya pernah dibilang ninja, dibilang
jagoan. Saya sudah biasa dibilang teroris, selagi tidak menghalangi saya
berjalan, yah tidak masalah,” ujarnya. Mingming mengakui Rohani juga memakai cadar. “Itu keinginan dia sendiri, tidak pernah saya suruh,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait kaburnya Mingming
yang dikaitkan dengan jaringan Negara Islam Indonesia (NII), dia
membantahnya. “Kita liat saja, seperti apa NII, saya juga baru dengar
istilah NII sekarang, tudahan NII sama sekali tidak benar,” akunya. (sumber: umi, Desy Afrianti, Siti Ruqoyah, viva.co.id)
Kisah Ming Ming Sari Nuryanti: Demi Bayar Kuliah, Gadis Berjilbab Ini Rela Jadi Pemulung
Dipost pada Sabtu, 27 Oktober 2012 oleh daone-kampungmayamacdhawanks @blogspot, sumber: Tabloid FENOMENAL Edisi 61 (21-27 Oktober 2012)
Dulu saya berangkat ke kampus dari rumah di Rumpin, Bogor,” kata mahasiswi Universitas Pamulang Jurusan Akuntansi.
Dalam jarak tak kurang 10 km yang
menghabiskan waktu hingga 3 jam itulah ia kerap sambil bekerja, memulung
bekas gelas atau botol air mineral maupun kemasan bekas susu formula.
Pekerjaan yang dilakoninya sejak tahun 2004, saat ia duduk di bangku
kelas satu SMA Negeri 1 Rumpin, Bogor.
Dua bulan belakangan gadis yang bernama Ming Ming Sari Nuryanti yang akrab dipanggil Muna ini tinggal bersama teman-teman kampusnya di sekretariat UKM Muslim yang terletak di belakang kawasan kampus Umpam.
Orang tua, terutama ayahnya, Syaepuddin (45) akhirnya mengijinkan Muna tinggal bersama teman-teman karena efektivitas waktu.
Sampai saat ini, aktivitas memulung Muna
memang masih berjalan meski tidak seaktif biasanya karena ia harus
kuliah dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Semenjak tinggal di UKM
Muslim beberapa temannya bahkan membantu dengan mengumpulkan gelas dan
botol bekas air mineral selepas ada kegiatan kampus.
Sebelumnya, Muna telah menjalani aktivitas memulung sejak kelas satu SMA, tahun 2004. Ayahnya bekerja di tempat bowling di kawasan Ancol sebagai pemungut bola dan membawa perlengkapan pengunjung.
Lepas SMP, Muna sadar bahwa keluarganya sedang dalam taraf “paceklik”, pengunjung bowling
sepi hingga penghasilan sang Ayah menipis. Saat itulah, salah seorang
teman ayahnya mengatakan bahwa gelas dan botol air mineral bekas dapat
menghasilkan uang. Maka mulailah Muna sekeluarga memulung untuk kemudian
dijual ke pengepul.
“Awalnya minder pas pertama kali mau terjun buat mulung, shock
gitu lah. Seiring dengan perjalanan waktu akhirnya ada kesadaran bahwa
Islam tidak mengajarkan kita untuk minder dan menangisi nasib, kita
harus sabar dan tawadhu, dijalani dengan senang hati semangat semuanya
dilakukan dengan niat karena Allah,” kata gadis yang sudah aktif di
Rohis sejak SMA ini.
Bukan hal yang mudah bagi anak SMA untuk
menjalani profesi sebagai pemulung. Di saat ABG lain sedang berlomba
menampilkan sisi lain menarik dari diri mereka.
“Pernah ketemu teman satu sekolah pas lagi mulung. Tadinya saya mau menyapa duluan tapi dia langsung kabur, mungkin shock
melihat temannya dalam kondisi ini. Mungkin dia belum pernah ketemu
sama temannya yang dalam keadaan memulung,” kata Muna yang selalu
berusaha untuk berbaik sangka pada orang lain.
