Dua dekade lalu, para dokter dibuat bingung bukan kepalang menyaksikan
peningkatan drastis kasus kanker di wilayah-wilayah sekitar Naples,
Italia. Sejak saat itu jumlah tumor yang ditemukan pada perempuan
meningkat 40 persen, sementara pada pria 47 persen.
Dan kini, Senat Italia sedang menyelidiki kaitan hal tersebut dengan aktivitas mafia, organisasi kriminal terorganisir Italia -- yang mencurangi kontrak menguntungkan pengolahan limbah beracun, dengan membuangnya secara sembarangan.
Jika para senator baru menggelar investigasi, mantan bos mafia, Carmine Schiavone tahu benar soal itu. Dulu, ia adalah pentolan jaringan kriminal yang menabur racun ke tanah. Dia tahu berapa banyak kerusakan yang diakibatkan para mafioso.
Schiavone adalah tokoh utama di salah satu klan bawah tanah Italia yang paling kuat, Casalesi -- bagian dari jaringan mafia di sekitar Naples yang diketahui sebagai Camorra.
Selama bertahun-tahun, ia mengarahkan aksi kriminalitas klan Casalesi yang merajalela dan melakukan kekerasan ekstrem. Namun, belakangan, ia kemudian berbalik melawan.
Schiavone menjadi apa yang disebut sebagai mafia pentito -- "yang bertobat", ysng berpihak ke polisi, dan bersaksi melawan sesama bos mafia .
Lebih dari dua dekade lepas dari mafia, belakangan dia mulai berbicara tentang keputusan berbahaya yang ia ambil dalam hidupnya.
Berlumuran Darah
Schiavone lahir 70 tahun lalu di keluarga mapan, punya masa kecil bahagia di Kota Casal di Principe, pergi ke sekolah yang dijalankan para biarawati, dan menjadi murid teladan yang memuluskan jalan menuju cita-citanya sebagai akuntan.
Namun 'kegilaan masa muda' menuntunnya ke jalan yang salah. Dia punya pacar yang ternyata putri dari bos Camorra. Di usia 19 ia bikin masalah dalam kasus penembakan.
"Saat itu aku akan bermain sepak bola, dan kemudian ada polisi yang menghadangku. Tanpa pikir panjang, aku tembak dia," kata Schiavone seperti dimuat BBC, 30 Oktober 2013.
Lalu ia hidup di penjara. Lingkungan keras di mana sebuah tamparan bisa memicu pembunuhan, rusuh rentan terjadi.
"Aku dibesarkan di lingkungan itu. Dalam penjara ada mafioso tua dan penjahat yang tidak bisa menulis, aku bertugas menulis surat untuk mereka dengan imbalan perlindungan." Namun, keputusannya untuk menjadi bagian dari dunia para gangster, diakui Schiavone sebagai kesalahan besar .
Melalui tahun 1970-an dan 1980-an klan Casalesi terlibat dalam berbagai kegiatan usaha besar.
Para gangster menuntut uang perlindungan dari pengusaha. Mencurangi kontrak konstruksi dan pembuangan limbah. Akhirnya, mereka menguasai sebagian besar ekonomi lokal, memainkan kendali dengan mempengaruhi politisi dan mengintimidasi hakim.
Schiavone bahkan pernah jadi anggota partai. "Kami menempatkan wakil kami di (parlemen) Roma. Kami membutuhkan kekuatan politik. Tahukan Anda berapa suara yang bisa diraup mafia? Yang jelas bisa menciptakan perbedaan signifikan."
Namun, buru-buru Schiavone menegaskan, Casalesi berbeda dari Mafia Sisilia .
"Mereka membunuh para hakim, kami tidak. Kami tak membunuh politisi, kami hanya mengendalikan mereka. Kami juga hanya memaksa hakim untuk menjauh, dengan mengirim surat kaleng atau merusak reputasi mereka di pers lokal dengan gosip tentang kekasih gelap, dan sebagainya," kata Schiavone.
Sementara itu, Schiavone mengembangkan mafia kerajaan bisnisnya. Banyak uang dihasilkan -- beberapa digunakan untuk membayar suap. Ada juga yang diinvestasikan ke Brasil, Republik Dominika, Rumania, dan bahkan Inggris.
Schiavone mengklaim, saat ia meninggalkan dunia hitam mafia, aparat Italia menyita lebih dari 1 miliar euro dari keluarganya.
Meningkatnya kekuasaan dan kekayaan Casalesi diikuti perpecahan internal, pembunuhan, permusuhan, dan perang antargeng.
"Kami tidak akan membunuh orang yang tidak bersalah - setidaknya itu prinsipku. Kami hanya menghabisi musuh," kata Schiavone.
Dia tak lagi ingat berapa pembunuhan yang dilakukan atas perintahnya."Lima puluh dua ... 53 ? Saya membunuh dengan tangan sendiri, tujuh, delapan, 10 , 20 ... Aku tidak ingat."
Semua pembunuhan yang dilakukan kelompoknya -- terutama yang menimpa orang yang ternyata tak bersalah -- membuat Schiavone trauma hingga kini.
Titik Balik
Namun, bukan trauma pembunuhan dan kekerasan yang membuatnya berbalik. Schiavone mengaku, nuraninya tergugah akibat ketakutannya tentang dampak pembuangan limbah beracun ilegal yang dilakukan Casalesi. Sebuah alasan yang sulit dipercaya orang.
Bagaimana bisa bos jaringan mafia Camorra yang kejam menyerahkan semua kekayaan dan kekuasaan, melanggar aturan mafia dan mengkhianati rekan-rekannya -- dengan taruhan nyawa, murni karena kekhawatirannya tentang lingkungan?
Tapi Schiavone menegaskan bahwa ini benar adanya. "Saya melakukannya ketika saya tahu bahwa orang-orang tak bersalah ditakdirkan untuk meninggal akibat kanker," kata dia. "Mafia menyuntikkan zat beracun mengerikan ke jutaan meter kubik tanah."
Pria paro baya itu juga tampil jadi saksi persidangan untuk menjerat para mafia, termasuk pimpinan kelompoknya dulu.
Para bos mafia ditahan di sebuah penjara berkeamanan maksimal di Naples, sidang berlangsung selama 10 tahun, kesaksian 500 orang didengar. Meski terbelenggu, para bawahan mafioso membalaskan dendam para bosnya. Setidaknya 5 orang, yang dianggap merugikan, terbunuh.
Schiavone juga jadi korban luka dan dirawat di RS. Perawat di sana mengaku, mereka ditawari sejumlah besar uang untuk membunuhnya. Schiavone dan anggota keluarga dekatnya hidup di bawah perlindungan polisi hingga kini. Ketika sidang akhirnya berakhir, 16 bos Camorra bos diberi hukuman seumur hidup -- 700 tahun penjara.
Lima tahun setelah akhir persidangan, dia sangat kecewa dengan respon negara. Aparat dianggap tak mampu menghentikan operasi mafia. Tak cuma itu, Schiavone frustasi mengetahui tak ada apapun untuk mengendalikan
masalah lingkungan yang diakibatkan ulah gangster.
Dia berharap, limbah beracun akan dibuang dengan aman, dan tanah didekontaminasi. Itu belum terjadi. (Ein)
0 komentar:
Posting Komentar