mulai merokok atau meneruskan kebiasaan anda mengisap asap tembakau.
Tetapi adalah hak anda untuk percaya atau tidak bahwa nikotin dan zat-zat lain yang juga berasal dari alam dan berada di dalam rokok juga mempunyai kegunaan.
Anda pasti terkaget-kaget ketika membaca 
judul artikel ini. Sama seperti terkejutnya saya ketika pertama kali 
membaca dari sumbernya, Forces The Evidence Therapeutic Effects Of Smoking.
Kita sadar informasi negatif tentang 
rokok dan kebiasaan merokok dijejalkan kepada kita sudah sejak lama. 
Sebagian besar menghubung-hubungkan dampak buruk asap rokok dan zat-zat 
yang terkandung di dalamnya terhadap kesehatan tubuh manusia.
Informasi tersebut diterima oleh 
masyarakat luas yang awam mengenai riset dan penelitian sebagai 
kebenaran mutlak yang tidak perlu diperdebatkan.
Namun tidak demikian dengan para ilmuwan.
 Sesuai dengan bidang ilmunya mereka mengadakan penelitian seputar 
dampak rokok dan merokok bagi kesehatan dengan berangkat dari dasar 
pemikiran yang netral.
Mereka mencoba menggali adakah manfaat 
zat-zat yang terdapat di dalam sebatang rokok untuk kesehatan manusia, 
yang selama ini sudah diberi stigma negatif secara luas.
Berikut beberapa riset yang menguak 
manfaat rokok bagi kesehatan manusia. Saya bukan seorang dokter atau 
peneliti bidang kesehatan, jadi pembahasan ilmiah tentang isi warta ini 
bisa diperdebatkan oleh para pakar sendiri.
1. Merokok Mengurangi Resiko Parkinson
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa merokok melawan penyakit Parkinson.
 Sebuah penelitian terbaru menambah kuat bukti sebelumnya yang 
melaporkan bahwa merokok dapat melindungi manusia dari penyakit 
Parkinson.
Secara khusus, penelitian baru tersebut 
menunjukkan hubungan temporal antara kebiasaan merokok dan berkurangnya 
risiko penyakit Parkinson. Artinya, efek perlindungan terhadap Parkinson
 berkurang setelah perokok menghentikan kebiasaan merokoknya. (sumber: Smoking lowers Parkinson’s disease risk)
Studi lain mengenai pengaruh positif merokok terhadap Parkinson Desease
 (PD) adalah sebuah penelitian terhadap 113 pasangan kembar laki-laki. 
Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Tanner terus melihat perbedaan yang 
signifikan ketika dosis dihitung sampai 10 atau 20 tahun sebelum 
diagnosis.
Mereka menyimpulkan bahwa temuan ini menyangkal pernyataan bahwa orang yang merokok cenderung memiliki PD. (sumber: Smoking and Parkinson’s disease in twins). Selain itu, masih banyak penelitian yang lainnya mengenai kebiasaan merokok yang berguna melawan Parkinson.
2. Perokok lebih kuat dan cepat sembuh dari Serangan Jantung dan Stroke
Penelitian besar menunjukkan manfaat lain
 merokok, yakni manfaat terhadap restenosis atau penyempitan pembuluh 
darah yang menyebabkan aliran darah menjadi terbatas, seperti pembuluh 
darah ke jantung (cardiovaskular disease) atau ke otak (stroke). Perokok memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup dan penyembuhan yang lebih cepat. (sumber: Impact of Smoking on Clinical and Angiographic Restenosis After Percutaneous Coronary Intervention)
Penelitian lain menyebutkan karbon monoksida dapat mengurangi Serangan Jantung (Myocardial infarction) dan Stroke.
 Karbon monoksida merupakan produk sampingan dari asap tembakau. Sebuah 
laporan menunjukkan tingkat sangat rendah dari karbon monoksida dapat 
membantu para korban serangan jantung dan stroke.