Lambat laun, guru-guru di sekolah pun
tahu kondisi Muna karena ia sering telat bayar uang sekolah. “Sering
dapat kebijakan dari sekolah karena saya bilang kalau saya dapat uang
itu ya terbatas, paling 3 bulan sekali karena dapat uang itu dari
memulung,” ungkap sulung dari tujuh bersaudara.
Meski dalam keterbatasan, bukan alasan
bagi Muna dan juga keluarganya untuk mengorbankan pendidikan. Terbukti,
ia dan adik-adiknya tak ada yang tidak bersekolah. Adik-adiknya, Lisa Sab Nuryanti saat ini sedang menunggu pengumuman hasil tes masuk masuk di UIN.
Melati Sab Putri saat ini duduk di kelas 2 SMAN 1 Rumpin, Kenny Puja Nurwati kelas 1 SMP Informatika, Rohani Nurfitri kelas 6 SDN Kertajaya VI, Romadhon Syawaluddin kelas 5 SDN kertajaya VI, dan Mia Syaprianti kelas 2 SDN.
Diliput Media
Bukan hal yang mudah pula bagi Muna
menyicip bangku kuliah. Lulus SMA, sambil menunggu waktu masuk perguruan
tinggi, ia sempat bekerja di Temprint di kawasan Palmerah selama dua bulan. Saat memilih universitas, diantara sekian banyak pilihan, ia memilh Umpam (Universitas Pamulang) dengan pertimbangan biaya sebasar Rp. 900.000 dan dapat dicicil perbulan Rp. 150.000.
Padahal jarak yang harus ia tempuh bukan
jarak yang dekat. Sebelum tinggal di UKM Muslim, ia malah terbiasa
berjalan kaki atau menumpang truk untuk pulang dari Pamulang ke Bogor.
“Dulu makan juga cuma sekali, di rumah
aja, tapi porsinya jadi dobel,” kenangnya, tertawa. Saat ini, ia boleh
sedikit berlega hati karena bisa memasak dan tinggal dekat dengan
kampus. “Tiap minggu saya pulang ke Rumpin” katanya.
Di sela-sela kesibukannya kuliah, Muna
masih sempat mengumpulkan gelas dan botol aqua bekas hingga kini.
“Alhamdulillah saya nggak merasa bosan dengan pekerjaan ini,” kata gadis
kelahiran 28 April 1990 ini.
Meski begitu, ia tak menampik jika lahan
sekarang semakin sempit akibat jumlah pemulung yang bertambah dan ruang
geraknya yang berkurang. Saat ini untuk mengumpulkan satu karung botol
dan gelas air mineral bekas ia memerlukan waktu berhari-hari, padahal
perkilogram botol mineral bekas hanya seharga Rp. 5000 dan gelas air
mineral Rp. 10.000.
Tidak sedikit yang mencibir atas profesi
yang dilakoni gadis yang mengidolakan Rasulullah ini. Bahkan komentar
bernada negative kerap didapatnya dari tetangga di Rumpin, tak jarang ia
menjumpai raut muka tak bersahabat dari orang-orang yang dikenalnya.
Meski begitu, Muna mengaku tak pernah drop semangat dengan semuanya itu. “Alhamdulillah nggak sempet drop
semangat karena pendapat-pendapat yang nggak enak. Karena kan kalau
yang namanya komentar negative begitu lebih baik tidak dipedulikan. Kan
yang memberi rezki itu Allah, bukan mereka,” tukas Muna ringan.
Keprihatinan yang dialami keluarga Muna
baru diketahui ketika kawan-kawannya berkunjung ke rumahnya. Semenjak
itu, ia semakin mendapat perhatian dari pengurus UKM Muslim dan
kawan-kawannya dengan memberinya bantuan yang memang jumlahnya belum
cukup signifikan.
Ust. Harist, salah
seorang Pembina Muslim merekomendasikan Muna untuk mendapat bantuan
beasiswa melalui DPU DT. Alhamdulillah, setelah mengikuti seleksi
akhirnya Muna lolos menjadi anggota program Bea Mahakarya DPU DT.
