Alam Semesta Tanpa Awal Dan Akhir, Tidak Ada Big Bang!
12 Feb 2015
Salah satu model teori yang baru-baru ini diungkapkan ilmuwan, bahwa alam semesta mungkin telah ada selamanya tanpa Big Bang.
 Teori ini didasarkan menurut model yang berlaku dalam koreksi kuantum 
untuk melengkapi teori relativitas Einstein. Teori ini menjelaskan 
materi gelap dan energi gelap, bahkan menurut ilmuwan akan menyelesaikan
 beberapa masalah sekaligus tentang misteri alam semesta. 
Model ini menghindari singularitas karena perbedaan utama antara 
Geodesics klasik dan lintasan Bohmian. Geodesics klasik umumnya 
berpengaruh saling silang, dan titik pertemuannya adalah singularitas. 
Sebaliknya, lintasan Bohmian tak pernah saling silang sehingga 
singularitas tidak muncul dalam persamaan. Para ilmuwan menuliskan hasil
 analisa ini dalam sebuah makalah, diterbitkan dalam jurnal Physics 
Letters B, mereka menjelaskan singularitas Big Bang dapat diatasi dengan
 model hipotesis baru dimana alam semesta tidak memiliki awal dan akhir.
Alam Semesta Tanpa Awal Dan Akhir
Sejak kapan alam semesta tercipta? Secara luas telah diperkirakan melalui model relativitas umum berkisar 13,8 miliar tahun.
 Pada awalnya, segala sesuatu diperkirakan berasal dari satu titik padat
 tak terhingga atau singularitas. Dan titik ini mulai berkembang atau 
disebut Big Bang yang kemudian berkembang menjadi alam semesta. 
Meskipun singularitas Big Bang muncul secara langsung dan tak 
terhindarkan dari matematika relativitas umum, beberapa ilmuwan 
menganggapnya bermasalah, karena matematika hanya menjelaskan apa yang 
terjadi setelah atau sebelum singularitas. Menurut Ahmed Farag Ali, 
ilmuwan dari Benha University - Zewail City of Science and Technology, 
singularitas Big Bang merupakan masalah yang paling serius dalam 
menyikapi relativitas umum. Karena hukum fisika muncul untuk mengungkap 
fakta yang terjadi ketika awal itu berlangsung.
Dalam hal ini, fisikawan menekankan istilah koreksi kuantum tidak 
menerapkan 'Ad Hoc' yang secara khusus bisa menghilangkan singularitas 
Big Bang. Analisis ini didasarkan pada ide fisikawan teoritis, David 
Bohm, sosok yang dikenal berkontribusi dalama filosofi fisika. Bohm 
sudah memulai karirnya sejak tahun 1950-an dimana dia mengganti 
Geodesics Klasik dengan lintasan kuantum, jalur terpendek antara dua 
titik pada permukaan melengkung.
Meskipun bukan teori gravitasi kuantum, model teori ini tidak mengandung unsur-unsur dari kedua teori kuantum dan relativitas umum.
 Para ilmuwan mengharapkan hasil analisa bisa digunakan seterusnya, 
bahkan jika teori gravitasi kuantum telah dirumuskan. Selain itu, 
hipotesis ini tidak memprediksi singularitas Big Bang, tidak memprediksi
 krisis besar dalam singularitas. Dalam relativitas umum, salah satu 
kemungkinan bahwa alam semesta mulai menyusut sampai runtuh sendiri dalam krisis besar dan kembali menjadi titik padat tak terhingga.
Penjelasan teori ini secara kosmologis, bahwa koreksi kuantum dianggap sebagai istilah kosmologis konstan dan radiasi, tanpa perlu energi gelap. Istilah ini menetapkan ukuran terbatas alam semesta dan memberikan usia yang tak terbatas. Istilah ini menghasilkan prediksi yang mendukung pengamatan konstanta kosmologi dan kepadatan alam semesta.
Model ini menggambarkan alam semesta berisi cairan kuantum, menurut 
ilmuwan bahwa cairan ini mungkin terdiri dari Graviton, hipotetis 
partikel tak bermassa yang berfungsi sebagai mediasi gaya gravitasi.
 Jika graviton benar-benar ada, maka cairan ini berperan penting dalam 
teori gravitasi kuantum. Graviton dapat membentuk kondensat 
Bose-Einstein pada suhu yang dihasilkan alam semesta sepanjang periode.  
Ilmuwan menerapkan lintasan Bohmian untuk persamaan yang dikembangkan 
pada tahun 1950 oleh fisikawan Amal Kumar Raychaudhuri dari Presidency 
University-India. Dengan menggunakan persamaan kuantum yang telah 
dikoreksi Raychaudhuri, Ali dan Saurya Das menggunakan persamaan kuantum
 Friedmann. Analisa ini menggambarkan ekspansi dan evolusi alam semesta 
dalam konteks relativitas umum, termasuk Big Bang. 
Para fisikawan berencana untuk menganalisis model materi gelap dan energi gelap
 dimasa depan, termasuk mengulangi studi ini dengan memperhatikan 
gangguan pada homogen dan anisotropik, tetapi berharapn gangguan kecil 
ini akan mempengaruhi hasil.







0 komentar:
Posting Komentar