Karbon monoksida menghambat pembekuan 
darah, sehingga melarutkan gumpalan berbahaya di pembuluh arteri. Para 
peneliti memfokuskan pada kemiripan yang dekat antara karbon monoksida 
dengan oksida nitrat yang menjaga pembuluh darah tetap melebar dan 
mencegah penumpukan sel darah putih.
Baru-baru ini oksida nitrat telah 
ditingkatkan statusnya dari polutan udara biasa menjadi penghubung 
fisiologis terpenting kedua secara internal. Oleh karena itu tidak akan 
mengherankan kalau karbon monoksida secara paradoks dapat menyelamatkan 
paru-paru dari cedera akibat penyumbatan pembuluh darah ke jantung (cardiovascular blockage). (sumber: The Carbon Monoxide Paradox)
3. Merokok mengurangi resiko penyakit “Susut Gusi” (Gingival recession) yang parah
Dulu disebutkan bahwa tembakau adalah 
akar semua permasalahan penyakit gigi dan mulut. Padahal sebuah studi 
telah menunjukkan bahwa sebenarnya perokok berisiko lebih rendah 
terhadap penyakit gusi seperti susut gusi atau Gingival recession. (sumber: Smoking Does Not Increase Risk Of Receding Gums)
4. Merokok mencegah Asma dan penyakit karena Alergi lainnya
Sebuah studi dari dua generasi penduduk 
Swedia menunjukkan dalam analisis multi variasi, beberapa anak dari para
 ibu yang merokok sedikitnya 15 batang sehari, cenderung memiliki 
peluang yang lebih rendah untuk menderita alergi rhino-conjunctivitis, allergic conjunctivitis
 (alergi pada membran mata), alergi asma, eksim atopik dan alergi 
makanan, dibandingkan dengan anak-anak dari para ibu yang tidak pernah 
merokok.
Penelitian sebelumnya telah memberikan 
hasil yang bertentangan mengenai dampak paparan asap tembakau pada 
sensibilization atopik.
Sebuah studi cross-sectional dari 
kebiasaan perokok dan mantan perokok dalam kaitannya dengan gangguan 
atopik dari data pada 6909 orang dewasa muda dan setengah baya (16-49 
tahun) dan 4472 anak-anak (3-15 tahun) dari Swedish Survey of Living Conditions tahun 1996-97.
Hasil: Prevalensi asma alergi dan alergi rhino-konjungtivitis menurun, secara dosis-respons / dose-response manner (masing-masing P=0,03 dan P=0,004), dengan peningkatan paparan asap tembakau dalam penelitian pada populasi dewasa.
Anak-anak dari ayah yang merokok sedikitnya 15 batang rokok sehari memiliki kecenderungan yang sama. (sumber: Does tobacco smoke prevent atopic disorders? A study of two generations of Swedish residents)
5. Nikotin membunuh kuman penyebab Tuberculosis (TB)
Suatu hari, Nikotin mungkin menjadi alternatif yang mengejutkan sebagai obat Tubercolosis atau TBC yang susah diobati, kata seorang peneliti dari University of Central Florida (UCF).
Senyawa ini menghentikan pertumbuhan 
kuman TBC dalam sebuah tes laboratorium, bahkan bila digunakan dalam 
jumlah kecil saja, kata Saleh Naser, seorang profesor mikrobiologi dan 
biologi molekuler di UCF. Kebanyakan ilmuwan setuju bahwa nikotin adalah
 zat yang menyebabkan orang menjadi kecanduan rokok.(sumber: Shocker: ‘Villain’ nicotine slays TB)
6. Merokok mencegah Kanker Kulit yang langka
Seorang peneliti pada National Cancer Institute
 berpendapat bahwa merokok dapat mencegah pengembangan kanker kulit yang
 menimpa terutama orang tua di Mediterania, wilayah Italia Selatan, 
Yunani dan Israel.