Dalam program Bea Mahakarya ini
selain mendapat bantuan finansial ia juga memperoleh serangkaian
pendidikan dan pelatihan yang dapat menjadi bekal bagi dirinya kedepan.
Muna terlihat semakin optimis mengejar cita-citanya.
Selain itu pula, atas usaha dan dukungan
kawan-kawannya ia dapat diliput di beberapa media cetak dan elektronik
yang mudah-mudahan dapat dijadikan pintu keluar bagi keprihatinan yang
ia alami sekeluarga selama ini.
Cita-citanya adalah menjadi seorang
pendakwah yang sekaligus akuntan, ini sesuai dengan hobinya yang senang
menasehati dalam beberapa kebenaran (watawassaubilhaq).
Apa targetnya dalam waktu dekat? “Menikah
sebelum S1,” tutupnya mantap. Semoga bermanfaat dan mebuat kita
berfikir lebih sebagai inspirasi kita. (Sumber : kampungmayamacdhawanks@blogspot dari: Tabloid FENOMENAL Edisi 61 (21-27 Oktober 2012).
Gabung ke ISIS, Bahrumsyah Tak Selesaikan Kuliah di UIN Syarif Hidayatullah
Dipost pada Rabu, 6 Agustus 2014 | 12:27 WIB – oleh Kompas.com – JAKARTA, KOMPAS.com — Laki-laki bersorban dan berbaju serba hitam yang mengajak masyarakat Indonesia bergabung dengan ISIS dalam video di YouTube sempat kuliah di UIN Syarief Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan.
Peneliti terorisme, Ridlwan Habib, mengungkapkan bahwa laki-laki tersebut diduga kuat adalah Bahrumsyah.
Menurut Ridlwan, Bahrumsyah pernah menempuh kuliah di UIN Ciputat tahun
2004. Namun, ia tidak menyelesaikan kuliahnya lantaran lebih tertarik
bergabung dengan kelompok-kelompok militan Muslim.
Awalnya Bahrumsyah bergabung dengan kelompok Abu Jibril di Ciputat. Lantaran tak sepaham, Bahrumsyah keluar.
“Terakhir, Bahrumsyah berguru ke Ustaz Amman Abdurahman
yang terlibat bom Cimanggis 2004 dan Jantho. Amman kini berada di Lapas
Nusakambangan,” lanjut Ridlwan, dalam perbincangan dengan Tribunnews.com, Selasa (5/8/2014) malam.
Begitu Ustaz Amman dipenjara, lanjut
Ridlwan, Bahrumsyah bergabung dengan Muh Fachri. Bahrumsyah dan Muh
Fachri kemudian bergabung dalam kelompok Forum Aktivis Syariat Islam (Faksi). Menurut Ridlwan, Faksi inilah yang kemudian menjadi buffer untuk perkembangan ISIS di Indonesia.
“Pada Februari 2014 lalu, Faksi
mendeklarasikan diri secara terbuka mendukung ISIS dalam aksi terbuka di
Bundaran HI Jakarta,” lanjut Ridlwan.
Setelah itu, Faksi melakukan deklarasi
mendukung ISIS di berbagai daerah Indonesia, antara lain di kampus UIN
Ciputat, Bekasi, Bima, Lombok, dan Poso. “Terakhir di Malang, tetapi
tidak jadi,” ujar Ridlwan.
Berdasarkan informasi yang didapat
Ridlwan, Bahrumsyah sampai pertengahan Maret 2014 lalu masih berada di
Indonesia. Kabarnya, Bahrumsyah baru berangkat ke Suriah sekitar akhir
Maret 2014.
Meski menjadi murid Ustaz Amman,
Bahrumsyah belum pernah terlibat aksi terorisme. Oleh karena itu,
Bahrumsyah bisa bebas mengurus paspor dan visa untuk terbang ke Suriah. (sumber: Kompas)
Heboh ajakan jihad budak seks berhadiah surga di kampus UIN
Pengakuan Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan UIN, Sudarnoto Abdul Hakim itu mengejutkan. Dia mengaku
ISIS membuka lowongan budak seks pemuas birahi bagi para jihadis ISIS
agar bersemangat memerangi kafir.
“Dalam pamflet ini disebutkan agar
‘ukhti’ yang mau melamar pemuas seks kelompok jihadis bisa menghubungi
sekretariat ISIS Indonesia di Masjid Fathullah UIN Jakarta,” bebernya.
Hal ini menimbulkan polemik. Sejumlah pihak meyakini jihad seks itu
tidak ada. Bukan ISIS yang menyebarkan pamflet ini.
Istilah jihad seks ini pertama kali
disampaikan Menteri Dalam Negeri Tunisia Lotfi Bin Jeddo. Dia mengatakan
perempuan Tunisia yang pergi ke Suriah untuk berjihad seks. Banyak di
antara mereka yang hamil.
Menurut Jeddo, gadis-gadis Tunisia itu
kerap berhubungan seks dengan 20, 30, hingga seratus pemberontak Suriah.
Kemudian muncul beberapa wanita di video yang mengaku dipaksa melayani
para pria di kubu pemberontak Suriah dan melakukan jihad seks.
Belakangan ada yang mengklaim video itu rekayasa belaka.
Pemerintah Asaad sengaja melemparkan isu
jihad seks itu. Kini istilah jihad seks muncul di Indonesia. Berikut
kehebohan dan polemik soal hal ini.
1. Kapolri minta tolak ajakan jihad seks
Kapolri Jenderal Sutarman akan mengecek keberadaan pamflet jihad seks yang disebut beredar di UIN.
“Kita belum menemukan itu ajakan-ajakan
itu harus kita evaluasi dan harus dilakukan upaya untuk mencegah bukan
hanya polisi juga, tapi juga masyarakat,” jelas Kapolri Jenderal
Sutarman di Rupatama Polri, Jakarta, Jumat (8/8/2014).
Kapolri pun mengingatkan agar masyarakat
tidak terpengaruh pamflet tersebut jika tidak ingin menjadi korban.
“Mengingatkan masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh ajakan mereka
untuk melakukan jihad hingga akhirnya seperti di Suriah 4 menjadi
korban,” sambung dia.
2. Tak ada jihad seks, bahkan di Suriah
Peneliti terorisme Universitas Indonesia
Ridlwan Habib, yakin selebaran jihad seks itu merupakan propaganda yang
menyesatkan. “Tidak ada jihad seks di Suriah. Apalagi mobilisasi wanita
muslimah seperti publikasi itu,” kata Ridlwan.
Menurut alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen
UI itu tidak ada satu pun ajaran ‘jihad seks’ dalam Islam. “Kalaupun
ada selebaran itu, justru bisa menjadi bukti untuk melaporkan ke aparat
hukum,karena merupakan hasutan jahat,”katanya.
Pihak UIN bisa melacak siapa yang membuat
selebaran itu. Misalnya nomor telepon atau nama contact person di
selebaran itu. “Saya tidak yakin kelompok pro ISIS atau pro Daulah
Islamiyah itu yang membuat. Mungkin fihak lain untuk tujuan fitnah,”
katanya.
3. Jihad tak pantas disejajarkan seks
Ketua MPR Sidarto Danusubroto menegaskan
pamfletjihad seks itu menyesatkan dan isinya menyalahgunakan ajaran
agama Islam. “Itu kan menyalahgunakan ajaran agama kan itu. Itu jelas
penyesatan itu. Jihad tidak untuk itu,” kata Sidarto di Komplek Parlemen
Senayan, Jakarta, Jumat (8/8/2014).
Sidarto menyesalkan jika civitas
academica kampus ada yang terpengaruh atas iklan menyesatkan tersebut.
Mantan ajudan Bung Karno ini meminta rektor, dosen dan cendikiawan
kampus untuk melakukan pencerahan kepada mahasiswanya.