Bukan berarti merokok disarankan untuk 
populasi itu, kata Dr James Goedert, namun yang penting adalah merokok 
tembakau dapat membantu untuk mencegah kanker yang langka bentuk. Dan 
ini adalah sebuah pengakuan dari peneliti di National Cancer Institute bahwa ada manfaat dari rokok.
Goedert yang bergabung di American Association for Cancer Research (AACR) mengatakan bahwa ia tetap tidak akan merekomendasikan merokok, bahkan kepada anggota populasi yang telah diteliti.
 “Studi ini 
menunjukkan merokok menghasilkan risiko lebih rendah penderita penyakit 
langka yang jarang dan berakibat fatal,” katanya ringkas. (sumber: Smoking Cuts Risk of Rare Cancer).
7. Merokok mengurangi resiko terkena Kanker Payudara
Sebuah penelitian baru dalam jurnal dari National Cancer Institute
 (20 Mei 1998) melaporkan bahwa pembawa mutasi gen tertentu (yang 
cenderung sebagai pembawa kanker payudara), yang merokok selama lebih 
dari 4 pak tahun (yaitu, jumlah pak per hari dikalikan dengan jumlah 
lamanya tahun merokok) menurut statistik ternyata mengalami penurunan 
signifikan sebesar 54 persen dalam insiden kanker payudara bila 
dibandingkan dengan pembawa yang tidak pernah merokok. Salah satu 
kekuatan dari penelitian ini adalah bahwa penurunan insiden melebihi 
ambang 50 persen. (sumber: Cigarettes May Have an Up Side)
8. Nitrat Oksida dalam Nikotin mengurangi Radang Usus Besar
Nikotin mengurangi aktivitas otot melingkar, terutama melalui pelepasan nitrat oksida, dalam kasus ulcerative colitis (UC) atau radang usus.
 Temuan ini dapat menjelaskan beberapa terapi manfaat dari nikotin (dan 
merokok) terhadap UC dan dapat menjelaskan mengenai disfungsi penggerak 
kolon pada penyakit aktif. (sumber: Nitric oxide mediates a therapeutic effect of nicotine in ulcerative colitis)
9. Efek transdermal nikotin pada kinerja kognitif (berpikir) penderita Down Syndrome
Sebuah penelitian mengenai pengaruh 
rangsangan nikotin-agonis dengan 5 mg jaringan kulit implan lebih baik 
bahkan jika dibandingkan dengan plasebo (obat kontrol), pada kinerja kognitif pada lima orang dewasa dengan gangguan kinerja kognitif (berfikir).
Perbaikan kemungkinan berhubungan dengan perhatian dan pengolahan informasi yang terlihat pada pasien Down Syndrom dibandingkan dengan kontrol kesehatan lainnya. (sumber: Effects of transdermal nicotine on cognitive performance in Down’s syndrome)
Down syndrome
 adalah penyakit yang disebabkan adanya kelainan pada kromosom 21 pada 
pita q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi 
klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan 
pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 
1866 oleh Dr.John Longdon Down.
10. Merokok baik bagi ibu hamil untuk mencegah Hipertensi di masa kehamilan dan penularan ibu-anak infeksi Helicobacter pylori
Konsentrasi urin cotinine (tembakau yang bermetabolis di dalam tubuh) mengkonfirmasi berkurangnya risiko Preeklamsia
 dengan paparan tembakau Eksposur. Pre-eklamsia adalah kondisi medis di 
mana hipertensi muncul dalam kehamilan (kehamilan dengan hipertensi) 
yang bekerjasama dengan sejumlah besar protein dalam urin.
Pre-eklampsia
 ditandai dengan tekanan darah tinggi, kenaikan kadar protein di dalam 
urin (proteinuria), dan pembengkakan pada tungkai (edema).
Pre-eklampsia dialami oleh ibu yang 
sedang hamil, terutama para ibu muda yang baru pertama kali hamil. 
Penyebab pasti pre-eklampsia belum diketahui, sehingga masih sulit untuk
 dicegah kemunculannya.
Jika pre-eklampsia bertambah parah pada 
masa kehamilan, maka akan menyebabkan eklampsia yang dapat berujung pada
 kematian. Studi ini, meskipun kecil, menunjukkan salah satu manfaat 
dari merokok selama kehamilan.
“Temuan ini, diperoleh dengan menggunakan
 uji laboratorium, mengkonfirmasi penurunan risiko preeklamsia 
berkembang dengan paparan tembakau (Am J Obstet Gynecol 1999;. 
181:1192-6.). (sumber: Urinary cotinine concentration confirms the reduced risk of preeclampsia with tobacco exposure)
Sebuah penelitian lain menemukan hubungan terbalik yang kuat antara ibu yang merokok dan infeksi Helicobacter pylori
 di antara anak-anak prasekolah, di mana ditunjukkan kemungkinan bahwa 
penularan ibu-anak berupa infeksi mungkin kurang efisien jika ibu 
merokok.
Untuk mengevaluasi hipotesis ini lebih lanjut, dilakukan studi berbasis populasi di mana infeksi H. pylori diukur dengan 13C-urea breath test (tes kandungan urea pada nafas) dalam 947 anak-anak prasekolah dan ibu-ibu mereka.
Kami memperoleh informasi rinci tentang 
faktor-faktor risiko potensial untuk infeksi, termasuk ibu merokok, 
dengan menggunakan kuesioner standar.
Secara keseluruhan, 9,8% (93 dari 947) 
dari anak-anak dan 34,7% (329 dari 947) dari ibu-ibu telah terinfeksi. 
Prevalensi (rasio jumlah kejadian penyakit dengan unit pada populasi 
beresiko) infeksi jauh lebih rendah di antara anak-anak dari ibu yang 
tidak terinfeksi (1,9%) dibandingkan pada anak-anak dari ibu yang 
terinfeksi (24,7%).
Ada hubungan terbalik yang kuat infeksi anak-anak dengan ibu yang merokok (odds ratio
 atau penyimpangan disesuaikan = 0,24; interval kepercayaan 95% = 
0,12-0,49) di antara anak-anak dari ibu yang terinfeksi, tetapi tidak di
 antara anak-anak dari ibu yang terinfeksi. Hasil ini mendukung 
hipotesis dari peran utama untuk penularan ibu-anak berupa infeksi H. 
pylori, yang mungkin menjadi kurang efisien jika si ibu merokok. (sumber: Forces The Evidence Smoking, Pregnancy, And Reproduction)
Riset-Riset Yang Tak Pernah Dipublikasikan Secara Luas
Barangkali anda mencurigai bahwa 
riset-riset yang telah disebutkan diatas tersebut didanai oleh 
perusahaan rokok. Tapi riset-riset ini ternyata justru tidak pernah 
dipublikasikan secara meluas, kalau memang bertujuan mendukung promosi 
rokok. Sedangkan informasi ilmiah mengenai bahaya merokok sudah kita 
ketahui sangat dominan dipublikasikan.
Sebetulnya apapun itu tetap mempunyai dua
 sisi yang berbeda, dan propaganda anti-rokok inilah yang juga perlu 
dicurigai sebagai upaya mendongkrak penjualan obat-obatan dari 
perusahaan farmasi.
Demikianlah artikel yang menguak 
temuan-temuan para peneliti dan ilmuwan tentang rokok dalam sisi yang 
berbeda dari sekian banyak artikel yang dominan.
Namun sekali lagi untuk sedekar 
mengingatkan, bahwa artikel ini tentu tidak bermaksud mengajak anda 
untuk mulai merokok atau meneruskan kebiasaan anda mengisap asap 
tembakau. Tetapi adalah hak anda untuk percaya atau tidak bahwa nikotin 
dan zat-zat lain yang juga berasal dari alam dan berada di dalam rokok 
juga mempunyai kegunaan. Wallahua’lam.






0 komentar:
Posting Komentar