“Lho kampus itu kan kaum cendekiawan kan,
kalau dia mau disesatkan begitu itu saya sesalkan sekali. Saya harapkan
supaya rektor, para dosen, para cendekiawan di kampus itu melakukan
suatu pencerahan kepada mahasiswanya, bahwa jihad itu sangat tidak elok
disejajarkan dengan masalah itu (seks). Jihad agama itu jihad yang suci
kan, tidak untuk itu kan,” tegas Sidarto.
4. Jihad seks itu zina
Wakil Ketua MPR RI Achmad Dimyati
Natakuma menambahkan, penyebar pamflet jihad seks tersebut sudah
melakukan tindak pidana. Tak ada jihad seks, jika benar ada itu zinah.
“Itu disimpangkan. Itu zina nggak boleh,
itu dilarang oleh agama. Siapa yang melakukan itu? Itu dilarang oleh
agama. Yang nempelkan pamflet saja udah nggak bener. Itu dicari oleh
polisi. Itu yang menempelkan itu pidana. Tidak boleh,” imbuh Dimyati.
Oleh sebab itu, Dimyati mendesak aparat
kepolisian untuk segera bertindak dan menangkap penyebar pamflet
tersebut. “Bukan hanya dari rektor. Itu pidana. Itu Undang-undang
melarang. Polisi segera menindak. Itu ajaran sesat,” tutur Dimyati.
5. Bukan ISIS yang menyebar
Wakil Ketua MPR Hajriyanto Thohari yakin pamflet ini tak disebarkan oleh ISIS Indonesia.
“Ini kan ekses-ekses pilpres (pada kala
itu), banyak pamflet yang tidak otentik. Pamflet, slogan-slogan, baliho
yang tidak otentik dalam artian sebetulnya dibuat bukan oleh kelompok
dari partai pendukung tapi bisa dibuat counter oleh pihak lain,” kata
Hajriyanto di Jakarta, Jumat (8/8/2014).
Dia meminta masalah jihad seks ini diselidiki. Menurutnya tak mungkin
hal ini bisa terjadi di Indonesia. Pihak UIN yang pertama kali melempar
isu ini harus mengusut, siapa yang menyebar kabar tidak sedap ini.
“Saya melihat kok jauh banget. Bukan
hanya dari kebiasaan orang indonesia yang berbicara tentang seks
sedemikian terbuka,” katanya.
Sedangkan menurut Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan UIN, Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan ada upaya jahat yang
disebarkan oleh kelompok Islamic State of Iraq dan Syria (ISIS) di Indonesia di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
“Upaya itu terang-terangan dilakukan oleh
ISIS di lingkungan UIN antara lain dengan disebarkannya lowongan budak
seks pemuas birahi bagi para jihadis ISIS agar bersemangat memerangi
kafir,” ujarnya.
Dia juga membeberkan ada sebuah pamflet
yang disebar agar ‘ukhti’ yang melamar pemuas seks kelompok jihadis bisa
menghubungi sekretariat ISIS Indonesia di Masjid Fathullah UIN Jakarta.
“Dalam pamflet ini disebutkan agar
‘ukhti’ yang mau melamar pemuas seks kelompok jihadis bisa menghubungi
sekretariat ISIS Indonesia di Masjid Fathullah UIN Jakarta,” bebernya.
Namun menurut peneliti terorisme Universitas Indonesia Ridlwan Habib,
selebaran itu merupakan propaganda yang menyesatkan.
“Tidak ada jihad seks di Suriah. Apalagi
mobilisasi wanita muslimah seperti publikasi itu,” kata Ridlwan. Menurut
alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen UI itu tidak ada satu pun ajaran
‘jihad seks’ dalam Islam. “Kalaupun ada selebaran itu, justru bisa
menjadi bukti untuk melaporkan ke aparat hukum,karena merupakan hasutan
jahat,”katanya.
Pihak UIN bisa melacak siapa yang membuat
selebaran itu. Misalnya nomer telepon atau nama contact person di
selebaran itu. “Saya tidak yakin kelompok pro ISIS atau pro Daulah
Islamiyah itu yang membuat. Mungkin fihak lain untuk tujuan fitnah,”
katanya. (sumber: merdeka)
0 komentar:
Posting Komentar